Oleh: Muhammad Andrianto*
PIRAMIDA.ID- Konflik adalah sebuah proses sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Konflik dapat terjadi dalam hubungan sosial disebabkan adanya penggunan kekerasan yang dipakai seseorang dilingkungan pergaulan.
Setiap orang mempunyai kepentingan masing-masing jadi benturan dapat terjadi disebabkan kepentingan-kepentingan itu pada dasarnya saling bertentangan. Bagi Lewis Coser konflik bisa menguatkan dan juga menyatukan sebuah kelompok yang mengalami disintegrasi atau kelompok yang sedang berkonflik dengan kelompok lainya.
Dengan adanya konflik dengan suatu kelompok dapat memperjelas posisi kelompok lainya sehingga individua atau kelompok mampu memutuskan untuk mengambil sebuah tindakan dengan kelompok lainya.
Lewis Coser membedakan konflik menjadi 2, yaitu konflik realistis dan konflik non realistis.
Sejak awal Liga Indonesia sebagai kompetisi asosiasi sepak bola, persaingan semakin ketat dan persaingan antar klub lokal di wilayah berbeda semakin ketat. Demikian pula di tingkat pendukung, karena identitas lokal penting pada saat yang sama, pendukung muncul sebagai elemen penting, identitas di mana banyak individu yang berbeda berkumpul untuk mendukung sebuah tim kesayanganya.
Sebagai contoh rivalitas antar suporter, yakni antar tim Persib Bandung dan Persija Jakarta, Arema dan Persebaya Surabaya yang baru-baru ini terjadi kerusuhan antar supporter dengan apparat keamanan yang menyebabkan banyaknya nyawa yang melayang dikerusuhan tersebut ini menjadi gambaran buruknya pelaksanaan liga kita sehingga bisa terjadi kerusuhan tersebut.
Sejauh ini situasi yang tidak banyak di antisipasi oleh banyak pihak, menempatkan suporter selalu saja sebagai kambing hitam, suporter sumber incomempertandingan, pendapatan melalui tiket, konflik harus dijaga dalam dalam sebuah pertandingan, tapi kalau konflik menimbulkan korban konflik harus diantisipasi dengan cepat sehingga tidak memakan jiwa yang banyak.
Pihak yang terkait harus careatas persoalan konflik ini, kedepan kita harus melihat suporter bukan sebagai potensi konflik lagi melainkan sebagai potensi positif di indonesia.
Konflik realistis ialah supporter Persib dengan Persija adanya persaingan antar klub untuk memperebutkan kemenangan namun tidak hanya persaingan antar klub saja yang terjadi persaingan antar supporter pun terjadi suporter merasa lebih hebat dari suporter lainya sehingga munculnya rasa emosi yang dapat menyebabkan rasa kebencian antar suporter disinilah konflik non realistis itu muncul luapan emosi menyebabkan perang yel-yel serta saling menghina antar kedua suporter tersebut yang mengakibatkan terjadinya pertikaian dan pengerusakan.konflik dapat terjadi disebabkan perbedaan nilai dan norma, perbedaan pandangan.(*)
Penulis merupakan Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Prodi Sosiologi.