Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Senin, Juni 23, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Menanti Perlawanan Terhadap Korupsi dari Atas Mimbar

by Redaksi
23/11/2020
in Dialektika
98
SHARES
701
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Dua dosen Universitas Sains dan Teknologi, Jayapura, melakukan penelitian selama dua bulan di Papua. Temanya adalah tentang khotbah di 10 gereja terpilih yang berkaitan dengan upaya pemberantasan korupsi. Mereka meneliti isi khotbah, sekaligus mewawancari para pendeta secara mendalam, mengenai pandangan dan komitmen terhadap isu ini.

Paulus RT Paramma, salah satu peneliti memaparkan, Papua menarik menjadi lokasi penelitian karena gereja adalah institusi sosial keagamaan penting. Mayoritas penduduk Papua menempatkan gereja sebagai institusi utama yang masih kredibel dan dipercaya.

“Mayoritas orang asli Papua mengikatkan dirinya atau submitting pada insitusi gereja. Persoalannya religiusitas ini tidak selalu berkorelasi positif dengan perilaku antikorupsi. Hal ini dapat dibuktikan dengan saat ini masuknya Papua ke dalam rangking 10 provinsi terkorup di tanah air,” ujar Paulus.

Penelitian ini dibiayai oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan dipresentasikan dalam Anticorruption Summit 4 Diskusi pararel dalam pertemuan besar ini masih akan terus berlangsung.

Ditambahkan Paulus, melalui penelitian ini, mereka ingin mengukur kadar keprihatinan pemimpin umat Kristen, melalui isi khotbah terkait praktik korupsi di Papua. Sepuluh gereja dengan populasi umat dipilih, dan khotbah-khotbah selama dua bulan penelitian dianalisa. Selain itu, sejumlah pendeta juga diwawancarai secara mendalam untuk mengukur pemahaman mereka terhadap isu korupsi, dan komitmen untuk turut memberantasnya dari mimbar gereja.

Kosakata Antikorupsi Minim

Hendrik Vallen Ayomi, rekan peneliti Paulus dari kampus yang sama, menambahkan selama penelitian terkumpul 80 transkrip khotbah para pendeta. Dari seluruh transkrip, ditemukan 41 kata yang berkaitan langsung dengan persoalan ini, seperti korupsi, korup, koruptor, suap, cinta uang dan tamak. Ada pula kata-kata yang tidak terkait langsung yang digunakan, seperti bayar, amplop, beli, politik, laporan palsu, oknum dan nepotisme. Jumlah 41 kata dari 80 transkrip khotbah itu, kata Vallen, sangat minim.

“Kalau kemudian dibandingkan kata-kata yang bersifat rohani itu lebih banyak, sedangkan kata-kata duniawi, termasuk korupsi itu menempati posisi nonprioritas. Artinya gereja terlalu menekankan pada aspek iman, tetapi lupa memberikan penekanan penting pada kehidupan sosial,”ujar Vallen.

Vallen menambakan, melalui wawancara mendalam, semua pendeta menyuarakan sikap tegas mengenai pentingnya pemberantasan korupsi. Namun, di sisi lain mereka tidak menyertakan itu dalam naskah khotbah mereka. Peneliti berkesimpulan, pemimpin gereja mengalami keraguan untuk menyampaikan korupsi beserta pencegahannya secara luas atau gamblang kepada jemaat melalui mimbar gereja.

Kedua peneliti merekomendasikan koordinasi lebih di internal gereja tentang bahaya korupsi. Sisipan pesan pencegahan korupsi penting diberikan dalam khotbah di mimbar gereja. Selain itu, pemerintah juga bisa menggandeng gereja untuk mengembangkan pendidikan antikorupsi di Indonesia.

Khotbah Harus Lebih Keras

Pimpinan KPK periode 2015-2019, Saut Situmorang menyebut ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam konteks keagamaan dalam pemberantasan korupsi. Langkah penting, dicontohkan Saut, adalah dengan menciptakan keluarga sebagai semacam gereja mini. Di mana di dalamnya ada semacam khotbah dan upaya pemahaman pemahaman kitab suci mengenai korupsi, sesuai kompleksitas masing-masing.

Sedangkan di tempat ibadah, Saut meminta ada narasi lebih kuat terkait pemberantasan korupsi.

“Saya sependapat dengan teman-teman tadi, bahwa sebenarnya khotbah itu harus keras. Khotbah jangan lagi in between, selesai itu sudah, kemudian jemaah dikembalikan. Jangan lagi yang lembut-lembut,” ujar Saut.

Pada periode Saut bertugas, beberapa kali pengurus Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) datang ke KPK. Kedua pihak membahas bagaiama bentuk-bentuk khotbah yang lebih berperan dalam upaya ini. Saut berharap upaya tersebut dilanjutkan hingga penyusunan isinya.

Agama Tak Mampu Berperan Sendiri

Cendekiawan muslim, Prof Komaruddin Hidayat memulai perbincangan dalam diskusi ini dengan pertanyaan penting, tentang seberapa efektif agama memberantas korupsi. Dalam ranah yang berbeda, kata dia, agama bisa mendorong orang melakukan kejahatan, seperti kekerasan. Khusus mengenai khotbah, ada sebagian umat beragama yang mendengarkan itu hanya sebagai ritual saja. Misalnya, kata Komaruddin, pada sebagian muslim dan khotbah Jumat yang diikutinya.

Karena itulah, menurutnya, dibutuhkan kombinasi upaya dalam pemberantasan korupsi. Komaruddin menilai, langkah penegakan hukum tidak bisa dilepaskan dari isu peran agama dalam upaya ini. Sejumlah negara bahkan mampu memberantas korupsi dengan mengedepankan langkah penindakan hukum.

Dari sisi moral, agama menjadi terlihat perannya. Upaya ini dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran melalui pelatihan, khotbah dan sejenisnya. Dalam proses inilah, lanjut Komaruddin, seseorang bisa menemukan kesadaran bahwa korupsi menghina diri sendiri, merendahkan martabat dan merugikan orang lain.

“Kesadaran seperti ini penting sekali, dan kalau ini bisa kuat maka orang tidak korupsi karena pilihan moral bebas, sebuah pribadi yang otonom. Ini penting sekali,” ujar Komaruddin.

Dalam konteks Indonesia, lanjut Komaruddin, model atau contoh menjadi sangat penting. Karena itulah, lembaga-lembaga pemerintah harus mampu menjalankan peran ini. Jika ingin efektif memberantas korupsi, Komaruddin mensyaratkan lembaga seperti KPK mampu membangun wibawa institusi dan betul-betul konsisten serta transparan dalam menegakkan hukum.(*)


VOA Indonesia.

Tags: #antikorupsi#gereja#khotbah
Share39SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Berita

Buntut Viralnya Dugaan Kekerasan Terhadap Tunanetra di Siantar, ILAJ Minta KND Periksa Wali Kota dan Jajaran Terkait

19/06/2025
Berita

Fawer Sihite: Tiga Bulan Wesly Jabat Wali Kota Tidak Mencerminkan Visi Misi Saat Kampanye

18/06/2025
Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025

Populer

Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Berita

Buntut Viralnya Dugaan Kekerasan Terhadap Tunanetra di Siantar, ILAJ Minta KND Periksa Wali Kota dan Jajaran Terkait

19/06/2025
Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Berita

Fawer Sihite: Tiga Bulan Wesly Jabat Wali Kota Tidak Mencerminkan Visi Misi Saat Kampanye

18/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba