PIRAMIDA.ID- Produk kretek sebagai rokok khas Indonesia memiliki keragaman citarasa yang didasari bahan baku tembakau dan cengkeh. Selain itu, dikenal juga perasa rokok dalam produk kretek untuk menambah citarasa tertentu.
Perasa ataupula saus, merujuk pada istilah di masyarakat, umumnya berasal dari rempah-rempah yang kerap digunakan sebagai bumbu masakan. Di antaranya kapulaga, jinten, akar manis (liquorice), adas, dan beberapa lainnya.
Budaya memberi unsur rasa tambahan pada rokok ini, sejatinya berakar dari kebiasaan leluhur terdahulu. Jauh sebelum kita mengenal kretek di masa modern. Itikadnya sederhana saja, lantaran rempah memiliki khasiat yang melegakan dan menyegarkan tubuh.
Seiring perkembangan, penggunaan rempah tersebut mengalami fase pemutakhiran. Rempah-rempah tertentu diekstraksi, output-nya berupa minyak atau cairan. Namun, tak dipungkiri pula ada beberapa saus yang dijual di pasaran yang kita tidak bisa memastikan batas amannya.
Biasa dijual di sejumlah toko tembakau linting, perasa rokok yang dijual di pasaran ini digadang-gadang akan memberi citarasa yang mirip dengan citarasa rokok reguler. Ada yang disebut saus GG, saus Super, dan saus Samsu.
Cara penggunaannya sederhana, cukup dengan memberi tetesan saus itu ke tembakau yang akan dilinting. Pelanggan yang terbiasa dengan saus macam ini biasanya perokok yang memilih berhemat dengan tingwe, tapi ingin tetap merasakan citarasa rokok kesayangannya.
Ibaratnya seperti makan tempe yang diberi penyedap kaldu ayam dari penyedap rasa. Biar tetap bisa menikmati sensasi rasa ayam; penyedap rasa adalah solusi praktisnya, meski yang dimakan sejatinya ya tempe. Apakah pilihan semacam ini keliru? Tidak juga.
Terkadang dalam konteks lain, demi bisa menikmati suasana alam saban hari, kita cukup memasang wallpaper pada dinding kamar. Setiap saat kita dapat berpose dengan latar alam; selfie, unggah di medsos terus diberi keterangan “everyday is holiday”. Tentu tidak ada yang keliru dari sini. Masa pandemi, Cuy!
Kembali ke soal perasa rokok, produk pabrikan tentu saja punya resep tersendiri dalam hal memberi citarasa. Apalagi ini menyangkut brand awareness, pihak pabrikan tentu tak mau konyol dengan memberi perasa yang sekadar. Salah satu fungsi cukai di antaranya menjamin itu, bahwa produk ini dapat dipertanggungjawabkan.
Saus yang beredar di pasaran tentu berbeda dengan perasa yang dibuat pabrikan, meski yang tak terbantahkan determinasi rokok sebagai produk yang memiliki faktor risiko. Sebagaimana produk konsumsi lainnya.
Belakangan ini, beredar pula perasa tertentu yang memberi sensasi rasa buah-buahan. Seperti halnya citarasa yang ditawarkan pada bisnis liquid untuk vape. Sensasi rasa buah-buahan ini memang memberi sensasi aromatik. Bagi saya, sensasi semacam ini justru mengaburkan citarasa asli tembakaunya.
Tidak jarang, para konsumen vape yang bersiasat hemat, lantaran terbiasa mengonsumsi nikotin dengan tambahan unsur aromatik, kemudian beralih mengonsumsi tembakau dengan tambahan perasa semacam itu. Kembali ke soal selera sih, tak ada yang perlu diperdebatkan jika sudah menyangkut selera.(*)
Komunitas Kretek Indonesia