Oleh: Rina Adriani Silalahi*
PIRAMIDA.ID- Hari Kesehatan Jiwa sedunia diperingati tanggal 10 Oktober setiap tahunnya, namun tak ada salahnya bila kita mengulik informasi tentang kesehatan jiwa. Isu tentang kesehatan jiwa tak kalah gentingnya jika disejajarkan dengan isu kesehatan lainnya.
Terutama dalam menghadapi tekanan dan tantangan dalam menjalani kehidupan yang dinamis ini. Bukan tanpa sebab, setiap musim kehidupan tentu disertai dengan rintangan. Namun, yakinlah, di balik setiap permasalahan tentu ada solusi yang membuka jalan keluar untuk kehidupan yang lebih baik.
Mengikuti informasi yang beredar tentang seseorang yang mengakhiri hidupnya sendiri, menyisakan pilu tersendiri tidak hanya bagi keluarga yang ditinggalkan tetapi juga bagi rekan kerja, tetangga, siapapun yang mengenal korban, bahkan setiap orang yang mendengar kabar buruk itu.
Bagi sebagian masyarakat awam, barangkali bunuh diri masih dianggap sebagai sesuatu yang lekat dengan perilaku kurang beribadah, kurang bersyukur, kurang beriman, lalu diikuti dengan solusi “mendekatkan diri dengan Tuhan”.
Padahal bunuh diri dan kurang beribadah adalah dua hal yang berbeda dalam konteks kesehatan jiwa.
Berbagai kalangan masyarakat rentan terhadap perilaku tak wajar ini. Dengar saja kabar yang berseliweran sepanjang satu semester di tahun 2020 ini, ada informasi terkait yang bisa kita akses dengan mudahnya dari berbagai sumber media.
Di luar negeri, pemeran utama Archana Mencari Cinta, Sushant Singh Rajput ditemukan tak bernyawa di apartemennya pada 14 Juni 2020. Korban dinyatakan meninggal akibat depresi lantaran sepi pekerjaan di tengah pandemi yang mewabah. Di dalam negeri, baru-baru ini oknum kepala desa memilih untuk mengakhiri hidupnya di dunia.
Perilaku ini patut menjadi sorotan agar tak terjadi hal yang terulang di kemudian hari. Depresi bukan faktor tunggal penyebab seseorang dapat melakukan bunuh diri. Depresi menjadi salah satu pemicu seseorang gelap mata untuk mengakhiri hidup. Beratnya beban hidup yang harus ditanggung membuat seseorang kehilangan harapan.
Depresi adalah suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berlarut sehingga berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang.
Banyak faktor pencetus timbulnya depresi; mulai dari kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang disayangi, kondisi setelah melahirkan, olokan teman-teman akibat keterbatasan fisik, mengidap penyakit yang tak kunjung sembuh, penyalahgunaan narkoba serta faktor beresiko lainnya.
Tanda-tanda depresi dikutip dari akun instagram @mellissa_grace, seorang psikolog klinis menuliskan:
Perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan minat pada hal-hal yang semula disukai, kenaikan atau penurunan badan yang drastis padahal tidak sedang menjalankan diet, insomnia atau justru tidur sepanjang hari, rasa lelah yang berlebihan dan demotivasi, merasa tidak berharga dan kehilangan makna.
Dukungan terhadap penderita depresi
Salah satu cara membangun empati adalah mendengar dengan seksama tanpa menghakimi. Respon kita saat berada di samping orang yang sedang curhat tentang beban hidupnya menjadi sangat berdampak pada kehidupan orang yang bersangkutan. Perasaan berharga kerap timbul tak kala menerima respon positif dari lingkungan sosial.
Hal-hal sederhana dapat kita terapkan dalam lingkup sehari-hari untuk meminimalisir timbulnya depresi, misalnya bercerita pada keluarga atau orang terdekat yang dipercaya, merespon dengan memberikan perhatian dan kasih sayang. Meminta sebuah pertolongan bukanlah wujud kelemahan bukan pula hal yang memalukan.
Sikap ini justru menandakan bahwa kita kuat karena memiliki tekad kuat untuk memperjuangkan kesehatan diri sendiri.
Hal yang sebaiknya dihindari salah satunya melakukan self diagnose . Self diagnose adalah upaya mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang kita dapatkan secara mandiri.
Menyimpulkan sendiri kondisi kesehatan jiwa melalui informaai yang didapat dari berbagai sumber informasi tanpa melalui proses pendidikan, sertifikasi, kualifikasi, serta tanpa kemampuan yang mumpuni sangat beresiko fatal. Apalagi setelahnya kita mengkonsumsi obat yang tidak relevan dengan penyakit yang diidap. Bisa-bisa timbul masalah kesehatan yang baru.
Cara lain yang dapat kita lakukan dengan menulis. Menulis merupakan hal yang tidak terlepas dengan kita. Kita bisa mulai menulis dengan media yang mudah kita temukan sehari-hari. Menulis di buku harian, di buku tulis, bahkan di ponsel genggam pun dapat menjadi alternatif pilihan.
Tulislah hal-hal yang mudah diceritakan. Mulai dari aktivitas harian, berbagai kegiatan kantor, pertemuan dengan teman-teman, bahkan kita bisa tuliskan hal- hal yang menyebalkan. Awali dengan menggunakan tata bahasa yang ringan.
Menulis selain tidak membutuhkan modal yang bersifat materil dapat membantu mengurangi beban yang dirasakan sehingga diharapkan dapat menciptakan perasaan yang lebih lega.
Hidup memang tak selalu mulus, kadang kala aral melintang singgah untuk memberi pelajaran berharga. Jangan biarkan gelisah mengalahkan kita.
Bila didapati gejala depresi berikan dukungan penuh dan dengarkan tanpa menghakimi lalu segeralah temui psikolog atau psikiater terdekat. Mari bergandeng tangan mencegah upaya bunuh diri.
Penulis merupakan lulusan Fakultas Ekonomi USU yang memiliki minat di bidang menulis. Penulis lahir 33 tahun lalu dan menggunakan nama reena_adriani pada akun media sosialnya. Pada kesempatan sebelumnya, penulis sudah menelurkan berbagai artikel opini dan juga puisi.