Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juli 1, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Pancasila: Jejak dan Tapaknya

by Redaksi
20/09/2020
in Dialektika
ilustrasi/jawapos.com

ilustrasi/jawapos.com

100
SHARES
713
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Yudhie Haryono*

PIRAMIDA.ID- Sejak 1999 aku melihat Islam dan Pancasila sebagai ideologi yang mati segan hidup tak semangat. Islam sekarat oleh romantisme: arabis dan ontanis. Pancasila sekarat oleh begundal: lokal dan internasional.

Bagaimana mereka bisa bangkit kembali? Dalam konteks Pancasila, ia harus punya agensi yang mampu menjawab pertaruhan dan ketegangan hidup yang melingkupi kita semua. Ia harus membuat tapak dan jejak yang tegas bin jelas demi kegagahan Indonesia.

Singkatnya, kita perlu filosof muda yang mengetik kembali usaha menyeimbangkan dan mengintegrasikan beberapa ketegangan yang sedang kita hadapi. Singkatnya, metoda perelisasian Pancasila perlu diketik untuk menjawab soal-soal di bawah ini:

Pertama, soal ketegangan antara global dan lokal. Perealisasian Pancasila seharusnya membantu kita semua menjadi warganegara unggul yang berperilaku jenius, baik di kehidupan negara ataupun masyarakatnya.

Kedua, soal ketegangan antara universalitas dan individualitas. Perealisasian Pancasila seharusnya membantu kita semua menyeimbangkan janji globalisasi dan resiko-resikonya. Ini penting demi tercapainya semua mimpi dan cita-cita bernegara.

Ketiga, soal ketegangan antara tradisi dan modernitàs. Perealisasian Pancasila seharusnya membantu kita semua menghargai sejarah dan tradisi kultural dengan menyeimbangkannya dengan ketajaman etik dan keterampilan kooperatif untuk menghargai perubahan dan inovasi; iptek dan imtaq.

Keempat, soal ketegangan antara pertimbangan jangka panjang dan jangka pendek. Perealisasian Pancasila seharusnya membantu kita semua belajar menyeimbangkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang dalam merealisasikan secara penuh bahwa solusi terhadap beberapa masalah memerlukan kesabaran dan pertimbangan kebutuhannya.

Kelima, soal ketegangan antara kompetisi dan kooperasi. Perealisasian Pancasila seharusnya membantu kita semua berjuang meraih keunggulan semuanya, dengan menyeimbangkan prinsip-prinsip kompetitif yang memberikan insentif; kooperasi yang memberikan kekuatan; dan soliditàs yang menyatukan.

Keenam, soal ketegangan antara spiritual dan material. Perealisasian Pancasila seharusnya membantu kita semua bertindak sesuai dengan tradisi budaya dan keyakinannya sebagaimana mereka memberikan respek penuh terhadap pluralisme dan kepedulian terhadap manusia lainnya.

Ketujuh, soal ketegangan antara kurikulum yang ada dan perubahan revolusioner. Perealisasian Pancasila harus menyeimbangkan isi kurikulum tradisional yang terbaik dengan bidang belajar baru yang penting, seperti pengetahuan-diri (self-knowledge), cara-cara yang menjamin keseimbangan antara fisik dan psikologis, dan cara-cara yang menjamin keseimbangan antara pemahaman lingkungan alam yang membaik dan penjagaan lingkungan alam yang lebih baik.

Dengan memperhatikan tujuh ketegangan itu maka orientasi utamanya adalah pencarian keseimbangan yang berkelanjutan. Yang menjamin keseimbangan hidup bangsa dan warganya: identitas, mentalitas dan regenerasitas.

Dengan hidup seimbang, lahirlah keberanian untuk maju meraih tujuan terbaik dan dapat mengarah pada kebahagiaan, keceriaan, kemakmuran dan aman serta berkualitas.

Menciptakan warganegara unggul adalah tapak dan jejak Pancasila demi merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Itu yang menjadi program utamanya jika ingin Pancasila menjelma di keseharian kita.(*)


Penulis merupakan Direktur Eksekutif Nusantara Centre. Pendiri PKPK UMP (Pusat Kajian Pancasila dan Kepemimpinan Univ Muhammadiyah Purwokerto).https://www.piramida.id/wp-admin/post-new.php

Tags: #Indonesia#konstruksi#Pancasila
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Berita

Buntut Viralnya Dugaan Kekerasan Terhadap Tunanetra di Siantar, ILAJ Minta KND Periksa Wali Kota dan Jajaran Terkait

19/06/2025

Populer

Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
domain publik
Dialektika

Daoed Joesoef, Hakikat Pendidikan, dan Nilai Keindonesiaan

17/09/2021
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba