Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 6, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Potret Silicon Valley Bank: Bangkrut & Ancaman Keuangan RI

by Redaksi
20/03/2023
in Dialektika
105
SHARES
751
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H.

PIRAMIDA.ID- Silicon Valley Bank (SVB) awalnya didirikan pada tahun 1983. Lembaga yang berbasis di Santa Clara California ini, menyediakan layanan perbankan dan mengambil simpanan untuk perusahaan rintisan Silicon Valley, firma modal ventura, dan kelas berat teknologi.

Berdasarkan Federal Reserve Statistical release dan Neraca unaudited 2022, Silicon Valley Bank (SVB) merupakan bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat (US) dengan total aset sebesar USD 209.026 Juta (±Rp3.235 Triliun) dan total simpanan sebesar USD 173.109 Juta (±Rp2.679 Triliun). Angka yang sangat mirip dengan realisasi pendapatan negara Indonesia dalam APBN 2022 sebesar Rp2.626 Triliun.

Menariknya, besarnya aset dan simpanan SVB ternyata ditopang oleh hampir setengah populasi start-ups seperti perusahaan terkenal yang terdaftar sebagai pelanggan SVB termasuk Pinterest, ZipRecruiter, dan Shopify sejalan dengan fokus utama SVB, yaitu earlystages companies.

“SVB menawarkan layanan keuangan dan perbankan untuk membantu, saat Anda memanfaatkan peluang bisnis, meningkatkan modal, melindungi ekuitas, mengelola arus kas, dan mengakses pasar global,” demikian pernyataan SVB.

Mengapa SVB bisa gagal? Pertama, adanya perubahan rezim pengaturan perbankan di US pasca Global Financial Crisis 2008. Pada waktu itu, Barrack Obama menandatangani Dodd Frank Act yang memberikan pengaturan lebih strict kepada perbankan untuk memastikan penerapan prinsip prudential banking. Tetapi di tahun 2018 terjadi penyesuaian pengaturan di perbankan yang menjadikan bank-bank dengan aset di bawah USD 250 miliar menjadi lebih loose antara lain terkait pengelolaan aset, termasuk SVB.

Kedua, bank run. Terjadi penurunan dana simpanan SVB sebesar USD 30 miliar (Rp461 triliun) dari Maret s.d. Desember 2022. Penarikan dana nasabah yang terus menerus terjadi ini tidak bisa dipisahkan dari kenyataan bahwa start-ups mulai kehabisan nafas kemudian menarik dana segar miliknya di SVB untuk kegiatan operasional.

Ditambah, para deposan besar dari Venture Capital juga mulai khawatir dengan keberlangsungan SVB. 10 Maret 2023, simpanan SVB mengalami penurunan sebesar USD 2 miliar (Rp645 Triliun). SVB ran out of cash!

Ketiga, kenaikan agresif FFR mempengaruhi portofolio aset SVB yang 55%-nya didominasi oleh surat berharga. Ditambah, SVB hanya mencatat kredit sebesar 35% dari total aset. Kondisi di mana SVB menyalahi kodrat bank sebagai lembaga intermediasi dengan hanya mencatat 43% loan to deposit ratio, lebih rendah dari rasio peers sebesar 75%. Investasi SVB pada surat berharga yang besar ini seketika mengalami penurunan nilai dari USD 100 miliar (Rp1.536 triliun) menjadi USD 83 miliar (Rp1.275 triliun) setelah dilakukan perbandingan nilai bukunya dengan nilai wajar (mark to market).

Pada 8 Maret 2023, SVB menjual sebagian besar surat berharganya secara rugi sebesar Rp30.95 Triliun demi mendapatkan kas untuk memenuhi kebutuhan penarikan dana yang terus dilakukan oleh Nasabah. Ini menjadikan SVB sebagai bank gagal terbesar kedua di US setelah Lehman Brothers pada 2008 silam.

Respons Regulator Perbankan US

Untuk melindungi kepentingan para nasabah dengan nilai simpanan s.d. USD250.000 (Rp3,8 miliar), Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) – LPS-nya US mentransfer simpanan ini ke “Deposit Insurance National Bank of Santa Clara” (DINB). FDIC juga memastikan bahwa nasabah yang dijamin (insured depositors) dapat mengakses seluruh simpanannya paling lambat pada Senin, 13 Maret 2023 melalui DINB.

Grafik ini menunjukkan bahwa lebih dari 90% total simpanan SVB dimiliki oleh nasabah korporasi (start-ups, venture capital, dan sejenisnya) yang memiliki nilai di atas batas penjaminan FDIC – USD 250.000. Tak ayal, simpanan SVB yang dijamin oleh FDIC hanya 3%, jauh lebih rendah dari rata-rata indsustri sebesar 35%.

Lantas bagaimana nasib uninsured depositors sebanyak 37.000 akun dengan nilai simpanan lebih dari Rp2.319 Triliun ini? 90% nasabah SVB ini akan menerima pembayaran awal oleh FDIC namun diyakini hanya dapat meng-cover 30-50% dari total dananya. Pengembalian sisa simpanannya akan menunggu dari hasil likuidasi SVB selesai (jika masih terdapat sisa). Pada intinya, SVB tidak akan diselamatkan atau bail-out.

Ancaman Kondisi Pasar Keuangan Indonesia

Dampak ke perbankan Indonesia relatif hampir tidak ada mengingat karakteristik portofolio aset perbankan di Indonesia tidak ada yang sama seperti SVB dengan portofolio surat berharga sangat signifikan maupun start-ups sebagai klien utamanya. Ditambah, level permodalan perbankan nasional yang kuat sebesar 25,93% per Januari 2023. Dalam hal bank mengalami kesulitan likuiditas, banyak alternatif yang bisa ditempuh seperti interbank loan hingga Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) atau Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek Syariah (PLJPS) milik Bank Indonesia (BI) sebagai lender of the last resort (LoLR). LoLR ini ditujukan untuk membantu mengatasi mismatch yang disebabkan oleh risiko kredit atau pembiayaan, risiko manajemen, dan risiko pasar.

Dalam kondisi kegagalan bank, Indonesia juga telah memiliki Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang memiliki fungsi antara lain menjamim simpanan nasabah penyimpan dengan nilai maksimal Rp2 Miliar per nasabah per bank dan melakukan resolusi Bank, baik melalui metode Bank Penerima (Purchase & Assumptions), Bank Perantara (Bridge Bank), Penyertaan Modal Sementara, atau Likuidasi.

Lesson learnt

Terlepas dari terbatasnya dampak kegagalan SVB terhadap perbankan dan sistem keuangan di Indonesia, tidak ada alasan untuk tidak waspada. Kita tetap perlu mencermati dinamika kondisi pasar dan dunia, termasuk pergerakan FFR sebagai kiblat suku bunga karena berhubungan erat dengan pergerakan BI7DRR dan harga obligasi dalam negeri. Serta sentimen negative akibat kejatuhan SVB. Sehingga, pengelolaan treasuri perbankan juga harus semakin jeli membaca kondisi pasar secara forward looking di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian.

Pada akhirnya, bank adalah bisnis yang berlandaskan trust, tidak ada satu pun bank di dunia ini yang fully liquid. Sehingga, tidak peduli seberapa besar atau kecil suatu bank, pengelolaan bisnis berbasis manajemen risiko dan tata kelola yang baik sangat diperlukan untuk memastikan bisnis yang sustainable dalam menjaga kepercayaan nasabah.(*)


Penulis merupakan Founder Pusat Advokasi dan Dalil Hukum (PADHI).

 

Tags: #bank#Indonesia#keuangan#siliconvalley
Share42SendShare

Related Posts

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Badan Legislasi (Baleg) DPR telah menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kesehatan Omnibus Law dibawa...

Tata Kelola Kawasan Industri Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan & Berkeadilan

24/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Perkembangan industri yang pesat dewasa ini antara lain diakselerasi oleh penerapan kemajuan teknologi guna...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Berita

Gelar Konferensi Besar Wilayah, Carlos Sianturi Terpilih Nahkodai LSMM Jambi

04/06/2023
Edukasi

Pemilu yang Bersih Lahirkan Pemimpin yang Jujur & Adil

03/06/2023
Berita

PP GMKI Dukung Kapolda Sumut jaga Kamtibmas

01/06/2023
Edukasi

Urgensi Data Pemilih Dalam Menyukseskan Pemilu

01/06/2023
Edukasi

Peringati Hari Lahir Pancasila, Ini Seruan PARKINDO

01/06/2023
Berita

Pancasila Fest GMKI Dimulai di Ende, Sinergi Menuju Net Zero Emissions

28/05/2023

Populer

Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Edukasi

Apa dan Bagaimana itu Melodrama?

28/03/2022
Edukasi

Kesenjangan Hukum di Indonesia menurut Perspektif Sosiologi

17/10/2021
Berita

Gelar Konferensi Besar Wilayah, Carlos Sianturi Terpilih Nahkodai LSMM Jambi

04/06/2023
Dialektika

Tentang Tokoh dan Penokohan dalam Teater serta Jenis-jenisnya

03/07/2022

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia