Oleh: Jantulus Simanungkalit*
PIRAMIDA.ID- Merdeka! Semangat dalam kata “Merdeka” sangat terlihat jelas dari raut wajah kita, masyarakat Indonesia yang telah menikmati hasil perjuangan para pahlawan terdahulu.
Sebab jika kita kembali membuka lembaran cerita Indonesia pada masa penjajahan dan merefleksikan perjuangan para pahlawan pejuang kemerdekaan tanah air ini, sudah sepatutnya kita mengangkat doa-doa dan mengheningkan cipta untuk mengenang mereka, terkhususnya kita generasi millenial hari ini.
Karena sudah barang pasti, jika pada saat ini kita merasakan ketenangan dan kedamaian berbangsa dan bernegara tanpa adanya tekanan. Itu semua merupakan hasil perlawanan, perjuangan, serta pengorbanan tiada henti dari para pejuang kemerdekaan, pahlawan bangsa ini.
Tetapi masih banyak yang mempertanyakan apakah kita sudah benar-benar merdeka? Memang jika kita jeli melihat kondisi di negara kita sekarang ini, terlihat bahwa para pejabat pemerintah masih belum maksimal dalam mengurus negara ini.
Saya teringat dengan apa yang dikatakan oleh pendiri bangsa, Ir. Soekarno. Ia pernah berkata, “Negara Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke.”
Lalu, jika ditanya apakah menurutmu Indonesia di usia 77 sebagai sebuah negara merdeka udah menjadi milik semua warga Indonesia dari Sabang sampai Merauke? Bagiku masih belum. Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai persoalan kebangsaan yang rasa-rasanya belum tuntas seperti masih adanya diskriminasi beragama, suku, adat istiadat, dan golongan.
Kembali pada hak yang dikatakan oleh Ir Soerkarno soal negara ini merupakan milik semua warga masyarakat Indonesia. Saya menilai hal itu masih jauh dalam angan-angan, masih belum terealisasi sepenuhnya maksud beliau tersebut.
Kemudian jika kita kembali melihat lebih dalam, kadang terlintas di pikiran bahwa masyarakat Indonesia belum benar-benar merdeka. Tentu kita sedikit banyak mengikuti kasus yang ramai belakangan. Ya, kematian seorang anggota Polri di tangan anggota Polri juga. Pada intinya saya menilai bahwa berkaca dari kasus ini saja, menunjukkan bangsa kita Indonesia ini masih termakan omongan sendiri.
Maka dari sebagai putra/ i yang akan mewarisi keutuhan negara ini, kita harus menanamkan pikiran yang jernih dan akal yang sehat. Bukan pikiran yang hanya menguntungkan diri sendiri.
Melalui artikel ini semoga kita dapat lebih giat lagi untuk belajar dari berbagai situasi maupun peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan mungkin yang akan terjadi kedepan. Terakhir, saya ingin menuliskan bahwa, kita harus tanggap dan gerak cepat di masa kemajuan digital ini.(*)
Penulis merupakan Ketua Bidang Internal Komisariat Siloam GMKI Cabang Jambi.