Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, Juli 16, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Road Map Kemakmuran Kita

by Redaksi
20/03/2022
in Dialektika
101
SHARES
718
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Yudhie Haryono

PIRAMIDA.ID- Berkemakmuran itu berkoperasi. Dan, berkoperasi itu bergotong-royong, daulat insan, daulat nalar bukan daulat kapital. Jika ditelisik dari Alquran, istilah kemakmuran sepadan dengan istilah “falāh.” Kata falāh (aflah, yuflihu) memiliki arti menyuburkan, membuat bahagia, mencapai kesuksesan atau keberhasilan secara stabil berkesinambungan.

Dalam sejarah kehidupan di dunia ini, kata tersebut merepresentasikan empat hal: baqa (survival), ghani (kaya), ghana (merdeka dari keinginan), dan ‘izz (kekuatan dan penghargaan). Singkatnya, makmur dan berkemakmuran itu hidup yang berguna secara internal dan eksternal.

Sayangnya, prototipe insan berkemakmuran di Indonesia mengalami hambatan dan penghadangan yang dahsyat. Hal ini karena Indonesia kini menjadi mesin raksasa yang luar biyasa memeras harta rakyatnya sampai miskin semiskin-miskinnya sambil melipat gandakan harta konglomerat sampai tak masuk akal hingga membentuk oligarki kapital yang tiada duanya dalam sejarah kita sebagai negara modern.

Saat bersamaan, korupsinya tidak menurun. Bahkan makin tidak tak terpikirkan. Demikian pula kolusi dan nepotismenya yang makin subur. Problem kita dalam bernegara juga tak bisa diselesaikan oleh seluruh sarjana, apalagi dukun dan tentara. Yang tampil bukan menyelesaikan masalah tetapi menjadi bagian integral dari masalah; menambah masalah; meruwetkan pokok masalah.

Sesungguhnya, oleh para pendiri republik, Indonesia dihadirkan dengan Pancasila untuk menghancurkan penjajahan di atas dunia; memastikan ketertiban umum; membagikan kesejahteraan dan mengkurikulumkan tegaknya keadilan. Tetapi kini, misi suci itu terbalik. Tugas mulia itu dilupa. Road map itu jadi jampi-jampi yang tak sakti.

Fungsinya sebagai negara makin hari makin tumpul jika berurusan dengan konglomerasi dan makin tajam jika bergulat dengan kaum papa. Hadirnya tak menggenapi kebaikan dan perginya tak mengurangi keburukan.

Kini, makin banyak anak-anak muda berprestasi yang tak mengerti Indonesia mau ke mana. Sejak kemarin, bahkan memastikan memberi beasiswa buat warga negaranya yang serius belajar dan bekerja saja tak bisa.

Kita perlu pikiran, ucapan, tulisan dan tindakan baru. Mengikuti tesis Suroto Ph, “Republik ini butuh pikiran kreatif untuk merumuskan ide dan strategi ekonomi baru, bukan mengulang terus ide ekonomi klasik yang membuat negeri ini berada dalam kesenjangan sosial ekonomi yang semakin tinggi. Ekonomi kuno yang mrnghasilkan kerusakan alam dan hancurnya kualitas lingkungan hidup, krisis dan ancaman kebangkrutan setiap hari, serta hilangnya kuasa rakyat.”

Jadi, apa road mapnya? Pertama, mengembangkan teologi kemakamuran (prosperity theology). Kita perlu menulis ulang doktrin bernegara dan beragama yang mengajarkan bahwa orang Indonesia itu harus sungguh-sungguh beriman dan beramal salih agar kaya dan mengkayakan sesama.

Kedua, merekapitalisasi kekayaan laut secara maksimal dan berkelanjutan. Sebab, hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI), tercatat bahwa nilai kekayaan laut di Indonesia mencapai Rp 1.772 triliun. Ini jumlah yang sangat besar dan pasti mampu meningkatkan derajat ekonomi kita.

Ketiga, meredistribusi kekayaan negara dan konglomerat. Redistribusi ini adalah peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat diratakan dan ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada di manapun dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu yang lebih dulu kaya.

Redstribusi menjadi penting karena kekaysan dan pendapatan berkaitan bukan saja dengan aspek ekonomi tetapi juga aspek, ideologi, sosial dan politik. Tanpa redistribusi, kita kesulitan meningkatkan kemakmuran secara bersama dan berkesinambungan.

Keempat, rekurikulumisasi sistem ekonomi politik berbasis pemerataan sehingga ada keberpihakan, keadilan yang bersifat afirmatif terhadap kelompok-kelompok yang lemah dan terlemahkan.

Kelima, masifikasi beasiswa dan perpustakaan. Ini jalan peningkatan SDM secara jenius dan spektakuler agar kita punya generasi bernarasi konstitusi, berkemanusiaan dan berindonesia raya.

Keenam, reindustrialisasi yang lebih maju dari sekarang; penguatan perdagangan (ekspor barang jadi); stabilisasi infrastruktur dan kurs tetap. Ini penting dilakukan sebab warisan terburuk dari penjajahan adalah sebaliknya. Hal-hal yang membuat kita menjadi negara konsumen dan inlander.

Enam road map ini harus kita kerjakan segera agar kemakmuran tak jadi utopia.(*)


Penulis merupakan Direktur Eksekutif Nusantara Centre.

Tags: #Indonesia#kemakmuran#korupsi#manusia#Pancasila
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Edukasi

Geowisata Kaldera Toba Untuk Bumi Untuk Kita

15/07/2025
Berita

Koordinator Wilayah 2 Sumbagsel Serukan Evaluasi Total POLDA Lampung

15/07/2025
Berita

Suara dari Bonapasogit: Gereja dan Masyarakat Sipil Serukan Penutupan PT TPL

15/07/2025
Berita

Jadi Rumah Perjuangan Baru Aktivis Muda Jakarta, Ratusan Aktivis Cipayung dan BEM Resmi Gabung di Golkar

15/07/2025
Berita

Anies Baswedan Hadir Pada RAPIMNAS I Gerakan Rakyat, Ketua DPP Gerakan Rakyat Sebut Nama Tom Lembong

13/07/2025
Berita

Penyelidikan Dihentikan, Kuasa Hukum Korban Penipuan Segera Laporkan Penyidik Polda Sumut ke Propam

10/07/2025

Populer

No Content Available
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba