Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Ekologi

Saatnya Kolaborasi Adat dan Agama Menjaga Bumi

by Redaksi
04/10/2020
in Ekologi
100
SHARES
717
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Bumi alami krisis. Kerusakan lingkungan terjadi di berbagai belahan bumi, termasuk di Indonesia. Untuk itu, lintas agama dan adat penting membangun gerakan bersama guna menyelamatkan bumi dari kerusakan makin parah.

“Kalo berlayar ke Utara, memang badai tak dapat diduga. Saatnya katong angkat suara, selamatkan bumi sekarang juga, ” kata Eliza Kissya, Kepala Kewang Haruku di Maluku Tengah, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku dalam diskusi daring yang diselenggarakan Econusa, GKI Pengharapan Jayapura, Prakasarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis, dan Kewang Haruku ini.

Sepanjang diskusi, tokoh adat asal Maluku ini kerap mengucap pantun-pantun bertema penyelamatan lingkungan.

Kewang, lembaga adat dalam pemerintah desa (negeri) di Maluku yang berperan melaksanakan aturan-aturan pemerintah desa, termasuk aturan pengelolaan lingkungan. Om Elly begitu dia disapa, menjadi kepala Kewang sejak 1979. Atas perannya mengelola lingkungan dan merawat secara lestari, deretan penghargaan lingkungan hidup dia peroleh.

Di Pulau Haruku, ada 11 kampung. Kerusakan lingkungan antara lain, abrasi, ekosistem burung maleo rusak dan kerusakanhutan bakau maupun ekosistem laut.

Mengatasi itu, Om Ely mengajak masyarakat pembibitan dan penanaman bakau, membantu proses penetasan telur dan penangkaran maleo, menyelamatkan penyu, hingga merawat terumbu karang.

Agar gerakan meluas dan berkelanjutan, dia juga mendidik kader penyelamat lingkungan dan membentuk Kewang kecil. Tidak jarang dia berkeliling ke sekolah-sekolah untuk berbagi pengetahuan tentang masalah lingkungan dan upaya penyelamatannya.

Sasi merupakan satu tradisi yang masih berlangsung hingga kini. Menurut dia, sumber daya di Pulau kecil Haruku akan habis kalau menerus diambil. Lewat sasi, masyarakat dilarang mengambil hasil sumber daya alam baik hewan maupun tumbuhan tertentu, agar populasi terjaga.

Orang yang melanggar sasi akan mendapatkan sanksi adat. Sasi ada beberapa jenis. Ada sasi laut, sasi dalam negeri, sasi sungai, dan sasi hutan. Upacara khusus dibuat untuk menutup dan membuka sasi.

Sasi laut mendatangkan hasil melimpah untuk warga. Saat sasi dibuka, warga berkumpul, ribuan ton ikan panen.

“Ikan dari laut kita panggil masuk ke sungai, baru panen di sungai. Orang kagum karena ini sudah dari zaman purbakala, dari zaman orang tua dulu.”

Adat dan agama di Pulai Haruku yang mayoritas Kristen ini, katanya, berjalan selaras dan seirama dalam menjaga kelestarian alam.

Peran gereja jaga alam

Peter Wamea dari Komisi Perdamaian dan Keutusan Ciptaan (KPKC) GKI Pengharapan Jayapura hadir sebagai narasumber. Ada sekitar 5.513 jemaat di GKI Pengharapan Jayapura. Kata Peter, gereja terus memberikan penyadaran kepada umat.

Kelompok kategorial seperti laki-laki dan perempuan, pemuda sampai remaja terlibat dalam kegiatan penyelamatan lingkungan seperti penanaman pohon.

Wilayah GKI Pengharapan Jayapura berada di antara dua ekosistem penting yaitu Cagar alam Cyclop dan Teluk Humbolt . Ia terhubung langsung ke Teluk Youtefa.

Dari Cagar Alam Cyclop dengan luas mencapai 22.500 hektar ini mengalir sungai-sungai yang mensupalai air untuk penduduk kota dan Kabupaten Jayapura.

Di Teluk Youtefa, terdapat hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun padang pasir, laut dan pasir. Wilayah Cyclop terancam penggundulan dan kebakaran. Teluk Youtefa terancam pencemaran.

Untuk merespon masalah lingkungan, GKI Pengharapan Jayapura memiliki satu bidang khusus yaitu Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KPKC). Pada hari ulang tahun pekabaran injil di Tanah Tabi 10 Maret 2019, KPKC menyerahkan kajian lingkungan hidup kepada Pemerintah Kota Jayapura.

Di dalamnya, terdapat landasan ekoteologi, persoalan lingkungan di wilayah GKI Pengharapan, dan berbagai rekomendasi kepada pemerintah.

KPKC GKI Pengharapan Jayapura mengajak warga di Lereng Cyclop untuk menjaga wilayah itu. Salah satu yang mereka dampingi adalah Kelompok Pencinta Alam Zaitun, dipimpin Seppy Karubaba.

“Mereka bekerja dengan motto, Allah adalah alam, alam adalah Allah. Sayang Allah berartu kita sayang alam.”

Kelompok ini menanam di hulu Sungai Anafri Gurabesi Kloofkamp. Penanaman sudah sejak 1995. Kini, kelompok ini memiliki 12 tempat persemaian pohon pelindung. Setiap tempat terdapat ribuan bibit berbagai jenis pohon seperti bitanggur, akasia, jambu mete, matoa, jati, cemara gunung, bambu, dan mangga.

Peter menyatakan ada ayat-ayat Alkitab yang menjadi landasan upaya penyelamatan lingkungan. Ekoteologi atau teologi lingkungan, katanya, seperti tercantum dalam Kejadian 2: 15, Tuhan mengambil manusia dan menempatkan manusia dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara.

“Di sini kita garis bawahi mengusahakan dan memelihara. Jadi, alam ciptaan Allah dalam proses pembangunan tetapi pembangunan yang harus berkelanjutan . Kita garis bawahi dalam kalimat ini kata memelihara.”

Peter berharap, upaya gereja bisa mendorong perubahan perilaku warga hingga bisa mengurangi ancaman kerusakan.

Agama dukung adat

Masalah perubahan iklim sudah dibahas sejak lama namun tidak membawa perubahan berarti. Berbagai pihak terlibat membahas soal ini dari presiden, menteri, swasta, hingga organisasi masyarakat sipil. Kini, tokoh lintas iman pun terlibat.

Aliansi lintas iman dari Kolombia, Peru, Brazil, Kongo, Indonesia lalu menggagas The Interfaith Rainforest Initiative (IRI) pada Juni 2017. IRI menjadi wadah bagi pemimpin agama untuk bahu membahu dengan masyarakat adat, pemerintah, organisasi masyarakat sipil dan dunia usaha dalam melindungi hutan.

Hanafi Guciano, Fasilitator Nasional Interfaith Rainforest Initiatives Indonesia menyatakan, kearifan masyarakat adat kunci menyelamatkan hutan. Wilayah-wilayah di mana hutan tropis masih dikuasai masyarakat adat, hampir 80% keragaman hayatinya masih terjaga.

“Praktik pengolahan lahan masyarakat adat sangat bagus dengan kearifan lokal, tradisi, dan hubungan spiritual antara manusia dengan alam. Itulah yang menjadi pelindung hutan selama ini.”

Meskipun begitu, katanya, ancaman hutan dan masyarakat adat cukup besar. Kebijakan ekonomi politik tak berpihak alam dan masyarakat adat. Kehadiran koorporasi menggunduli banyak hutan tropis.

Belum ada dasar hukum kuat bagi masyarakat adat atas tanah dan hutan. Padahal, perlindungan hukum atas masyarakat adat penting karena bukan saja bicara hak tanah, juga konservasi dan mencegah perubahan iklim.

Studi memperlihatkan, pengakuan dan perlindungan hak masyarakat adat secara signifikan berpengaruh pada berkurangnya kerusakan hutan.

“Itu cara yang paling mudah dan paling murah melindungi bumi dari perubahan iklim.”

Untuk itu, katanya, perlu juga keterlibatan lintas agama ikut mendorong negara mengeluarkan kebijakan yang melindungi hutan dan masyarakat adat.

Di Indonesia, IRI terus kampanye dan advokasi. Pada 2021, akan ada pelatihan di Papua dan Maluku. Para pemuka agama di dua wilayah ini akan dipersiapkan jadi pejuang lingkungan.

“Kita berharap nanti bersama komunitas masyarakat adat, kelompok agama mendorong gerakan menyelamatkan hutan.”


Source: Mongabay Indonesia.

Tags: #adat#agama#hutan
Share40SendShare

Related Posts

Menelusuri Asal Usul Makna Warna Hijau & Gerakan Lingkungan

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Pada Februari 1970, sekelompok hippie dan aktivis berkumpul di Vancouver, Kanada untuk membahas rencana uji coba nuklir di Pulau...

Perspektif Sosiologi terhadap Permasalahan Eksistensi Nelayan Skala Kecil

27/10/2022

Oleh: Adhitya Qurdiansyah (2205030012) PIRAMIDA.ID- Nelayan merupakan sebuah istilah bagi setiap individu atau kelompok yang mana kesehariannya bekerja menangkap ikan...

Di Jambi Penyelesaian Konflik Agraria Dinilai Setengah Hati, WALHI Ungkap Sejumlah Persoalan

26/07/2022

PIRAMIDA.ID- Proses penyelesaian konflik agraria di wilayah Provinsi Jambi, diakui masih menapaki jakan terjal oleh Manager Advokasi Wahana Lingkungan Hidup...

Apa yang Terjadi jika Kita Berhenti Menggunakan Plastik?

06/07/2022

PIRAMIDA.ID- Dari 8.300 juta ton plastik murni yang diproduksi hingga akhir tahun 2015, terdapat 6.300 juta tonnya telah dibuang. Sebagian...

Dampak Plastik terhadap Lingkungan

07/06/2022

Oleh: Lidya Putri* PIRAMIDA.ID- Kantung plastik kresek dan kemasan dari plastik lainnya merupakan alat pengemas yang paling banyak dipergunakan karena...

Apakah Efektif Pola Baru Pengawasan dan Penegakan Hukum di Laut Indonesia?

09/04/2022

PIRAMIDA.ID- Pengamanan wilayah laut menjadi kegiatan sangat penting untuk bisa terus berlangsung sepanjang tahun. Kegiatan tersebut tak hanya untuk mengamankan...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba