Cavin Tampubolon*
PIRAMIDA.ID- Hantaran ke depan pintu gerbang 45 menjadi saksi
Raupan resah dan gelisah menjanjikan lega padahal di baliknya adalah putus asa kaum tua
Tenang, kaum muda masih ada
Lantunan Proklamasi menjadi sumpah serapah bagi penjajah di penjuru bumi.
Menegaskan kami merdeka hari ini.
Sejarah Indonesia.
Tahun-tahun berlalu harapan Indonesia maju, itu dulu.
Namun banyak menimbah ilmu, untuk perihal tertentu menjadikan alasan untuk merampas, merenggut, menindas, kucil mengucilkan, dan hanya jadi benalu
Ibu Pertiwi menjadi saksi, dan harapan masih ada kata pasti,
diselingi dengan kobaran api dalam hati pemuda-pemudi negeri tercinta ini.
Bersatu melampaui sebatas aksi
Berkarya walau tak diakui.
Tak perduli walau penguasa negeri dianggap mati.
Pemerintah tak lagi punya hati.
Tapi semua kupersembahkan untuk ibu pertiwi dan Pancasila harga mati.
Kembali ke si benalu tadi.
Yang jadi polusi
Yang silih berganti meracuni pernafasan sehingga si waras menghela nafas.
Yang seperti cinta pandangan pertama yang membuat jantung berdebar tak karuan
Sampai selucu itu kah benalu?
Penulis merupakan mahasiswa Universitas Simalungun.