Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, Juli 6, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Seabad Soeharto: Selain Kontroversinya, Ada Siasat Politik Cerdik

by Redaksi
19/06/2021
in Dialektika
100
SHARES
716
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- 8 Juni satu abad lalu di Bantul, lahirlah sang jenderal yang suka tersenyum, atau biasa dikenal sebagai Soeharto. Ia mengawali karirnya dengan latar belakang militer, sehingga bidang politik bukanlah keahliannya.

Pada 1967 pun Soeharto enggan untuk menjadi presiden menggantikan Sukarno ketika ditawari MPRS.

Alasannya, ia merasa dekat dengan Sukarno, dan menganggapnya sebagai pelindung. Walau tak sepaham dengan PKI, Soeharto merasa jika dirinya menerima jabatan itu seolah menjadi lawan politik Sukarno. Walau demikian, Soeharto selanjutnya mengalihkan kemudinya untuk memangku jabatan sebagai presiden.

Selama menjabat presiden—terlepas dari kontroversinya terkait isu HAM—ia memiliki pemikiran gemilang untuk membangun struktur pemerintahannya. Hal itu diungkap oleh serjawan David Reeves dalam bukunya, GOLKAR, Sejarah yang Hilang: Akar Pemikiran & Dinamika.

Soeharto mengadopsi sistem Golongan Karya atau Golkar untuk memperkuat kuasanya sebagai presiden. Sistem ini sebenarnya sudah diwacanakan Sukarno.

Tatanan kepemerintahan Soeharto memanfaatkan Golkar (Golongan Karya) yang pada masanya bukan sebagai partai politik. Golkar, sesuai namanya, hanyalah golongan untuk menampung gagasan dan aspirasi masyarakat, yang kemudian dijadikan alat bagi Soeharto

Reeves menjelaskan lebih lanjut dalam webinar Evolusi Golkar dan Seabad Soeharto yang diadakan Karavan Cendikia dan Komunitas Bambu, Selasa (08/05/2021).

“Golkar adalah alat, Suhato bukan pendirinya dan penciptanya, Soeharto tidak begitu tertarik dengan konsep awal yang dicetuskan Supomo, Sukarno, dan lainnya,” ujarnya.

“Mungkin tidak begitu dihargainya. Saya untuk makan punya sendok garpu dan pisau. Saya kalau punya museum tidak akan memasukannya ke dalam museum. Bagi Soeharto golkar adalah alat, jadi tidak begitu penting untuk diingat,” tambahnya.

Golkar sendiri pada awalnya berdiri berkat pemikiran beberapa intelektual yang tidak menyukai sistem partai. Beberapa tokoh itu antara lain Sukarno, Ki Hajar Dewantara, dan A.H Nasution. Bahkan pada 1945, Supomo yang menciptakan konsep UUD tak menyebutkan partai melainkan golongan sebagai perwakilan rakyat.

Pada 1950-an, Sukarno mencetuskan konsep itu tentang golongan fungsionil atau golongan karya, untuk melemahkan partai-partai yang terbentuk sejak awal revolusi kemerdekaan. Tetapi TNI AD–dibawah AH Nasution,dengan cepat membangun organisasi-organisasi yang dipikirkan Sukarno.

“Untuk membela dirinya, Sukarno kembali pada partai-partai dengan konsep NASAKOM yang mengesahkan kembali sistem partai di Indonesia. Anehnya dia yang anti-partai berubah jadi pro partai,” terang Reeves.

Golongan karya ini selanjutnya menjadi kontrol para pekerja, salah satunya dengan SOKSI, untuk menandingi SOBSI yang berafiliasi kiri dan menentang pemilik modal. “Tentu saja ABRI sudah menjadi majikan besar sejak nasionalisasi perusahaan pada akhir 50-an,” kata Reeves.

Konsep melemahkan partai dan menggunakan golongan karya ini dilakukan oleh Soeharto yang berlatar militer. Banyak tokoh pemikir awal Orde Baru untuk menyarankan berbagai sistem politik lain, seperti membangun aliansi antara ABRI dengan masyarakat sipil maupun partai.

Langkah Soeharto mengadopsi konsep Golkar ini dianggap sebagai ide briilian oleh Reeves. Karena konsep ini tidak terpikir sebelumnya untuk menjaga stabilitas politik. Hal itu terbukti dengan kesuksesan Golkar pada pemilu 1971.

Reeves juga mengkritik mengenai adopsi konsep Golkar pada Soeharto ini. Pada masa sebelumnya saat ada pemilu, rakyat bisa memilih wakilnya dengan dwi-coblos. Coblos pertama adalah untuk partai, dan coblos kedua untuk memilih wakil kalangannya di golongan karya.

“aspek perwakilan tidak pernah diperhatikan oleh Soeharto. Tidak ada usahanya dalam pemilu. Pemilih [semestinya] bisa memilih golongannya untuk wakil tani, wakil buruh, dan sebagainya,” terang Reeves.

“Dalam Pemilu, orang langsung memilih Golkar sebagai kesatuan, bukan golongan-golongan karyanya. Mereka memilih daftar calon yang tentunya sudah ditentukan pusat Golkar dan pembinanya, Soeharto.”(*)


National Geographic Indonesia

Tags: #100tahun#soehartoPresiden
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025

Populer

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba