PIRAMIDA.ID- Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pada 2018 Kota Pematangsiantar menempati urutan ke-3 kota toleran yang ada di Indonesia menurut Setara Institute.
Seiring berjalannya waktu Kota Pematangsiantar mengalami kemerosotan dengan terlempar dari 10 besar kota paling toleran di Indonesia.
Merespons hal tersebut, Kelompok Cipayung yang terdiri dari GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GmnI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), dan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) menilai, hal ini tidak terlepas dari beberapa peristiwa intoleran yang terjadi di Kota Pematangsiantar.
Cipayung melalui Ketua GMKI Pematangsiantar-Simalungun, Juwita Panjaitan menyampaikan bahwa kita harus berefleksi dari kemunduran ini.
“Melihat persoalan yang terjadi saat ini, penting bagi kita selaku masyarakat untuk tetap menjaga nilai-nilai toleransi dengan tidak terprovokasi dengan isu-isu yang mampu memperkeruh suasana bermasyarakat,” ujar Juwita.
Juwita juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga kekondusifan dan keharmonisan sebagai bagian dari tanggung jawab masyarakat itu sendiri.
Senada yang disampaikan Juwita, Liharman Sipayung selaku Ketua Presidium PMKRI Pematangsiantar menyampaikan untuk mengembalikan label ‘Siantar Kota Toleran’ diperlukan tindakan tindakan konkret bersama pemerintah guna meningkatkan situasi yang damai dan rukun.
“Menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai mahasiswa dan pemuda untuk menjunjung tinggi perbedaan dan toleransi. Oleh karena itu untuk menciptakan suasana yang damai dan rukun, Cipayung tengah menggagas upaya-upaya kampanye toleransi, sembari berharap masyarakat dapat mendukung upaya itu,” ungkapnya.
Sementara Ketua GmnI Pematangsiantar, Hexa Hutapea mengungkapkan keprihatianan terhadap kemunduran prestasi ini dan menilai kemunduran tak terlepas dari tanggung jawab pemerintah.
“Ini tak sekedar penurunan peringkat atau rangking, tapi bakal berdampak terhadap kondusivitas di masyarakat maka dari itu pemerintah harus menggandeng tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi mahasiswa, dan organisasi kepemudaan,” ungkapnya.
Sementara itu Rifky Pratama, Ketua PMII Pematangsiantar mengimbau, “Kita sebagai umat beragama tetap menjaga dan merawat keutuhan NKRI serta kesatuan sikap toleransi dan sikap saling menghargai satu sama lain, karena masyarakat Pematangsiantar terdiri dari berbagai suku agama dan budaya, marilah kita bersama merawat Kota Pematangsiantar agar terhindar dari perpecahan.”
Cipayung Pematangsiantar juga mengajak seluruh elemen masyarakat Kota Pematangsiantar untuk menjaga kondusifitas, serta meminta tokoh masyarakat membangun komunikasi satu sama lain, Cipayung juga berharap pemerintah Kota Pematangsiantar dapat membuat program yang bisa meningkatkan toleransi.(*)