Kurniati Ningsih*
PIRAMIDA.ID- Peristiwa begal, membuahkan cerita yang perlu diwaspadai kita bersama agar kita, atau orang-orang terdekat kita menjadi korbannya.
Berawal dari seorang pria yang bekerja sebagai anak buah kapal, terkonfirmasi sebagai Ma sedang sendirian berkendara menuju ke daerah Tebing. Tujuannya untuk berbelanja keperluan di kapal.
Sekira pukul 10.30 WIB di Tanjung Sebatak, Ma berhenti berkendara karena sedang melakukan panggilan telepon. Saat menelepon di tempat sepi itu, dua orang yang berkendara sepeda motor berhenti tak jauh dari tempat Ma menghentikan kendaraannya.
Dua orang pemuda itu berpura- pura menanyakan alamat kepada Ma. Melihat suasana sepi di jalan tersebut, dua pemuda itu malah menodongkan sebilah pisau ke perut korban. Kedua pelaku kemudian mengancam Ma dengan pisaunya, jika handphone tidak diberikan.
Tidak terima dengan aksi kedua pelaku, korban kemudian melakukan perlawanan dengan menangkis pisau tersebut. Akibatnya, tangan kanan korban alami luka sayatan.
Pelaku yang melihat korban melakukan perlawanan, kemudian melarikan diri. Sementara korban langsung mengendarai kendaraannya menuju rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
“Setelah dari rumah sakit itu, Ma menyampaikan laporannya,” ujar Kapolres Karimun AKBP M Adenan melalui Kasatreskrim Polres Karimun AKP Herie Pramono
Atas kejadian tersebut, Herie mengatakan langsung mengambil keterangan dari korban. Mengonfirmasi ciri- ciri fisik para pelaku, dan mencari bukti berupa rekaman CCTv untuk mencocokkan dengan database pelaku dengan modus yang sama.
“Kita cocokkan dengan database kita,” katanya.
Atas kejadian ini, Herie mengimbau masyarakat agar tetap selalu waspada atas kemungkinan tindak kejahatan serupa di kemudian hari.
Kejadian ini menjadi sinyal bahwa tindakan kriminal masih ada, dan akan terus menunjukkan eksistensinya dengan menebarkan ketakutan kepada masyarakat.
Melihat ini kita sebagai warga dituntut untuk tidak takut dan selalu waspada dengan segala potensi ancaman yang ada. Memang, Karimun sendiri bukanlah daerah yang rawan konflik dari aksi-aksi terorisme serta kejahatan, namun kita sejatinya tetap jaga diri, dan jaga keluarga dari ideologi menyimpang tersebut.
Kejahatan kemanusiaan seperti ini harus senantiasa jadi pantauan kita bersama. Selain kepolisian kita sebagai masyarakat, pemuda dan seluruh elemen lainnya dapat memeranginya melalui gagasan pemikiran. Praktisnya membantu menetralisir doktrin yang dianggap sebagaian orang sebagai jalan kebenaran mereka.
Selain itu, persoalaan regenerasi merupakan bagian terpenting dari eksistensi kelompok teroris dan kejahatan. Rekruitmen terus dilakukan mereka untuk menjadi martir dengan berbagai cara. Ini tentu menjadi pekerjaan utama bagi seluruh instansi terkait yang menangangi isu teroris dan begal dalam memutuskan rantai radikalisme di generasi mereka.
Paling mudah yang dilakukan mereka dalam mencari anggota baru adalah propaganda melalui dunia maya. Dengan bebasnya internet yang mudah diakses oleh kawula muda tentunya ini potensi yang membahayakan. Jika tidak difilter akan menumbuhkan bibit-bibit baru dari anak bangsa yang tumbuh dengan doktrin ideology ekstrem tersebut.
Dan, peranan aparat keamanan hari ini belum begitu optimal, jika beberapa elemen masyarakat tidak diajak menghadapi paham radikal ini, khususnya di level anak muda khususnya pelajar.
Tentu ini harus ada kerjasama seluruh komponen masyarakat termasuk tingkat kewaspadaan bela lingkungan terhadap bahaya terorisme aksi begal yang lebih terukur dan teruji.
Sekolah dan kampus yang dijadikan laboratorium pengetahuan kerap kali menjadi sasaran utama dibanding wilayah lain. Penanganannya harus dielaborasi melalui pendekatan-pendekatan baru dan tidak monoton. Mengikuti tren kekinian, serta mudah diterima pelajar-pelajar kita.
Salah satunya dapat mengaktifkan organisasi badan otonom Nahdatul Ulama (NU) di tingkat pelajar putra dan putri di Kabupaten Karimun, yakni IPNU dan IPPNU sebagai backup kepolisian dan motor penggerak untuk melawan pemikiran para penganut pemikiran radikalisme.
Mengharapkan OSIS saja tidak cukup, secara kelembagaan mereka bertanggung jawab terhadap sekolah terkait kegiatan yang dilakukan. Kegiatan keorganisasian lebih sering diisi oleh pihak internal, jarang melibatkan pihak luar. Sementara kebutuhan organisasi dalam dinamika lajunya zaman, begitu tinggi.
Ada banyak faktor penyebab yang bisa melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan kriminal, di antaranya, yaitu : pertentangan dan persaingan kebudayaan, perbedaan idiologi politik, kepadatan dan komposisi penduduk, perbedaan distribusi kebudayaan, perbedaan kekayaan dan pendapatan, mentalitas yang labil, serta faktor dasar seperti faktor biologis, psikologis dan sosioemosional.
Kejahatan dan tindakan kriminalitas telah menjadi masalah sosial tersendiri bagi hampir seluruh tatanan masyarakat dunia.
Kriminalitas atau tindakan kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh , perampok atau teroris. Secara kriminologi yang berbasis sosiologis kejahatan merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat atau dengan kata lain yang terdapat korban dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat.
Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi non formal. Nama kriminologi ditemukan oleh P.Topinard (1830-1911) seorang ahli antropologi Perancis. Secara harfiah NULPLQRORJLEHUDVDOGDULNDWD³crimen¥ yang berarti kejahatan atau penjahat GDQ ³logos¥ \DQJ EHUDUWL LOPX pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan dan penjahat.
Harapan kita sederhana saja, jangan sampai ada generasi muda di Indonesia khususnya para pelajar di Kabupaten Karimun masuk dalam jaringan atau kelompok teroris aksi begal. Apapun motivasinya seluruh bertopeng agama. Agama tidak membenarkan saling membunuh dengan cara-cara yang keji.(*)
Penulis merupakan mahasiswa Prodi Sosiologi UMRAH. Tinggal di Karimun.