Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, Oktober 1, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Adrianopel, Tonggak Awal Runtuhnya Romawi di Tangan Bangsa Goth

by Redaksi
13/12/2020
in Dialektika
101
SHARES
718
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Kemaharajaan Romawi yang berkuasa berabad-abad akhirnya terbagi dua, antara barat dan timur (Byzantium) sejak 395 Masehi. Pembagian ini diputuskan oleh kaisar Diocletianus yang melihat bahwa Romawi yang luas membuat sulit untuk dikontrol dan dilindungi.

Namun, pertempuran di Adrianopel (kini Edirne) menjadi tonggak utama pecahnya adikuasa tersebut. Pertempuran ini pun menjadi motivasi bangsa Jermanik (Goth) di kemudian hari untuk menghancurkan Romawi Barat.

Sejarawan Inggris, Simon MacDowall menulis dalam Adrianople AD 378: The Goths Crush Rome’s Legion’s, bahwa pertempuran ini bermula saat suku Tervingi dan Greuthungi, salah dua bangsa Goth, diinvasi oleh bangsa Hun yang berasal dari Asia Tengah. Sehingga mereka harus menyeberangi sungai Danube dan masuk ke daerah kekuasaan Romawi.

Pada 376, Kekaisaran Romawi mengizinkan mereka untuk tinggal di tanahnya, dengan syarat mereka harus ikut membela kemaharajaan tersebut.

Sejarawan perang, Rupert Bulter bersama timnya menulis dalam Perang yang Mengubah Sejarah, Buku Pertama: dari Pertempuran Megiddo (1457 SM) hingga Bleinheim (1704), “Namun para pembuat kebijakan Romawi semakin khawatir dengan kehadiran sebuah suku Jermanik di kekaisaran, dan para pejabat lokal membuat keadaan lebih buruk karena membuat tuntutan sewenang-wenang terhadap para pengungsi”

Ammianus Marcellinus, seorang perwira dan sejarawan di era Romawi, menuliskan bahwa kekaisaran menuntut anak-anak bangsa Goth untuk dijadikan budak dengan imbalan anjing mati sebagai makanan.

Kebijakan eksploitatif tersebut mengundang perlawanan dari suku Goth, melalui insiden di Marcianople (kini bagian dari Bulgaria) di tahun yang sama. Perlawanan tersebut mengakibatkan provinsi Thrace, yang kini menjadi bagian Bulgaria, Yunani bagian Barat, dan bagian Eropa dari Turki, di bawah pengaruh bangsa Goth. Insiden itu menjadi keuntungan bagi bangsa Goth, mereka melucuti senjata-senjata tentara Romawi untuk melakukan perlawanan kembali.

Dengan perlawanan bangsa Goth ini, situasi Romawi makin rumit dan fokusnya yang kemana-mana. Terlebih pasukan Romawi di provinsi Thrace terkurung, dan sebagian yang berasal dari bangsa Goth ikut bergabung dengan perlawanan.

“Valens dengan pasukan utama sedang berada di timur untuk menghadapi Persia, sedangkan Gratian yang memimpin pasukan utama barat bertempur dengan Alamanni di sepanjang sungai Rhine,” terang MacDowall.

Sebagai penanganan atas konflik di dalam kekuasaan Romawi tersebut, pemimpin Romawi bagian Timur, Valens menarik sebagian pasukannya dari perang, menyisakan banyak pasukan di timur kekaisaran, dan membuat perjanjian damai dengan Persia. Ia juga turut mengajak Gratian dan pasukannya untuk ikut bergabung menyerang pasukan Goth yang mulai mendekati Adrianopel.

Menurut Ammianus yang dikutip Butler, Gratian dari Romawi Barat tak kunjung tiba dan hanya mengirimkan pasukan kecil yang membuat kandas harapan Valens. Akibatnya pertempuran yang rencananya jatuh pada 9 Agustus, mau tak mau harus dilakukan meskipun moral pasukan Romawi merosot.

Hari pertempuran pun tiba, pasukan Romawi berbaris sekitar tiga kilometer dari kubu lawan di Adrianopel. Pasukan Goth langsung membuat posisi melingkar, dan pasukan yang dipimpin Fritigern ditempatkan di punggung bukit.

Ammianus dalam catatannya, dikutip oleh MacDowell menuliskan, “Orang-orang bergegas ke pos mereka dan berdiri teguh; tidak ada yang tidak patuh atau meninggalkan barisan untuk membuat serangan mendadak.”

Untuk meningkatkan moral mereka kembali, prajurit Romawi mengeluarkan teriakan dan raungan keras, dan memulai pertempuran dengan saling lempar lembing dan senjata jarak jauh. Sedangkan lawan segera membuat formasi kura-kura yang lazimnya digunakan oleh prajurit Romawi.

“Bangsa barbar yang selalu waspada dan gesit… menerobos sayap kiri kita,” terang Ammianus. “Ini memberi jalan, tetapi pasukan cadangan yang kuat membuat serangan yang sengit dari dekat dan menyelamatkan orang-orang kami dari mulut kematian.”

Ketika kavaleri Romawi mendesak mundur prajurit Goth hingga ke lingkaran pusat yang berisi gerobak dan masyarakat sipil mereka, ternyata datanglah kelompok bantuan untuk bangsa Goth. Isinya beranggotakan orang Hun dan Alan yang kebanyakan berkuda, dan segera memporakporandakan prajurit Romawi.

Banyak prajurit Romawi yang berusaha melarikan diri, tetapi dihabisi oleh kaveleri Goth. Prajurit Romawi berusaha untuk memanggil pasukan cadangan, tapi pasukan tersebut ternyata lebih dulu melarikan diri.

Tersisa bersama sekitar 2 ribu prajurit yang gigih hingga titik darah penghabisan, kaisar Valens pun gugur.

Menurut Butler dan tim, terdapat dua laporan mengenai kematian Valens. Pertama, kaisar Romawi Timur tersebut tewas terpanah dan jenazahnya tidak pernah ditemukan. Laporan kedua terluka dan dibawa ke suatu rumah, kemudian sekelompok orang Goth menyerang mereka lalu membakarnya.

Sehari setelah pertempuran, bangsa Goth gagal menerobos masuk Adrianopel dan berpindah menjarah kota Thrace.

Di Konstantinopel, Theodisus I menggantikan Valens, dan segera bergandengan dengan Gratian di Barat untuk mengalahkan orang Goth. Meskipun Romawi selalu gagal, orang Goth sendiri juga tak bisa mengalahkan Romawi dalam pertempuran penting lainnya, sehingga kedua belah pihak membangun perjanjian yang sama seperti perjanjian 376.

Butler dan tim menilai pertempuran ini menjadikan orang Goth bukanlah bangsa yang remeh di medan laga. Mereka semakin berani menuntut Romawi, baik di Barat maupun Timur.

Perjanjian yang masih sama itu pulalah, menurut Butler dan timnya, kelak membawa mereka menjarah kota Roma pada 410, membuat kekaisaran Romawi Barat runtuh.(*)


Source: National Geographic.

Tags: ##adrianopel#goth#romawi
Share40SendShare

Related Posts

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Badan Legislasi (Baleg) DPR telah menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kesehatan Omnibus Law dibawa...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Dilantik Sebagai Sestama Lemhannas, Ketua ILAJ: Kita Yakin Irjen Panca Akan Torehkan Prestasi

09/09/2023
Berita

Dispora Simalungun Tak Penuhi Janji Penghargaan Kepada Para Pelatih

07/09/2023
Berita

Di Nilai Berhasil Selama Wagubsu, Fawer Sihite: Ribuan Pemuda Siap Menangkan Ijeck Menjadi Gubernur

04/09/2023
Berita

Filda C. Yusgiantoro Raih Nilai Akademik Terbaik Pada PPRA LXV Tahun 2023 Lemhannas RI

30/08/2023
Berita

Tidak Mampu Tangkap Bandar Narkoba UH, Ketua ILAJ Minta Mabes Polri Evaluasi Kapolres Siantar

28/08/2023
Berita

Rekam Jejak Unggul: Ketua ILAJ Fawer Sihite Mengusulkan Irjen Pol Panca Simanjuntak sebagai Kepala BNN RI

25/08/2023




Populer

Berita

Kritik Sastra: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Pendekatan

14/11/2022
Dialektika

Kesehatan Mental & Jiwa dalam Perspektif Sosiologi & Hukum

05/07/2022
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

SaLing Adukan Oknum Dugaan Pungli Penyelenggaraan Sertifikasi Ratusan Guru Simalungun

25/11/2021
Dialektika

Masyarakat Adat di Sekitar Danau Toba

24/01/2021
Edukasi

Kesenjangan Hukum di Indonesia menurut Perspektif Sosiologi

17/10/2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba Wisata

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba Wisata