Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Juli 4, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Adrianopel, Tonggak Awal Runtuhnya Romawi di Tangan Bangsa Goth

by Redaksi
13/12/2020
in Dialektika
101
SHARES
721
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Kemaharajaan Romawi yang berkuasa berabad-abad akhirnya terbagi dua, antara barat dan timur (Byzantium) sejak 395 Masehi. Pembagian ini diputuskan oleh kaisar Diocletianus yang melihat bahwa Romawi yang luas membuat sulit untuk dikontrol dan dilindungi.

Namun, pertempuran di Adrianopel (kini Edirne) menjadi tonggak utama pecahnya adikuasa tersebut. Pertempuran ini pun menjadi motivasi bangsa Jermanik (Goth) di kemudian hari untuk menghancurkan Romawi Barat.

Sejarawan Inggris, Simon MacDowall menulis dalam Adrianople AD 378: The Goths Crush Rome’s Legion’s, bahwa pertempuran ini bermula saat suku Tervingi dan Greuthungi, salah dua bangsa Goth, diinvasi oleh bangsa Hun yang berasal dari Asia Tengah. Sehingga mereka harus menyeberangi sungai Danube dan masuk ke daerah kekuasaan Romawi.

Pada 376, Kekaisaran Romawi mengizinkan mereka untuk tinggal di tanahnya, dengan syarat mereka harus ikut membela kemaharajaan tersebut.

Sejarawan perang, Rupert Bulter bersama timnya menulis dalam Perang yang Mengubah Sejarah, Buku Pertama: dari Pertempuran Megiddo (1457 SM) hingga Bleinheim (1704), “Namun para pembuat kebijakan Romawi semakin khawatir dengan kehadiran sebuah suku Jermanik di kekaisaran, dan para pejabat lokal membuat keadaan lebih buruk karena membuat tuntutan sewenang-wenang terhadap para pengungsi”

Ammianus Marcellinus, seorang perwira dan sejarawan di era Romawi, menuliskan bahwa kekaisaran menuntut anak-anak bangsa Goth untuk dijadikan budak dengan imbalan anjing mati sebagai makanan.

Kebijakan eksploitatif tersebut mengundang perlawanan dari suku Goth, melalui insiden di Marcianople (kini bagian dari Bulgaria) di tahun yang sama. Perlawanan tersebut mengakibatkan provinsi Thrace, yang kini menjadi bagian Bulgaria, Yunani bagian Barat, dan bagian Eropa dari Turki, di bawah pengaruh bangsa Goth. Insiden itu menjadi keuntungan bagi bangsa Goth, mereka melucuti senjata-senjata tentara Romawi untuk melakukan perlawanan kembali.

Dengan perlawanan bangsa Goth ini, situasi Romawi makin rumit dan fokusnya yang kemana-mana. Terlebih pasukan Romawi di provinsi Thrace terkurung, dan sebagian yang berasal dari bangsa Goth ikut bergabung dengan perlawanan.

“Valens dengan pasukan utama sedang berada di timur untuk menghadapi Persia, sedangkan Gratian yang memimpin pasukan utama barat bertempur dengan Alamanni di sepanjang sungai Rhine,” terang MacDowall.

Sebagai penanganan atas konflik di dalam kekuasaan Romawi tersebut, pemimpin Romawi bagian Timur, Valens menarik sebagian pasukannya dari perang, menyisakan banyak pasukan di timur kekaisaran, dan membuat perjanjian damai dengan Persia. Ia juga turut mengajak Gratian dan pasukannya untuk ikut bergabung menyerang pasukan Goth yang mulai mendekati Adrianopel.

Menurut Ammianus yang dikutip Butler, Gratian dari Romawi Barat tak kunjung tiba dan hanya mengirimkan pasukan kecil yang membuat kandas harapan Valens. Akibatnya pertempuran yang rencananya jatuh pada 9 Agustus, mau tak mau harus dilakukan meskipun moral pasukan Romawi merosot.

Hari pertempuran pun tiba, pasukan Romawi berbaris sekitar tiga kilometer dari kubu lawan di Adrianopel. Pasukan Goth langsung membuat posisi melingkar, dan pasukan yang dipimpin Fritigern ditempatkan di punggung bukit.

Ammianus dalam catatannya, dikutip oleh MacDowell menuliskan, “Orang-orang bergegas ke pos mereka dan berdiri teguh; tidak ada yang tidak patuh atau meninggalkan barisan untuk membuat serangan mendadak.”

Untuk meningkatkan moral mereka kembali, prajurit Romawi mengeluarkan teriakan dan raungan keras, dan memulai pertempuran dengan saling lempar lembing dan senjata jarak jauh. Sedangkan lawan segera membuat formasi kura-kura yang lazimnya digunakan oleh prajurit Romawi.

“Bangsa barbar yang selalu waspada dan gesit… menerobos sayap kiri kita,” terang Ammianus. “Ini memberi jalan, tetapi pasukan cadangan yang kuat membuat serangan yang sengit dari dekat dan menyelamatkan orang-orang kami dari mulut kematian.”

Ketika kavaleri Romawi mendesak mundur prajurit Goth hingga ke lingkaran pusat yang berisi gerobak dan masyarakat sipil mereka, ternyata datanglah kelompok bantuan untuk bangsa Goth. Isinya beranggotakan orang Hun dan Alan yang kebanyakan berkuda, dan segera memporakporandakan prajurit Romawi.

Banyak prajurit Romawi yang berusaha melarikan diri, tetapi dihabisi oleh kaveleri Goth. Prajurit Romawi berusaha untuk memanggil pasukan cadangan, tapi pasukan tersebut ternyata lebih dulu melarikan diri.

Tersisa bersama sekitar 2 ribu prajurit yang gigih hingga titik darah penghabisan, kaisar Valens pun gugur.

Menurut Butler dan tim, terdapat dua laporan mengenai kematian Valens. Pertama, kaisar Romawi Timur tersebut tewas terpanah dan jenazahnya tidak pernah ditemukan. Laporan kedua terluka dan dibawa ke suatu rumah, kemudian sekelompok orang Goth menyerang mereka lalu membakarnya.

Sehari setelah pertempuran, bangsa Goth gagal menerobos masuk Adrianopel dan berpindah menjarah kota Thrace.

Di Konstantinopel, Theodisus I menggantikan Valens, dan segera bergandengan dengan Gratian di Barat untuk mengalahkan orang Goth. Meskipun Romawi selalu gagal, orang Goth sendiri juga tak bisa mengalahkan Romawi dalam pertempuran penting lainnya, sehingga kedua belah pihak membangun perjanjian yang sama seperti perjanjian 376.

Butler dan tim menilai pertempuran ini menjadikan orang Goth bukanlah bangsa yang remeh di medan laga. Mereka semakin berani menuntut Romawi, baik di Barat maupun Timur.

Perjanjian yang masih sama itu pulalah, menurut Butler dan timnya, kelak membawa mereka menjarah kota Roma pada 410, membuat kekaisaran Romawi Barat runtuh.(*)


Source: National Geographic.

Tags: ##adrianopel#goth#romawi
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Berita

Buntut Viralnya Dugaan Kekerasan Terhadap Tunanetra di Siantar, ILAJ Minta KND Periksa Wali Kota dan Jajaran Terkait

19/06/2025

Populer

Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Pojokan

Aku dan Sejuta Masalah Hidupku

17/06/2021
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba