Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Kamis, Februari 9, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Bagaimana Indonesia dapat Melebarkan Pengaruh lewat Makanan

by Redaksi
12/04/2022
in Dialektika
98
SHARES
703
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Iskandar Azmy Harahap*

PIRAMIDA.ID- Siapa yang tidak kenal rendang, olahan daging sapi atau kerbau dipadu rempah dan santan kering khas Minangkabau. Tidak hanya jadi makanan favorit penduduk Indonesia, nikmatnya rendang juga diakui di belantika kuliner internasional. Pada 2017 silam, rendang sempat menduduki posisi puncak makanan terenak di dunia versi CNN Travel.

Dengan kekayaan alam dan budaya yang melimpah, Indonesia punya segudang makanan yang berpotensi mencuri hati pencinta kuliner di dunia – mulai dari sate, rawon (Jawa Timur), gudeg (Yogyakarta), hingga sup konro (Makassar, Sulawesi Selatan).

Kekuatan kuliner ini dapat menjadi amunisi diplomasi Indonesia. Alih-alih melalui kekuatan militer dan ancaman ekonomi, Indonesia dapat melebarkan pengaruhnya dengan soft power, yang menekankan pada kerja sama dan pendekatan persuasif seperti melalui budaya dan pangan.

Sebagai tuan rumah perhelatan G20 2022, Indonesia dapat mengenalkan produk kulinernya untuk memperluas pengaruhnya dan membangun kedekatan antarnegara anggota melalui gastrodiplomasi.

Praktik gastrodiplomasi identik dilakukan oleh negara-negara dengan kekuatan menengah atau middle power seperti Indonesia. Konsep ini merupakan upaya membangun citra bangsa melalui cita rasa suatu makanan atau tata boga dalam ranah perjuangan diplomasi kebudayaan suatu negara.

Momentum Indonesia dalam diplomasi pangan dunia

Lewat perhelatan G20, Indonesia dapat melakukan gastrodiplomasi dengan beberapa cara.

Pertama, Indonesia dapat melakukan penguatan gastrodiplomasi dalam membangun rasa saling pengertian antarbangsa.

Salah satu contoh negara yang sukses melakukan gastrodiplomasinya adalah Korea Selatan. Negeri ginseng tersebut berhasil mencitrakan gastronominya secara strategis dan luas dalam upaya peningkatan soft power yang dimiliki oleh negara tersebut.

Dasar argumen penggunaan gastrodiplomasi adalah bahwa makanan merupakan instrumen komunikasi non-verbal yang krusial, bukan hanya sekadar alat untuk bertahan hidup, namun juga penanda indentitas.

Selain sebagai representasi dari identitas, makanan juga dapat dimaknai sebagai alat pemersatu anggota komunitas dengan memberikan kesan bahwa setiap anggota adalah setara, dekat, dan kuat saat bersama. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa pangan sebagai pendekatan soft power dapat menjadi strategi diplomasi yang kuat.

Indonesia sudah mulai menjalankan praktik gastrodiplomasinya. Pada tahun 2021, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif meluncurkan program Indonesia Spice Up The World untuk meningkatkan pemasaran produk bumbu dan rempah sebagai komoditas unggulan Indonesia.

Program ini mendorong hadirnya kuliner Indonesia di mancanegara, dengan menargetkan adanya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan meraup nilai ekspor bumbu dan rempah-rempah sebesar US$2 miliar Rp 2,75 triliun).

Pemerintah juga melakukan promosi lewat perbaikan kemasan, pembiayaan, pameran, festival, hingga konten digital. Bumbu yang dipromosikan adalah bumbu rendang, nasi goreng, sate, soto, gado-gado, serta bumbu pendukung lainnya, yakni kecap manis dan kacang tanah. Sedangkan, rempah prioritas ekspor adalah lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis, dan vanila.

Kedua, Indonesia dapat melakukan penguatan produk pangan dengan juga mempromosikan daerah penghasil pangan tersebut.

Dengan kekayaan sumber daya alam dan budaya Indonesia, Indonesia memiliki beberapa daerah yang memiliki sumber pangan yang melimpah yang bisa menjadi daya tarik untuk promosi produk pangan tersebut. Hal ini penting mengingat produk dari suatu wilayah bisa saja memiliki karakteristik tertentu.

Kopi Kintamani asal Bali, misalnya, dikenal dengan rasanya yang asam segar seperti buah jeruk. Pasalnya, pohon kopinya ditanam di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut beriringan dengan pohon jeruk.

Sayangnya, produk khas yang terdaftar di pemerintah hingga saat ini hanya 65 produk saja. Sedikitnya jumlah produk yang terdaftar menunjukkan bahwa terdapat kendala dalam pendaftaran produk dengan menyantumkan indikasi geografisnya.

Selain itu, sebuah kajian yang dilakukan oleh Aron Török dan rekan-rekan dari Corvinus University of Budapest menjelaskan bahwa produk kopi Indonesia yang memiliki indikasi geografis dari mana mereka berasal sayangnya masing memberikan manfaat ekonomi yang sedikit bagi produsen di daerah penghasil.

Kopi Gayo dan Toraja misalnya. Gayo adalah daerah penghasil kopi di Aceh, dan Toraja adalah daerah penghasil kopi di Sulawesi Selatan. Meskipun nama produk kopi erat dengan daerah penghasilnya, namun kontribusi pemasukannya tidak mendorong pembangunan ekonomi di daerah tersebut.

Hal ini dikarenakan keterbatasan kapasitas pemerintah atau asosiasi industri dalam mengatur dan mengelola komoditas dengan indikasi geografis menjadi hambatan besar dalam pemanfaatan perekonomian hasil pertanian.

Ketiga, Indonesia dapat memperkuat arsitektur pangannya untuk menambah nilai dari makanan jadi.

Arsitektur pangan merupakan seni dan praktik untuk mendesain dan mengolah makanan. Arsitek pangan merancang makanan untuk memiliki estetika dan fungsi tertentu, tergantung pada tujuan penggunaannya.

Sebagai contoh, aturan desain untuk bourguignon, kuliner daging sapi ala Prancis yang dimasak dengan minuman anggur dan berharga mahal, tentu saja berbeda dengan burger produksi massal yang dijual di rantai makanan cepat saji.

Ini merupakan tugas arsitek pangan untuk mempertimbangkan estetika, biaya, jadwal, konteks, keamanan, dan properti dari bahan yang tersedia. Indonesia perlu mengarusutamakan prinsip-prinsip desain struktural untuk meningkatkan kesehatan, keberlanjutan, dan kualitas sistem pangan modern.

Indonesia dapat mempraktikkan tiga langkah tersebut dalam pertemuan G20 mendatang. Apalagi, di tengah situasi global yang tengah panas akibat konflik yang tengah berkecamuk di Ukraina, pendekatan soft power diharapkan dapat mencairkan suasana dan menjaga laju diskusi di antara kubu-kubu yang berseteru.(*)


Penulis merupakan Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Artikel pertama kali terbit untuk The Conversation.

Tags: #diplomasipangan#indonesiaemas#kuliner
Share39SendShare

Related Posts

Hukum di Indonesia Makin Memburuk?

01/02/2023

Oleh: Kasihta Saragih, Claudia Sianturi, Nuri Giovani, Oscar Simbolon* PIRAMIDA.ID- Akhir-akhir ini situasi hukum yang ada di Indonesia mungkin sedang...

Manusia sebagai Makhluk Mengada dalam Ruang & Waktu

18/12/2022

Oleh: Inosius Pati Wedu* PIRAMIDA.ID- Kemajuan teknologi transportasi, informasi dan komunikasi di zaman modern menyebabkan manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi...

Sejarah Bidang

17/12/2022

PIRAMIDA.ID- “Sejarah itu bersajak”, ujar Mark Twain. Walau sejarah tak bisa terulang kembali. Sekarang, ke mana dan di mana kita...

Romantisme Bom Bunuh Diri Astana Anyar

12/12/2022

Oleh: Gregorius Bryan G. Samosir (Ketua Lembaga Pengembangan SDM PP PMKRI) PIRAMIDA.ID- Belum kering air mata akibat gempa yang mengguncang...

Peran Media Massa Sebagai Salah Satu Konsep Kekuatan Politik di Indonesia

18/11/2022

Oleh: Dwi Puja Kusuma* PIRAMIDA.ID- Perkembangan media massa di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Utamanya setelah memasuki era reformasi,...

Eksistensi ABRI Sebagai Aktor Kekuatan Politik Pasca Orde Baru

16/11/2022

Oleh: Aulia Sindi Pifua* PIRAMIDA.ID- Berbicara mengenai politik merupakan satu hal yang sangat menarik, namun perlu digarisbawahi juga bahwa tidak...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Berita

Timsel KPU Kepri Terbentuk, GMKI & GAMKI Tanjungpinang: Junjung Integritas dan Profesional

08/02/2023
Berita

Lantik dan Bimtek PKD, Panwascam Purbatua Ingatkan Perlunya Kemampuan Pengawasan dan Integritas

07/02/2023
Berita

Lantik PKD, Ketua Panwaslu Dolok Panribuan Ingatkan Jajaran Jaga Integritas

07/02/2023
Edukasi

Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Indonesia

06/02/2023
Berita

Kelompok Senior Peduli GMKI Serahkan Bantuan Inventaris kepada PP GMKI

04/02/2023
Berita

Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas: DPP PARKINDO Berkolaborasi dengan KND dalam menghilangkan Stigma terhadap Disabilitas di Gereja

03/02/2023

Populer

Edukasi

Peran Pemuda dan Mahasiswa untuk Pengembangan SDM

03/02/2023
Berita

Peringati 9 tahun Gugurnya 7 Relawan Kemanusiaan GMKI, GMKI Kutacane Gelar Ibadah Peringatan Hari Relawan

03/02/2023
Berita

Lantik dan Bimtek PKD, Panwascam Purbatua Ingatkan Perlunya Kemampuan Pengawasan dan Integritas

07/02/2023
Berita

Kelompok Senior Peduli GMKI Serahkan Bantuan Inventaris kepada PP GMKI

04/02/2023
ilustrasi: tirto.id/Gery
Sains

Apa itu Teori Evolusi Darwin?

27/01/2023
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia