Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, Juni 18, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Di Balik Kelompok Radikalis dan Separatis

by Redaksi
04/02/2021
in Dialektika
101
SHARES
719
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Ados Aleksander Sianturi*

PIRAMIDA.ID- Bung Karno adalah makhluk Tuhan yang sangat mengagungkan persatuan. Hal ini terbukti dalam pikiran maupun perjuangannya dalam menggalang persatuan guna terwujudnya suatu kemerdekaan sebagai jembatan peralihan dari belenggu. Belenggu yang dimaksud disini adalah penderitaan yang tercipta oleh penindasan yang dilakukan oleh para penjajah saat itu.

Cintanya Bung Karno akan persatuan terbukti dengan terbitnya tulisan beliau pada Suluh Indonesia Muda yang berjudul Nasionalisme, Islamisme, Marxisme pada tahun 1926. Tulisan ini secara sederhana dapat kita sarikan menjadi sebuah tulisan yang meyakini adanya suatu kekuatan yang tercipta apabila adanya persatuan dari kaum nasionalis, Islamis, dan Marxis sebagai pilar pergerakan menuju kemerdekaan kala itu.

Menyadari adanya tujuan yang sama dalam “rumah gerak” yang berbeda dapat mengarahkan pada persatuan yang dapat menjadi suatu kekuatan.

Kini, kesadaran akan hal ihwal persatuan semakin di gerus oleh waktu. Keinginan perpecahan oleh oknum warga negara demi suatu kepentingan tidak lagi memerhatikan bahwa persatuan yang akan mewujud pada suatu kekuatan dapat berbuah kemajuan dan kesejahteraan.

Apabila dulu ada tiga pilar penting pergerakan dalam perwujudan kemerdekaan yaitu kaum nasionalis, islamis, dan marxis, sekarang ada dua pilar penting yang tak lelahnya berjuang untuk mewujudkan perpecahan. Dua pilar penting tersebut dapat kita sebut dengan kelompok radikalis (agama) dan separatis.

Sampai saat ini radikalisme dan separatisme masih terus berkembang di negara kita. Walau tidaklah terlalu besar, dua kelompok ini nyatanya lihai dan mumpuni dalam menggiring dan memanfaatkan situasi yang berpotensi sebagai kendaraan mereka dalam melancarkan aksinya.

Hal ini tentu dapat mengancam keutuhan persatuan dalam kehidupan berbangsan dan bernegara. Radikalisme dan separatisme merupakan dua haluan yang berbeda. Akan tetapi dua haluan ini dapat bekerja sama dalam suatu situasi yang dianggap bisa mendatangkan keuntungan bagi mereka.

Radikalis

Secara etimologis, kata radikal sebenarnya bermakna netral. Kata ini berasal dari bahasa latin, “radix” atau “radici” yang menurut The Concise Oxford Dicyionary (1987) berarti “akar”, “sumber” atau “asal-mula”. Dalam makna yang lebih luas, istilah radikal mengacu pada hal – hal mendasar, prinsip – prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala atau juga bisa bermakna “tidak biasanya” (unconventional).

Pada zaman penjajahan istilah radikal berkonotasi positif dalam artian keberanian yang merasuk secara fundamental yang dimiliki para pejuang dalam mengusir penjajah pada waktu itu. Seiring berjalannya waktu istilah radikal menjurus pada sekelompok yang berjubah agama yang ingin memaksakan kehendak atas nama agama yang dapat memecah belah bangsa.

Peluruhan pengertian tersebut tak dapat kita pungkiri karena banyaknya peristiwa keagamaan yang dimotori oleh kelompok agamis. Kelompok agamis ini menjalankan aksinya secara radikal dan mencuci otak pengikutnya secara mendasar guna terwujudnya keinginan mereka.

Pada umumnya kelompok radikalis bersembunyi dibalik isu penistaan agama tehadap agama mereka. Kelompok radikalis akan memanfaatkan isu penistaan atau penodaan agama sebagai dalih kelompok yang tersakiti. Bilamana ada celah, mereka akan begitu semangat menggemborkan isu ini menjadi suatu persoalan yang sangat besar. Tuntutan mereka sedikit demi sedikit pun akan mulai menampakkan hasil.

Isu penistaan agama ini dapat dikatakan sebagai jurus andalan kelompok radikalis (agama) yang memang berpeluang besar dalam menimbulkan kericuhan. Tak hanya itu kelompok ini nyatanya masih diam diam memberikan pengaruhnya dengan menanamkan berbagai doktrin melalui lembaganya hingga memanfaatkan lembaga yang diasuh oleh pemerintah/negara.

Singkatnya, kita dapat melihat kelompok ini dalam suatu isu keagaaman yang menguntungkan mereka dan tampil mencolok dihadapan publik. Akan tetapi, kelompok ini sangatlah bungkam apabila terjadi suatu peristiwa yang tidak menguntungkan mereka.

Tujuan kelompok ini sangatlah beragam, akan tetapi berdasarkan peristiwa – peristiwa yang telah terjadi dapat kita simpulkan bahwa kelompok ini ingin menegakkan nafsu keagamaan mereka sebagai suatu sistem yang terlembaga. Keinginan penegakan nafsu keagamaan ini berpuncak pada tewujudnya agama (agama kelompok radikalis) sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Separatis

Di sisi lain ada kelompok separatis. Kelompok ini berbasis pada suatu wilayah yang dimana di negara kita kelompom ini terdapat pada wilayah timur Indonesia. Kelompok ini terkenal lebih keras dari kelompok radikalis karena mereka secara terang-terangan menyatakan keinginannya melalui perlawanan bersenjata kepada pihak keamanan negara.

Keinginan mereka pada dasarnya hanyalah satu yaitu kemerdekaan. Lucunya kelompok ini mengkehendaki kemerdekaan diatas negara yang sudah merdeka dan mereka termasuk di dalamnya.

Latar belakang munculnya kelompok ini ada banyak faktor yaitu,ketidakpuasan terhadap pemerintahan yang sah, merasa berbeda teman senegaranya, merasa ditindas, merasa tidak dipedulikan oleh negara dan lain – lain. Hal yang paling primer disini adalah mencuatnya perasaan “berbeda” dari teman senegaranya yang lain.

Perasaan berbeda ini menimbulkan kepekaan yang berlebih terhadap sesuatu yang biasa kita dengar dengan rasisme.

Sejatinya manusia tercipta dalam suatu kesempurnaan karena memiliki akal budi dan pikiran. Perbedaan bentuk fisik seperti warna kulit dan ukuran tubuh sejatinya bukanlah sebuah persoalan yang mengurangi gelar kesempurnaan manusia itu sendiri

Berbeda dengan kelompok radikalis agama yang memanfaatkan isu isu agama, kelompok separatis di negara ini pada umumnya memanfaatkan isu rasisme sebagai dalih terdzholimi dan supaya mereka seakan punya alasan untuk memisahkan diri dari negara merdeka yang mencakup kelompok mereka juga.

Seperti kita ketahui bersama, Indonesia telah merdeka selama 75 tahun. Perjuangan untuk merebut kemerdekaan ini jelas tak memakan waktu yang singkat. Puluhan bahkan ratusan tahun lamanya perjuangan itu berlangsung hingga akhirmya negara kita bebas dari belenggu dan mengenyam kemerdekaan sebagai jembatan menuju Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera.

Dari Sabang sampai Merauke menggambarkan keindahan hasil yang tidak mengkhianati perjuangan negara kita. Sebagai penikmat kdemerdekaan kita juga tak boleh menghianati perjuangan. Negara kita sudah sangat sempurna dengan aneka keindahan dan keberagamannya.

Perbedaan haruslah kita anggap sebagai kekayaan yang tak ternilai harganya.
Perkembangan dua kelompok ini adalah gambaran adanya ancaman nyata yang dapat mengebiri makna kemerdekaan yang kita nikmati saat ini. Berkembangnya kedua kelompok ini tentu dapat mengancam persatuan yang selama ini menjadi modal hidup bangsa untuk hidup dalam kedamaian guna kemajuan negara ini.

Rasa nasionalisme oleh segenap warga negara mestilah ditumbuhkembangkan sebagai langkah pengikisan paham yang tak selaras dengan harapan negara ini. Kaum nasionalis harus lah mengambil peran setidaknya melakukan edukasi terhadap warga negara yang dapat menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa dan negara ini.

Jika rasa nasionalisme sudah merasuk pada setiap warga negara, persatuan akan dengan mudah dapat digalang untuk saatnya berbicara kemajuan dan pembangunan bangsa. Berbicara nasionalisme kita dapat belajar pada Bung Karno sebagai salah satu pendiri bangsa yang gandrung akan kemanusiaan dan persatuan.

Sebagai penutup, Indonesia tidaklah akan pernah mengecap kemajuan selama persatuan oleh warga negaranya tidak benar – benar menjadi suatu hal yang utama. Kemerdekaan Indonesia akan selalu terancam selagi paham – paham yang tak selaras dengan ideologi bangsa masih bercokol di bumi Indonesia.(*)


Penulis merupakan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Jambi. Anggota GmnI Cabang Jambi.

Tags: ##gmni#radikalis#separatis
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba