Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Januari 27, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Enola Candelaria adalah Defenisi lain dari Luka

by Redaksi
11/07/2022
in Dialektika
106
SHARES
756
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Ticklas Babua-Hodja (Pres Laef)*

PIRAMIDA.ID- “Setelah diperkosa pria, perempuan diperkosa lagi oleh masyarakat.”

Nadya Karima Melati~

Ketika mendengar nama Enola, yang terlintas di pikiran adalah tentang kesewenangan kaum adam memasung kaki hawa (patriarki). Mari sejenak kita merantau pada batin Enola.

Secara teori pemahaman patriarki kerap kali diidentikkan pada kesewenang-wenangan laki-laki terhadap perempuan dalam hal mendudukkan perkara kesetaraan. Teorinya secara fundamental menjadi faktum komprehensif yang didasari pada pengetahuan kerdil yang menjadikan perempuan sebagai objek properti semata.

Pembuktian-pembuktian dapat dilihat dari segi ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Bahkan agama sekaligus. Stigma negatif terhadap tuntutan egaliter yang dilakukan lewat gerakan perempuan menjadi salah satu contoh konkret yang sering terjadi di Indonesia bahkan dunia.

Dalam hal berdiskusi saja sering kali perempuan tidak sedikitpun diberikan ruang bahkan waktu untuk menyampaikan bobot bebet pokok pemikiran yang semestinya dibulatkan menjadi satu kesatuan dari sebuah kesimpulan diskusi.

Pertemuan seremonial adat pun sama, inkultur yang diterapkan di tengah-tengah kondisi sosiologis masyarakat seakan telah menjadi hal yang lumrah untuk dijadikan suatu alasan tertinggi agar dikunci kran pembicaraannya. Argumen ini hanya dari satu jalan dua pintu, yakni segi budaya dan sosial. Belum lagi ketika argumentasi ini semakin diperjelas dari sisi ekonomi, politik dan agama.

Dalam kondisi sosial, persoalan ini semakin dipersulit ketika perempuan dalam hal ketidaksengajaan mengalami hal di luar etika masyarakat, yakni dalam urusan seksualitas. Sanksi sosial terhadap persoalan ini seakan hanya berlaku pada perempuan. Sementara mereka lupa untuk menegur si laki-lakinya dalam urusan hal ihwal ini.

“Setelah diperkosa pria, perempuan diperkosa lagi oleh masyarakat,” begitu tegas Nadya Karima Melati dalam membicarakan feminisme. Begini kira-kira argumentasi yang dibangun Nadya:

Bicara soal tubuh lagi, mengapa hantu-hantu perempuan membalas dendam ketika dia telah menjadi hantu? Mengapa ia tidak meluapkan kemarahannya ketika ia masih menjadi manusia? Ini yang lagi-lagi menjadi perhatian bagi cara pandang masyarakat kita yang misoginis dan selalu menyalahkan perempuan dalam setiap ketidakadilan yang mereka alami. Kuntilanak misalnya, baru bisa membalas dendam ketika sudah menjadi hantu dan meninggalkan tubuhnya. Karena setelah diperkosa oleh pria, perempuan diperkosa lagi oleh masyarakat. Sedikit sekali korban perkosaan yang berani melapor atas tindakan kriminal (perkosaan) yang terjadi kepadanya.

Perkosaan adalah bentuk kekerasan fisik dan perampasan harga diri. Jika perempuan menjadi korban perkosaan, perempuan sering dianggap tidak mampu menjaga dirinya bahkan dianggap mengharapkan perkosaan itu terjadi.

Sementara, masyarakat tidak pernah menyalahkan laki-laki pemerkosa untuk menjaga perilakunya. Walaupun perempuan adalah korban perkosaan tidak diperkosa sampai mati seperti kasus YY, hampir semua korban perkosaan yang saya kenal sudah terbunuh jiwa dan masa depannya.

Nasib sundal bolong ternyata tidak lebih baik. Kematian ibu (AKI) sebagai instrumen Millenium Development Goals (MDGs) masih terus tinggi di Indonesia. Walaupun paradigma pembangunan MDGs sudah beralih menjadi Sustainable Development Goals, tetap saja target angka penurunan kematian Ibu tidak pernah tercapai.

Nasib wewe gombel juga kurang lebih sama. Payudara sebagai sistem reproduksi dan seks termasuk tabu untuk dibicarakan. Apalagi, pendidikan seksual menyangkut pengetahuan tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi (sexual and reproductive health and rights) anak-anak muda masih jauh api dari panggang.

Memasukkan pendidikan seksual ke dalam kurikulum masih dianggap sama dengan mengajarkan anak-anak muda untuk melakukan hubungan seksual. Imbasnya, lagi-lagi perempuan! Kebodohan karena ketidaktahuan mengenali dan memahami tubuhnya menjebaknya pada kehamilan yang tidak diinginkan di usia sekolah. Jumlah kasus perempuan putus sekolah di Indonesia karena kehamilan juga tidak bisa dianggap sedikit.

Ternyata, nasib hantu perempuan yang menderita stigma tidak jauh berbeda dengan nasib semasa hidupnya. Pemahaman kita yang merasa manusia, yang mampu berbuat baik kepada sesama, gagal. Jangankan sesama manusia, kepada hantu pun kita tidak adil.

Perempuan menanggung kebencian masyarakat atas tubuhnya selama ia hidup hingga menjadi hantu. Melalui pemaparan di atas, saya sendiri menjadi bertanya-tanya, jangan-jangan, sebenarnya kita ini manusia tidak lebih baik dari hantu karena menolak feminisme sebagai upaya memanusiakan manusia (perempuan).(*)


Penulis merupakan kader GMKI. Aktif menulis di berbagai media.

Tags: #hantu#nadyakarimamelati#patriarki#Perempuan
Share42SendShare

Related Posts

Manusia sebagai Makhluk Mengada dalam Ruang & Waktu

18/12/2022

Oleh: Inosius Pati Wedu* PIRAMIDA.ID- Kemajuan teknologi transportasi, informasi dan komunikasi di zaman modern menyebabkan manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi...

Sejarah Bidang

17/12/2022

PIRAMIDA.ID- “Sejarah itu bersajak”, ujar Mark Twain. Walau sejarah tak bisa terulang kembali. Sekarang, ke mana dan di mana kita...

Romantisme Bom Bunuh Diri Astana Anyar

12/12/2022

Oleh: Gregorius Bryan G. Samosir (Ketua Lembaga Pengembangan SDM PP PMKRI) PIRAMIDA.ID- Belum kering air mata akibat gempa yang mengguncang...

Peran Media Massa Sebagai Salah Satu Konsep Kekuatan Politik di Indonesia

18/11/2022

Oleh: Dwi Puja Kusuma* PIRAMIDA.ID- Perkembangan media massa di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Utamanya setelah memasuki era reformasi,...

Eksistensi ABRI Sebagai Aktor Kekuatan Politik Pasca Orde Baru

16/11/2022

Oleh: Aulia Sindi Pifua* PIRAMIDA.ID- Berbicara mengenai politik merupakan satu hal yang sangat menarik, namun perlu digarisbawahi juga bahwa tidak...

Perkembangan Politik Pencitraan diselaraskan dengan Perkembangan Demokrasi

11/11/2022

Oleh: Buha Pasaribu* PIRAMIDA.ID- Pencitraan kebijakan atau political imaging, berkembang dengan demokrasi di Indonesia, dimulai dengan pemilihan presiden langsung tahun...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Sains

Cerita tentang Bedes Bijak (Homosapiens)

27/01/2023
Sains

Benarkah Mimpi Merupakan Kelanjutan dari Kehidupan Dunia Nyata?

27/01/2023
ilustrasi: tirto.id/Gery
Sains

Apa itu Teori Evolusi Darwin?

27/01/2023
Berita

Terkait Penggusuran Warga di Komplek Perkemahan Sibolangit, GMKI Sibolangit: Pemprov Sumut Harus Dengarkan Suara Rakyat Sibolangit

25/01/2023
Berita

PERMAHI Siantar Gelar Pembukaan Konferensi Cabang III

17/01/2023
Berita

Buntut Bentrok di Area Smelter PT GNI, PP PMKRI Desak Polda Sulteng Untuk Memeriksa Direktur Operasional PT GNI

16/01/2023

Populer

Berita

Syukuran Pembubaran Panitia, Panitia Perayaan Natal 3 Sinode Gelar Pemberian Tali Asih di Panti Asuhan

02/06/2022
ilustrasi: tirto.id/Gery
Sains

Apa itu Teori Evolusi Darwin?

27/01/2023
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Ilustrasi: dw.com
Dialektika

Zoroaster, Agama Pertama Yang Menyembah Satu Tuhan

15/06/2020
Edukasi

Sosiologi Hukum Memandang Kekerasaan dan Pelecehan Seksual

21/12/2021
Berita

Terkait Penggusuran Warga di Komplek Perkemahan Sibolangit, GMKI Sibolangit: Pemprov Sumut Harus Dengarkan Suara Rakyat Sibolangit

25/01/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia