Dea Renita Saragih*
PIRAMIDA.ID- Dengan adanya Covid-19 ini, pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan tatap muka sekarang beralih pada pembelajaran dalam jaringan (daring) dimulai pada bulan Maret sampai pada saat ini.
Tidak ada satu orang pun yang mengetahui secara pasti kapan pandemi ini akan berakhir. Mengingat ketidakpastian yang semakin tinggi, sudah tentu pembelajaran dalam jaringan akan terus dilakukan hingga pandemi ini berakhir.
Pandemi Covid-19 dinilai turut berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Proses pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan saat ini menjadi kesulitan tersendiri bagi guru dan siswa maupun dosen dengan mahasiswa.
Metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan selama pandemi Covid-19 menyebabkan guru maupun siswa tidak maksimal dalam menjalankan proses pembelajaran. Siswa dituntut untuk tetap mengikuti pembelajaran secara daring.
Banyak tantangan yang bermunculan mengenai PJJ ini, baik dari kalangan orang tua, atau bahkan dari pihak siswa itu sendiri.
Para siswa banyak yang mengeluh akibat pembelajaran daring yang dianggap tidak efektif. Guru sebagai seorang pendidik hanya mampu memberikan berbagai macam tugas tanpa menjelaskan materi terlebih dahulu. Faktanya justru banyak guru tetap mengejar ketuntasan kurikulum dengan cara memberikan tugas terus-menerus pada siswa selama PJJ.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti menduga, akibat keegoisan sekolah untuk menuntaskan pencapaian kurikulum itu, banyak siswa merasa terbebani hingga mengalami tekanan secara psikologi, tidak naik kelas, bahkan sampai putus sekolah.
Ia juga menyampaikan kabar duka atas wafatnya seorang siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) di wilayah Tarakan, Kalimantan Utara berinisial AN (15) yang diduga melakukan bunuh diri.
“Ibunda korban menjelaskan bahwa AN memang pendiam dan memiliki masalah dengan pembelajaran daring. Anak korban lebih merasa nyaman dengan pembelajaran tatap muka,” kata Retno, Sabtu (31/10).
Menurutnya, pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama ini tidak disertai penjelasan langsung dari guru dan kemudian murid malah dibebankan tugas-tugas yang berat dan sulit untuk dikerjakan.
Para siswa banyak yang mengeluh akibat pembelajaran daring yang dianggap tidak efektif. Bahkan dengan kondisi keadaaan yang tidak mendukung dan terletak jauh dari pusat kota, hal ini tentu akan berdampak pada kondisi jaringan internet yang tidak stabil.
Hal tersebut terbukti pada siswa yang tinggal di daerah pegunungan tepatnya di Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, Palopo, Sulawesi Selatan, mereka harus berjuang dengan naik dan turun gunung mencari lokasi yang ada sinyal internetnya.
Dan di pinggir Jalan Poros Palopo-Toraja Utara, tempat para siswa mengakses internet demi belajar secara daring. Hanya dipinggir jalan tersebut titik sinyal internet yang baik, meskipun terganggu oleh teriknya matahari para siswa tetap bertahan.
Kadangkala mereka berlindung di bawah pohon yang ada disekitarnya. Namun jika turun hujan mereka tidak mengikuti pembelajaran daring karena lokasi internet di pinggir jalan tidak memiliki tempat untuk berteduh.
Meskipun dalam paparan Nadiem, setiap siswa akan mendapatkan pulsa kuota internet sebesar 35 GB per bulan, namun jika kondisi letak perkampungan yang jauh dari pusat keramaian kota dan belum terjamah oleh infastruktur yang belum memadai. Hal itu pasti akan menimbulkan koneksi internet yang buruk.
Nah, jika sudah seperti ini apa yang akan terjadi? Tentu terjadi penurunan kualitas pendidikan di tengah pandemi Covid-19 ini. Banyak siswa yang kekurangan minat belajar sehingga banyak yang melalaikan proses pembelajaran daring. Kemudian susahnya cari jaringan serta kurangnya keaktifan siswa.
Jika kondisi pendidikan saat ini masih saja berjalan dengan seperti ini, terlepas dari kisisnya minat siswa dalam pembelajaran daring ini, juga tenaga pendidik yang tetap membebani siswa secara berlebih, maka berpotensi menimbulkan rasa jenuh, dan berdampak psikologis terhadap siswa.
Terlepas dari hal tersebut peran orangtua dalam pembelajaran daring ini sangatlah penting. Orangtua mesti mendampingi anaknya belajar di rumah. Orangtua harus memastikan anak belajar daring dengan aman. Beri semangat pada anak untuk belajar secara daring dan tentunya saling menjalin hubungan komunikasi dengan guru.
Tampak jelas bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kita, karena tidak hanya memberi kita pengetahuan akan tetapi mengajarkan kita pada sopan santun dan hal-hal yang benar.
Pendidikan memupuk kita menjadi individu dewasa, individu yang mampu merencanakan masa depan dan mengambil keputusan yang tepat dalam hidup.
Dari penjelasan di atas bahwa kualitas pendidikan di Indonesia pada masa pandemi mengalami penurunan. Beberapa siswa menganggap bahwa pembelajaran daring ini kurang efektif.
Ketidak-efektifan tersebut disebabkan oleh susahnya mencari sinyal/jaringan ditambah lagi banyak penugasan yang diberikan oleh guru kepada siswa. Harapan saya semoga pendidikan di Indonesia dapat berjalan dengan seefektif mungkin, baik dalam kondisi saat ini ataupun kondisi normal sebelumnya.
Karena kunci pembangunan suatu negara adalah pendidikan.(*)
Penulis merupakan S-1 Pend. Bahasa Indonesia Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar.
Artikel yg Baek buat para petinggi negeri.
Saya mendukung!!👍