Oleh: Presiden Laef*
PIRAMIDA.ID- Oktober kelam yang pernah saya asumsikan sebelumnya, ternyata berubah menjadi takdir yang melahirkan satu sosok malaikat yang masih menuduh kehidupan.
Seperti menimang bayi pertama, air mata menderus sepi di kelopak mata sambil berharap: “Ambilah sebilah pedang, hunuskan itu di jantung, tanamlah mayatku, memakilah nyawaku, semoga menyuburkan masa depanmu.”
Bulan masih merangkak, di kala obor menyadarkan saya, bahwa dewasa menukar itu dengan masa bodoh. Hari demi hari menidurkan perasaan dengan rasa yang masih rahasia. Jika benar ini adalah jalanan pandir, maka yang terjadi banyak mulut kian memarkir, saya dipelintir.
Sosok yang terbilang masih meramu di ruang imajinasi, kini telah lahir tanpa seorang ayah, tanpa kekuatan ayah, tanpa pelukan ayah. Sungguh, takdir ini adalah racun bagi saya. Jika manusia diberikan waktu untuk menggugat Tuhan, maka saya akan dengan lantang mengatakan, “Tuhan, Kebijakan mu membuat saya kehilangan kebajikan. Kehilangan pengharapan.”
Beri aku waktu bertemu, berpelukan, bersalaman, merabah pipi, dan kecup alis keningnya, walau hanya sebentar singgah.
Kelahiranmu, malaikatku, menandakan perjuangan yang sia-sia. Entah, pada siapa ke depannya yang harus dituduh sebagai pemisah. Tuhan? Saya? Ataukah orang yang selama sembilan bulan mengandung dan melahirkanmu? Jangan tanyakan, jangan jatuhkan hukuman pertanyaan itu ketika dewasa nanti. Kelak, kau akan sadar tentang kehidupan, tentang perjuangan dan cinta.
Izin ini, saya sebagai manusia pecundang berharap, ke depannya, kau menjadi pribadi yang menganut paham seperti perempuan yang bernama Emma Goldman. Kejahatan hari ini, akan menyuburkan masa depanmu. Salam kasih dari tuanmu.
Selanjutnya, kau malaikatku, akan terlunta-lunta melewati kekejaman di sekelilingmu bak kerikil didalam sepatu. Namun, ada satu yang akan mendampingi mu, “ Seribu Kebohongan akan dikalahkan dengan satu kebenaran.” Bawalah kebenaran dari laki-laki yang dianggap pecundang dari orang-orang sekitarmu. Itu sudah cukup malaikatku. Aku merindukanmu.
Dari jauh laki-laki pecundang ini menanam harap yang masih terkubur, malaikat kecilku, jadilah mimpi ditidurku, jadilah harapan baru bagi lingkunganmu. Titik nadir menjagamu, urat nadi bersamamu. Perjuangkan ku akan memaknai dari segala dimensi kehidupanmu. Diriku : Laki-laki Pecundang, 09 Oktober 2022.
Penulis merupakan kader GMKI Jailolo.