Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Januari 31, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Ekologi

Lestarikan Lingkungan dengan Lahan Sempit dan Barang Bekas

by Redaksi
06/06/2020
in Ekologi
99
SHARES
705
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Ekaristi Sidauruk*

PIRAMIDA.ID- Wabah virus corona atau sering disebut COVID-19 sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam bidang pendidikan, salah satunya, mengakibatkan kurang maksimalnya proses belajar mengajar karena dilakukan secara daring/online.

Dalam bidang sosial-budaya, setiap orang diupayakan jaga jarak (social distancing/phsycal distancing), tidak bersalaman apalagi berpelukan. Pengaruh paling besar adalah dalam aspek ekonomi.

Banyak perusahaan yang mengurangi pekerja/karyawan akibat pendapatan menurun, petani mengeluh harga penjualan barang menurun, namun harga pembelian di pasar tidak turun, harga pupuk naik bahkan langka.

Siapa yang salah? Kita tidak perlu menyalahkan orang lain, mari saling bekerjasama memajukan perekonomian negara kita.

Salah satu cara untuk bertahan dalam situasi saat ini dan dapat dilakukan oleh semua kalangan adalah bertani. Bertani tidak harus dilakukan di lahan yang luas; kita dapat memanfaatkan lingkungan rumah yang layak untuk bercocok tanam. Iya, contohnya memanfaatkan halaman rumah.

Mungkinkah? Sangat mungkin. Dengan lahan sempit kita juga dapat mendapatkan penghasilan tambahan. Bapak Buha Simbolon adalah salah seorang pelakunya.

Bapak Buha Simbolon bekerja di Caritas Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Medan dan Istrinya bekerja sebagai guru di sekolah SLB-C Santa Lusia Pematangsiantar. Perbedaan tempat kerja mengakibatkan mereka harus tinggal di dua tempat, yaitu Medan dan Pematangsiantar. Dalam bahasa Batak sering disebut “Mardua Huta”.

Bekerja dari rumah atau work from home memberi kesempatan kepada bapak Buha Simbolon menikmati lebih banyak waktu bersama istrinya, Santa Lumbantoruan tinggal di Pematangsiantar.Kesempatan ini juga digunakan untuk menyulap halaman rumah mereka menjadi lahan pertanian yang sejuk dipandang mata.

Lahan sempit tidak menjadi penghalang untuk berkreasi. Mereka memanfaatkan polybag, botol plastik bekas dan tanah sisa pembakaran sebagai media tanam.

Selain itu, sisa-sisa makanan, air bekas cucian beras dan kulit buah-buahan juga dimanfaatkan sebagai pupuk organiknya. Di lahan yang berukuran kurang lebih 9 x 3 meter itu, Bapak Buha Simbolon sudah dapat menanam kira-kira 2000 batang sayur dan beberapa batang cabai merah dan cabai rawit. Bukan hanya itu, dalam polybag dengan diameter 20 cm juga ditanami beberapa pokok timun dan tomat ceri (“rengge-rengge” dalam bahasa Batak).

Setelah 7 minggu sayur dan timun sudah dapat dipanen, dan hasil panennya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari selama 1 minggu untuk 2 rumah tangga. Tidak terlalu banyak, namun cukup dan lebih terjamin kualitas higienisnya karena banyak menggunakan pupuk organik.

Selain itu kegiatan ini juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena pemanfaatan limbah rumah tangga sebagai pupuk organik; hemat waktu karena kegiatannya dilakukan disela-sela waktu bekerja dari rumah; menghemat pengeluaran karena tidak perlu pergi ke pasar untuk belanja sayuran, dan yang paling penting, yakni sangat mengurangi potensi penularan virus COVID-19 karena tidak pergi ke pasar dan melakukan transaksi jual-beli menggunakan uang.

Apakah Anda dan saya dapat melakukannya? Iya, pasti.

Mari kita bersama-sama melakukannya dari lingkungan keluarga kita. Dengan memanfaatkan lahan di sekitar rumah kita dapat menyalurkan bakat dan hobi bertani. Kita juga mengurangi limbah plastik dan pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan botol plastik bekas, plastik gula bekas, peralatan rumah tangga yang sudah tidak dapat digunakan di rumah sebagai media tanam dan sisa-sisa makanan sebagai pupuk.

Kegiatan ini juga salah satu cara mendukung Ensiklik Laudato Si oleh Paus Fransiskus.

Mengapa kita harus menjaga kelestarian lingkungan?

Menjaga kelestarian lingkungan adalah salah satu cara untuk menjaga bumi dan bumi adalah rumah kita bersama. Dalam nyanyian yang indah, Santo Fransiskus dari Assisi mengingatkan kita bahwa rumah kita bersama bagaikan saudari yang berbagi hidup dengan kita dan seperti Ibu yang jelita yang menyambut kita dengan tangan terbuka.

“Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari kami, Ibu Pertiwi yang menopang dan mengasuh kami, dan menumbuhkan berbagai buah-buahan, beserta bunga warna-warni dan rerumputan”.

Saat ini rumah kita sedang menderita. Polusi udara terjadi di mana-mana, bukan hanya di kota besar akibat asap kendaraan dan pabrik, di pedesaan juga sudah banyak pencemaran terjadi akibat pembakaran hutan sembarangan. Persediaan air bersih semakin berkurang akibat limbah dan sampah yang dibuang ke sungai/air.

Banjir semakin sering terjadi akibat banyak hutan sudah gundul untuk pembukaan lahan kebun kelapa sawit. Tanah sudah tandus akibat penggunaan zat kimia berlebihan oleh para petani.

Bagaimana kita harus mengobatinya?

Entah beriman atau tidak, kita sekarang sepakat bahwa bumi pada dasarnya adalah warisan bersama, buahnya harus menjadi berkat untuk semua. Bagi orang-orang beriman ini merupakan soal kesetiaan kepada Sang Pencipta, karena Tuhan lah yang menciptakan dunia untuk semua. Allah menganugerahkan bumi kepada seluruh umat manusia agar menjadi sumber kehidupan bagi seluruh anggotanya tanpa kecuali. (Ensiklik Laudato Si, hal. 70).

Mari kita bersama-sama memulai dari hal yang paling sederhana, yaitu membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, memanfaatkan barang bekas yang masih layak digunakan, mengolah sampah yang masih bisa digunakan seperti sampah organik, dan menanam pohon/tanaman di pekarangan rumah.

Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2020.

Selamat mencoba bertani di pekarangan rumah dan mencoba pertanian organik.

Salam sehat dan tetap semangat.


Penulis merupakan salah satu tenaga pendidik di SLB-C Santa Lusia Pematangsiantar.

Tags: #inovasi#kreatif#lingkungan
Share40SendShare

Related Posts

Perspektif Sosiologi terhadap Permasalahan Eksistensi Nelayan Skala Kecil

27/10/2022

Oleh: Adhitya Qurdiansyah (2205030012) PIRAMIDA.ID- Nelayan merupakan sebuah istilah bagi setiap individu atau kelompok yang mana kesehariannya bekerja menangkap ikan...

Di Jambi Penyelesaian Konflik Agraria Dinilai Setengah Hati, WALHI Ungkap Sejumlah Persoalan

26/07/2022

PIRAMIDA.ID- Proses penyelesaian konflik agraria di wilayah Provinsi Jambi, diakui masih menapaki jakan terjal oleh Manager Advokasi Wahana Lingkungan Hidup...

Apa yang Terjadi jika Kita Berhenti Menggunakan Plastik?

06/07/2022

PIRAMIDA.ID- Dari 8.300 juta ton plastik murni yang diproduksi hingga akhir tahun 2015, terdapat 6.300 juta tonnya telah dibuang. Sebagian...

Dampak Plastik terhadap Lingkungan

07/06/2022

Oleh: Lidya Putri* PIRAMIDA.ID- Kantung plastik kresek dan kemasan dari plastik lainnya merupakan alat pengemas yang paling banyak dipergunakan karena...

Apakah Efektif Pola Baru Pengawasan dan Penegakan Hukum di Laut Indonesia?

09/04/2022

PIRAMIDA.ID- Pengamanan wilayah laut menjadi kegiatan sangat penting untuk bisa terus berlangsung sepanjang tahun. Kegiatan tersebut tak hanya untuk mengamankan...

Bagaimana Distopia dapat Menyelamatkan Dunia?

06/04/2022

PIRAMIDA.ID- Bentuk patung itu tak biasa, tapi anehnya sangat menarik. Monumen, karya itu, bentuknya seperti pohon raksasa yang terbuat dari...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Edukasi

Meningkatkan Keadilan di Indonesia

29/01/2023
Berita

Esensi Kekuasaan di Indonesia

28/01/2023
Berita

Komda PMKRI Sumbagut: Wali Kota Medan Penuh Pencitraan

28/01/2023
Berita

PP Simalungun Buka Pendaftaran Balon Ketua MPC Simalungun

28/01/2023
Berita

Tuntaskan Perkara Judi Apin BK, Komda PMKRI Sumut Apresiasi Kinerja Kapolda Sumut

28/01/2023
Sains

Cerita tentang Bedes Bijak (Homosapiens)

27/01/2023

Populer

Prosesi sertijab PP GMKI/screeshot
Berita

PP GMKI Resmi dikukuhkan, Ini Susunan Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2020-2022

09/01/2021
ilustrasi: tirto.id/Gery
Sains

Apa itu Teori Evolusi Darwin?

27/01/2023
Berita

Syukuran Pembubaran Panitia, Panitia Perayaan Natal 3 Sinode Gelar Pemberian Tali Asih di Panti Asuhan

02/06/2022
Berita

Esensi Kekuasaan di Indonesia

28/01/2023
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

Kritik Sastra: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Pendekatan

14/11/2022

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia