Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, April 2, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Mengapa Kita Menghancurkan Warisan Budaya Berusia Ribuan Tahun?

by Redaksi
08/04/2022
in Dunia
100
SHARES
717
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Penghancuran warisan budaya berusia ribuan tahun adalah tindakan disengaja. Fenomena itu tidak terjadi baru-baru ini namun sudah berlangsung selama ribuan tahun. Apa yang terjadi?

Anda tentu pernah membaca artikel di mana para ekstremis agama menghancurkan warisan budaya di Afghanistan, Irak, dan Suriah. Mereka melakukan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Atau penghancurkan kuil dan patung di Tibet.

Ini bukan fenomena baru. Selama ribuan tahun, manusia telah menghancurkan ingatan umat manusia. Alasan utamanya adalah intoleransi dan keserakahan.

Intoleransi, keengganan untuk menerima ide, kepercayaan, atau adat istiadat yang berbeda, baik itu agama, politik, atau ras. Keserakahan, seperti melebur karya seni untuk kandungan logam mulianya dan menggunakan kembali sebagai bahan bangunan.

Generasi demi generasi, sebagian besar kekayaan budaya lima milenium terakhir dihancurkan.

Patung kuno sebagai gambaran religius

Patung Apollo, dan Venus tidak dimaksudkan sebagai hiasan. Mereka adalah gambar keilahian. ‘Seni’ tidak hanya diciptakan untuk dinikmati, namun ini juga menjadi cara untuk membuat iman terlihat dan dapat diakses.

Manusia melakukan ritual termasuk memberikan persembahan kepada para dewa dan berharap mendapatkan balasan yang setimpal. Hewan, dupa, bunga, dan persembahan berharga lainnya dipersembahkan kepada patung para dewa.

“Memberikan kurban kepada dewa secara harfiah berarti ‘membuat sesuatu yang suci’,” ungkap Guillame Deprez dilansir dari laman The Collector.

Plato, menuturkan bahwa “kami mendirikan patung-patung sebagai penggambaran dewa. Kami percaya bahwa ketika menyembah ini, meskipun tidak bernyawa, para dewa merasakan niat baik yang besar dan rasa terima kasih.”

Patung Afrodit telanjang adalah patung yang dipercaya dapat menangkal bahaya di laut. Sebagai sebuah karya seni, patung ini membawa emosi yang kuat bagi pengamatnya.

Bagi pencipta maupun penikmatnya, patung adalah ekspresi ilahi dan karya seni. Persis seperti Pietà karya Michelangelo sekaligus merupakan gambaran kuat tentang Kristus dan Maria dan mahakarya universal.

Patung dianggap tempat berdiamnya setan

Teks kuno menggambarkan ribuan patung perunggu di Yunani dan di Roma. Era ketika seorang turis dapat mengagumi begitu banyak keajaiban di Roma, sekitar tahun 350 M. “Itu juga merupakan saat di mana sikap terhadap patung berubah,” ungkap Deprez.

Dengan agama baru dan dekrit kekaisaran, patung-patung yang dianggap kafir menjadi mencurigakan.

Patung-patung yang sebelumnya dianggap baik kemudian dianggap sebagai berhala atau didiami roh halus. Sehingga memandangi patung berarti mengambil risiko diserang atau dilukai oleh iblis di dalam.

Satu-satunya perlindungan terhadap kekuatan jahat patung adalah mencungkil mata, memotong hidung, atau memenggal kepala patung-patung itu.

Penghancuran dan daur ulang patung-patung berharga

Perunggu dapat dengan mudah dicairkan, digunakan kembali untuk pot, senjata, atau koin. Marmer juga dapat didaur ulang. Ini dapat dipotong dan digunakan kembali, juga dibakar dan diubah menjadi kapur.

Menghancurkan patung marmer untuk diambil kapurnya begitu lazim sehingga sebuah distrik di Roma bahkan disebut ‘Lime-pit’. Di tempat ini, “banyak batang tubuh dan patung yang ditemukan di ruang bawah. Dulunya ini adalah tempat pembakaran marmer Yunani jika dilihat dari kapur luar biasa yang mereka hasilkan,” Deprez mengungkapkan.

Ironisnya, sejumlah besar fragmen dari patung-patung terindah telah digunakan sebagai bahan bangunan.

Warisan budaya dihancurkan karena pergolakan politik dan revolusi kebudayaan

Ketika Stalin meninggal, penggantinya mengkritik bagaimana dia berubah menjadi manusia super yang memiliki karakteristik supernatural. Mirip dengan dewa.

Di Tiongkok, Mao berusaha untuk menegaskan kembali kendalinya. Hasilnya adalah “revolusi besar yang menyentuh jiwa orang-orang.” Dipengaruhi oleh propaganda tanpa henti, Pengawal Merah mengubah idealisme yang belum matang melawan para tetua.

Dengan penuh semangat, Pengawal Merah menghancurkan semua ide, budaya, dan kebiasaan lama. Mereka menganggap diri sebagai ‘perusak dunia lama’. Dunia lama adalah budaya yang berusia lebih dari dua milenium.

Perusakan ini diiringi dengan penghancuran warisan budaya, mereka menggeledah kuburan Konfusius dan kaisar. Tentara pemuda ‘mengecam’ kejahatan leluhur dan membakar mayat mereka.

Perusakan cagar budaya, tempat ibadah, dan patung religi

Di Beijing hampir 5.000 ‘tempat budaya atau sejarah’ dihancurkan, dua pertiga dari warisan kota. Situs-situs suci bagi berbagai kepercayaan Tiongkok kuno diserang. Buddha, kuil dan patung Tao, gereja dan patung Kristen, tempat ibadah Muslim dijarah, dirusak dan dibakar.

Rumah pribadi digeledah, foto keluarga, buku, dan barang antik dihancurkan. Kota Terlarang berhasil diselamatkan dari kemarahan yang merusak atas perintah perdana menteri.

Seorang Pengawal Merah menjelaskan, “Saya merasa saat itu pemimpin kita bukanlah orang biasa. Mao Zedong mungkin terlahir sebagai dewa matahari.”

Menghargai warisan budaya umat manusia

Selama ribuan tahun, harga penolakan untuk menerima keberadaan peradaban lain adalah penghancuran warisan.

Tapi kita tidak lagi terisolasi dari budaya lain. Dunia saling terhubung dengan 7,8 miliar manusia, dua ratus negara, dan ribuan budaya. Manusia mendapat manfaat dari penemuan yang dibuat oleh orang-orang yang tidak terlihat, berpikir, dan percaya seperti kelompoknya.

“Alhasil, tak perlu sependapat dengan orang lain untuk bisa mengagumi pencapaiannya,” ungkap Deprez.

Begitulah, meski masa lalu tidak bisa diubah, kita masih bisa belajar darinya. Seseorang tidak perlu menjadi orang Italia atau Kristen untuk tergerak oleh Pietà karya Michelangelo. Atau menjadi umat Muslim untuk mengagumi Taj Mahal, menjadi Buddhis untuk meratapi kehancuran para Buddha Bamiyan.

Menurut Deprez, begitu manusia menyadari kesia-siaan mencoba mengubah orang lain menjadi berpikir atau percaya seperti dirinya, manusia terbebaskan.

Terbebas dari rasa takut pada orang lain, kita berhenti dibingungkan oleh kompleksitas umat manusia, dan akhirnya terpesona olehnya. “Tercerahkan, kita semua dapat mengagumi warisan bersama umat manusia,” harapnya.(*)


National Geographic Indonesia

Tags: #Budaya#penghancuran#penghilangansejarah#situssejarah
Share40SendShare

Related Posts

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Sekilas tentang Abad Kegelapan: Apakah Kesenian juga Menjadi “Gelap”?

04/07/2022

PIRAMIDA.ID- Setelah kekaisaran raksasa Romawi Kuno perlahan menyusut hingga akhirnya tumbang dan hilang di tahun 476 M, maka hingga bertahun-tahun...

Hadir di GA-WSCF di Berlin, Ketum GMKI: Bangga Mewakili Indonesia dan Bertemu Delegasi Seluruh Dunia

27/06/2022

PIRAMIDA.ID- General Assembly World Student Christian Federation GA-WSCF resmi dibuka pada tanggal 23 Juni 2022 di Berlin, Jerman. General Assembly...

“Mata Ilahi”: Apakah Simbol ini Punya Makna Rahasia?

17/03/2022

PIRAMIDA.ID- Teori konspirasi berkembang di sekitar simbol-simbol samar dan tanda-tanda visual terselubung. Mata Ilahi atau 'Eye of Providence' - simbol...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Edukasi

Cerpen: Tambang Liar

02/04/2023
Dunia

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Ekosospolbud

Sanggar Seni Sebagai Organisasi Budaya

02/04/2023
Berita

Korwil GMKI Sumut-NAD Minta KPK Turun Tangan Terkait Dugaan Penggelapan Pajak Dibalik Kematian Bripka Arfan

31/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023

Populer

Berita

Ketua DPRD Siantar Tidak Berani Debat, ILAJ Minta MA dan Mendagri Tolak Hasil Pansus Angket

27/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Dialektika

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Jakarta Raya Mendesak Kepala BPJS Jakarta Selatan Dicopot dari Jabatannya

27/03/2023
Dialektika

Quo Vadis Carbon Trading sebagai Industri Keuangan Terbarukan

19/03/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia