Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Mengapa Varian Delta begitu Dominan dalam Ledakan Covid-19? Mampukah Vaksin Melawannya?

by Redaksi
14/07/2021
in Dialektika
99
SHARES
706
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Meningkatnya kasus positif COVID-19 di Indonesia dalam dua bulan terakhir sangat mengkhawatirkan karena bisa meningkatkan jumlah kematian, meruntuhkan layanan kesehatan di rumah sakit, dan memperpanjang masa pandemi.

Jumlah kasus COVID-19 per hari dalam pekan ini telah menembus angka lebih dari 40 ribu, sekitar 10 kali lipat dibanding kasus pada awal Mei lalu. Sementara itu, kekebalan kelompok masih jauh karena vaksinasi nasional belum tinggi cakupannya.

Salah satu faktor yang menyebabkan lonjakan cepat jumlah kasus COVID-19 di Indonesia adalah dominasi varian delta SARS-CoV-2 yang menyebar di masyarakat.

Varian ini ini bukan hanya dapat meningkatkan kasus dan kematian di kalangan kelompok rentan, tapi juga vaksinasi yang baru berjalan dalam 6 bulan terakhir menghadapi tantangan serius terkait efektivitasnya melawan varian baru.

Kabar baiknya, sebuah riset terbaru yang belum direview rekan sejawat tentang efektivitas vaksin menyatakan vaksin Pfizer dan AstraZeneca, juga dipakai di Indonesia, masih cukup ampuh melawan varian delta.

Pengaruh varian delta terhadap penularan virus

Varian delta mempunyai dua mutasi pada bagian protein S SARS-CoV-2 yang berikatan langsung dengan reseptor manusia. Sedangkan virus varian awal dari Wuhan tidak ada mutasi pada potein S.

Kedua mutasi tersebut diduga menjadi penyebab varian delta mempunyai daya tular sangat tinggi dan menurunkan kadar antibodi netralisasi (kekebalan tubuh) terhadap infeksi COVID-19.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Mei 2021 telah menetapkan varian delta (B.1.617.2), bersama varian alpha (B.1.1.7), beta (B.1.351), dan gamma (P.1), sebagai varian yang harus diwaspadai (Variant of Concern, VOC).

Para ahli memprediksi daya tular varian delta 50% lebih tinggi dibandingkan varian alpha.

Sedangkan varian alpha mempunyai daya transmisi 70% lebih tinggi dibandingkan varian awal. Hal ini terbukti dengan peningkatan kasus di beberapa negara seperti Inggris, India, dan Indonesia.

Varian delta yang pertama kali terdeteksi di India, telah menguasai 99% virus yang bersirkulasi di Inggris pada Juli 2021. Sedangkan di India, varian delta dianggap sebagai penyebab peningkatan kasus COVID-19 di negara tersebut yang mencapai 400.000 kasus per hari pada Mei 2021.

Di Indonesia, varian delta telah terdeteksi pada 615 virus dari total 2.917 virus yang dipublikasikan di bank data genome virus SARS-CoV-2 GISAID pada 12 Juli 2021.. Angka ini lebih besar, dibandingkan varian yang harus diwaspadai lainnya yaitu 54 varian alpha dan 9 varian beta.

Dampak varian Delta terhadap kadar antibodi

Penelitian in vitro (di laboratorium) menunjukkan varian delta menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi (kekebalan tubuh) sebesar enam kali dibandingkan varian awal (wild-type).

Tubuh manusia akan membentuk antibodi netralisasi (kekebalan tubuh) baik karena terinfeksi COVID-19 secara alamiah maupun akibat vaksinasi. Menariknya penurunan kadar antibodi ini menjadi lebih signifikan pada pasien COVID-19 yang berusia lebih tua. Makin tua makin cepat waktu penurunan antibodinya.

Antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi akan mengalami penurunan secara terus-menerus seiring berjalannya waktu. Namun demikian, penurunan kadar antobodi ini tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan massa indeks tubuh.

Artinya penurunan kadar antibodi sama levelnya antara pasien laki-laki dan perempuan, dan antara orang yang kelebihan berat badan dan tidak.

Pemerintah tidak menganjurkan pemeriksaan kadar antibodi setelah imunisasi atas kemauan sendiri, misalnya datang ke laboratorium secara acak, karena hanya laboratorium tertentu yang bisa memeriksa kadar antibodi secara akurat.

Efektivitas vaksin terhadap varian delta

Riset terbaru pre-print tentang efektivitas vaksin terhadap varian delta cukup menggembirakan hasilnya.

Dalam mencegah munculnya gejala COVID-19, efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian delta pasca pemberian dosis pertama dan kedua sebesar 33,2% dan 87,9%. Sedangkan efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 mencapai 49,2% dan 93,4%.

Untuk efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap varian delta pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 32,9% dan 59,8%. Sedangkan efektivitas vaksin Astra Zeneca terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 51,4% dan 66,1%.

Bagaimana efektivitas vaksin dalam mencegah terjadinya gejala berat (hospitalisasi)?

Hasil riset ini menunjukkan baik vaksin Pfizer maupun AstraZeneca sangat efektif mencegah gejala berat terhadap varian alpha maupun delta. Efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian delta pasca pemberian dosis 1 dan 2 mencapai 94% dan 96%. Sedangkan efektivitas vaksin Pfizer terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 83% dan 95%.

Untuk efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap terhadap varian delta pasca pemberian dosis 1 dan 2 mencapai 71% dan 92%. Sedangkan efektivitas vaksin Astra Zeneca terhadap varian alpha pasca pemberian dosis 1 dan 2 sebesar 76% dan 86%.

Vaksin AstraZeneca dan Pfizer digunakan di Indonesia.

Sayangnya, belum ada data publikasi terkait efektivitas vaksin Sinovac, yang sejak awal dipakai di Indonesia, terhadap varian delta. Namun riset awal menunjukkan ada penurunan kadar antibodi netralisasi Sinovac terhadap varian delta.

Kita masih perlukan data riset yang lebih solid dengan jumlah sampel lebih besar untuk menyimpulkan efektivitas Sinovac terhadap varian delta.

Varian yang diwaspadai

WHO menentukan suatu varian harus diwaspadai (variant of concern, VOC) karena varian virus berdampak pada penanganan COVID-19 di negara yang terdeteksi punya VOC.

Sebelum suatu varian ditetapkan sebagai varian diwaspadai, WHO lebih dulu melihat varian tersebut harus memenuhi kriteria varian yang diawasi (variant of interest (VOI)) dan mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan masyarakat global. Status varian diawasi ini penting karena jika memenuhi syarat, varian ini bisa naik kelas ke status diwaspadai.

Salah satu atau lebih parameter untuk VOC sebagai berikut: 1) daya penularan sangat tinggi, atau 2) menyebabkan penyakit COVID-19 menjadi lebih parah, atau 3) menyebabkan penurunan efektivitas protokol kesehatan, vaksin, terapi atau alat diagnosis.

Adapun suatu varian diawasi (VOI) jika varian tersebut mempunyai atau diduga berimplikasi pada gejala disertai dengan salah satu kriteria berikut: menyebabkan penularan lokal atau klaster jamak atau terdeteksi di beberapa negara; atau ditetapkan oleh WHO.

Terbaru, pada 22 Juni lalu WHO menetapkan beberapa varian yang diawasi yakni epsilon (B.1.427/B.1.429), zeta (P.2), eta (B.1.525), theta (P.3), iota (B.1.526), kappa (B.1.617.1), dan lambda (C.37).

Penentuan varian yang diawasi dan diwaspadai bersifat dinamis.

Awalnya varian B.1.617 (terdiri dari tiga garis keturunan: B.1.617.1, B.1.617.2 dan B.1.617.3), misalnya, ditetapkan WHO sebagai varian yang diwaspadai pada 11 Mei 2021. Namun, pada 31 Mei 2021 WHO hanya menetapkan B.1.617.2 (varian delta) sebagai varian yang diwaspadai karena memberikan dampak kesehatan masyarakat global paling signifikan.

Sedangkan B.1.617.1 (varian kappa) diturunkan statusnya menjadi varian yang diawasi karena meski penularannya meningkat, frekuensi secara global sudah mulai menurun. Varia B.1.617.3 tidak ditetapkan sebagai varian yang diawasi dan diwaspadai karena hanya dideteksi pada beberapa kasus COVID-19 saja.

Kini varian delta yang ganas sedang mengancam Indonesia. Cara mencegah penularan varian baru itu tetap sama: pemerintah dan masyarakat harus menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dengan ketat.

Pemerintah juga harus segera memperluas cakupan vaksinasi COVID-19. Sebab, orang-orang yang terinfeksi COVID dan belum divaksin bisa menjadi sumber mutasi baru.(*)


The Conversation Indonesia

Tags: #covid#variandeltaVaksin
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba