Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, Juli 2, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Pembebasan Perempuan: Feminisme, Revolusi Kelas, dan Anarkisme

by Redaksi
22/12/2020
in Dialektika
108
SHARES
770
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Emi Lidia Nadeak*

PIRAMIDA.ID-Perlawanan yang terus tumbuh hari ini adalah hasil dari kehidupan sistem pemerintahan yang jauh dari kata adiluhung bagi kehidupan rakyat, terutama kelas miskin.

Lebih parahnya, hingga hari ini masyarakat banyak yang tak mengenal arti ketertindasan yang disebabkan dua hal: pertama, pendidikan yang cenderung tidak kontekstual. Kedua, opresi sejarah yang dikonsumsi sedari dini di sekolah lebih banyak melibatkan narasi-narasi khas penguasa-meniadakan peran lawan.

Salah satu ciri khas unik sejarah adalah beragamnya argumentasi atas suatu peristiwa tapi tidak ketika sejarah itu sendiri telah dikooptasi oleh kelas berkuasa.

Mengakui bahwa percakapan tentang ras itu sulit dan berbeda sekali dengan menyatakan bahwa tidak ada percakapan seperti menunjukkan perbedaan tajam dalam pengalaman ketika gender bersinggungan dengan ras dan kelas.

Pembebasan perempuan bersifat multi-ras sejak awal, dan ras seringkali menjadi pusat wacana, bahkan jika itu terjadi dalam konteks polarisasi rasial.

Kita harus menyingkirkan mitos bahwa kaum feminis “semuanya berkulit putih” untuk mendapatkan aspek generatif dari percakapan dan debat yang terjadi, dan untuk memahami mengapa dan bagaimana mereka begitu sulit:

Pertama, munculnya interseksualitas sebagai konsep teoritis tidak begitu mempresentasikan ketidakrelevanan teori feminis yang sebelumnya sebagai sesuatu yang tumbuh dari diskusi awal dan teka-teki yang diungkapkan oleh debat-debat tersebut.

Kedua, gerakan pembebasan perempuan sebagai gerakan kiri baru yang radikal tidak terbatas di kota-kota besar maupun amerika serikat. Setiap negara memiliki sejarah dan akar feminis sendiri, meskipun kisah-kisah pendiriannya sangat mirip. Semua dari mereka berbagi fokus pada kebebaan pribadi dan kemauan radikal egaliter untuk menantang setiap bentuk hierarki.

Ketiga, stereotip bahwa aktivis pembebasan perempuan lantang dan jelek mengarahkan kita pada militansi gerakan pembebasan perempuan dan ekspektasi radikal, utopis, terkadang apokaliptik. Ini berarti bahwa orang-orang melemparkan seluruh hidup mereka ke dalam perjuangan, yakin bahwa itu bisa mengubah dunia hamper dalam semalam.

Radikalisme gerakan pembebasan perempuan adalah tantangan kulturalnya bukan pada hukum yang tidak adil tetapi pada defenisi perempuan dan laki-laki, keseluruhan sistem kemudian dipanggil sex roles atau peran gender oleh sosiolog.

Tulisan-tulisan gerakan pembebasan perempuan yang sering dikutip dan dihologologiskan jelas merupakan fondasi dan segala yang terjadi kemudian.

Hubungan Antara Masyarakat Kelas dan Kapitalisme

Ciri yang menentukan dari masyarakat kapitalis adalah bahwa ia secara luas dibagi menajdi dua kelas fundamental: kelas kapitalis (borjuasi) dan kelas pekerja (proletariat). Tentu saja ada banyak wilayah abu-abu dalam definisi masyarakat kelas ini.

Kelas menengah adalah istilah yang bermasalah sebab meskipun sering digunakan tetapi siapa yang dirujuk mempresentasikan kelas ini. Namun, lapisan-lapisan menengah ini bukan sebenarnya bukan kelas yang independen terhadap proses eksploitasi dan akumulasi modal oleh kapitalisme.

Hubungan Antara Seksisme dan Kapitalisme

Seksisme adalah sumber ketidakadilan yang berbeda dari jenis eksploitasi kelas dalam beberapa cara berbeda. Sebagian besar perempuan hidup dan bekerja dengan pria untuk setidaknya beberapa kehidupan mereka.

Perempuan dan laki-laki tidak memiliki kepentingan yang bertentangan secara inheren; kami tidak ingin menghapus jenis kelamin tetapi sebaliknya menghapuskan hierarki kekuasaan yang ada antara jenis kelamin dan untuk menciptakan masyarakat dimana perempuan dan laki-laki dapat hidup secara bebas dan bersama-sama. Masyarakat kapitalis tergantung pada eksploitasi kelas.

Meskipun tidak tergantung tentang seksisme dan secara teori dapat mengakomodasi sebagian besar perlakuan yang sama terhadap perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu berakhirnya seksisme tidak selalu mengarah pada berakhirnya kapitalisme. Demikian juga, seksisme dapat berlanjut bahkan setelah kapitalisme dan masyarakat kelas telah dihapuskan.

Seksisme merupakan bentuk penindasan paling awal. Dibawah kapitalisme, penindasan terhadap perempuan memiliki karakter tersendiri dimana kapitalisme telah mengambil keuntungan dari penindasan historis perempuan untuk memaksimalkan keuntungan.

Kekuatan Pendorong Pembebasan Perempuan adalah Feminisme

Secara umum didokumentasikan dengan baik bahwa perjuangan untuk emansipasi perempuan tidak selalu didukung bahwa secara historis perempuan telah menghadapi seksisme dalam organisasi perjuangan kelas.

Keuntungan tak terbantahkan dalam kebebasan perempuan yang telah terjadi adalah berkat para perempuan dan laki-laki baik didalam organisasi perjuangan kelas maupun diluar yang menentang seksisme dan berjuang untuk perbaikan kondisi perempuan.

Saya menekankan pokonya meskipun hari ini gerakan anarkis secara keseluruhan mendukung penghentian penindasan terhadap perempuan, masih ada ketidakpercayaan terhadap feminisme dengan kaum anarkis dan sosialis lain, kadang-kadang menjauhkan diri dari feminisme karena sering tidak memiliki analisis kelas.

Namun feminisme inilah yang harus kita syukuri atas hasil nyata yang dicapai perempuan.
Membaca buku ini dengan semangat memahami kembali gerakan perempuan menjadi penting untuk kembali memikirkan arah gerakan massa untuk keseteraan perempuan di indonsia khususnya.

Sebagai pembaca, saya merekomedasikan buku ini untuk dibaca. Baik itu perempuan juga laki-laki, kita harus sama-sama berjuang melawan seksisme salah satunya dengan memahami isi buku ini.(*)


Penulis merupakan Presidium Hubungan Perguruan Tinggi (PHPT) PMKRI Cabang Pematangsiantar. Founder Komunitas Kartini Indonesia.

Tags: #gerakansosial#Perempuan#perjuangan#resensi
Share43SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
Berita

Buntut Viralnya Dugaan Kekerasan Terhadap Tunanetra di Siantar, ILAJ Minta KND Periksa Wali Kota dan Jajaran Terkait

19/06/2025

Populer

Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dunia

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba