Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Februari 7, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Pemeringkatan Kampus: Menjebak Perguruan Tinggi dalam Perlombaan Kosong

by Redaksi
28/03/2022
in Dialektika
100
SHARES
713
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Hangga Fathana & Ayu Anastasya Rachman*

PIRAMIDA.ID- Sejak satu dekade lalu, pemerintah selalu memacu agar pendidikan tinggi di Indonesia berdaya saing global. Salah satu instrumen yang kerap digunakan untuk mendorong ini adalah sistem pemeringkatan kampus ala dunia Barat.

Pemeringkatan memang bisa berdampak positif berupa lecutan untuk meningkatkan mutu tiap kampus. Namun, di sisi lain, kerangka ini menimbulkan dampak dilematis di Indonesia.

Dengan lebih dari 4.600 perguruan tinggi yang punya nilai, filosofi, dan tujuan yang beragam, pemeringkatan justru dapat menyempitkan dan membuat blur makna kualitas dari suatu kampus.

Kita sering mendengar dan membaca, misalnya, bagaimana kampus saling perang klaim tentang capaian pemeringkatan mereka.

Para institusi lebih fokus mencapai standar world class university (kampus kelas dunia) – yang mayoritas kampus rujukannya terpusat di negara Barat – ketimbang berkontribusi pada sains dan melayani masyarakat lokal dengan cara yang beragam.

Melalui tulisan ini, kami ingin menjelaskan mengapa mentalitas ini memiliki banyak masalah. Kami juga menawarkan lensa yang lebih bijak dalam memandang kualitas pendidikan tinggi.

Jeratan imperialisme budaya

Banyak negara menjalankan sistem pemeringkatan universitas menggunakan kriteria maupun bobot yang berbeda-beda, tergantung penyelenggara setiap sistem.

Definisi mengenai apa itu world class university, misalnya, hingga kini belum begitu jelas.

Ada yang mengartikannya sebagai kampus terkemuka di bidang pengajaran dan riset. Ada pula yang memaknainya sebagai kampus penghasil keilmuan yang paling menggenjot ekonomi.

Terlepas dari bervariasinya metodologi dan kriteria, berbagai pemeringkatan tersebut dalam praktiknya justru kerap berujung seperti “Harvardometers”. Di sini, parameter yang diukur adalah seberapa besar institusi mematuhi model perguruan tinggi riset kelas elit gaya Anglo-Saxon, di mana Harvard University di AS hadir sebagai model utama.

Sejumlah riset pun mengemukakan bagaimana metodologi pemeringkatan perguruan tinggi memiliki masalah bias.

Misalnya, banyak sistem pemeringkatan mengunggulkan kampus yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar karena dianggap sebagai “bahasa sains dunia”.

Metodologi ini juga secara umum dinilai abai terhadap unsur keberagaman perguruan tinggi. Pengabaian itu justru mengarah kepada pendekatan one-size-fits-all – upaya memotret heterogenitas karakter perguruan tinggi dengan kacamata yang homogen.

Sayangnya, tidak banyak perguruan tinggi mau menilik ulang praktik pemeringkatan kampus. Atas nama mutu, ranking tetap diburu, tak peduli seperti apa metodologi dan filosofi yang menjadi fondasinya.

Fenomena ini disebut oleh peneliti sosial Marion Lloyd dan Imanol Ordorika dengan imperialisme budaya, di mana standar yang sebenarnya dikembangkan dari konteks budaya tertentu (Barat) justru disajikan, dianggap, dan diterapkan sebagai standar universal.

Selain itu, proses kuantifikasi melalui pemeringkatan juga menyebabkan terjadinya pergeseran nilai yang dihadapi oleh perguruan tinggi.

Semangat kuantifikasi ini memaksa perguruan tinggi untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar dan industri. Tren ini bergeser dari ruh awal perguruan tinggi yang sejatinya adalah aktor penggerak dalam kepentingan publik.

Mendorong praktik ilmiah yang tidak etis

Aspirasi menjadi universitas berkelas dunia juga mendorong munculnya masalah etis di tingkat perguruan tinggi.

Alih-alih mendorong peningkatan kualitas, kampus yang gagal menyikapi hasil pemeringkatan justru melakukan manipulasi data untuk sekadar mencapai peringkat yang lebih tinggi. Salah satu modusnya adalah pemalsuan data untuk akreditasi.

Selain itu, masalah etis lain yang timbul juga termasuk penyajian hasil pemeringkatan yang kerap dimanfaatkan sebagai materi promosi perguruan tinggi.

Klaim promosi yang ditampilkan perguruan tinggi dapat menimbulkan persepsi yang bias tentang kampus tersebut, jauh dari kondisi yang sebenarnya. Padahal, sejumlah studi menunjukkan bahwa capaian peringkat perguruan tinggi sebenarnya tidak signifikan memengaruhi animo calon mahasiswa.

Dalam menunaikan ambisi world class university, dosen bertugas melakukan riset, publikasi terindeks, dan capaian paten di tengah beban mengajar mereka yang terlalu berat. Untuk memenuhi Indikator Kinerja Utama (IKU) Kampus Merdeka, dosen juga dituntut agar berkegiatan di luar kampus, dengan hasil kerja yang bisa digunakan masyarakat dan mendapat rekognisi internasional.

Beban ganda yang demikian membuat sebagian dosen memilih jalan yang instan, seperti menumpang nama dalam artikel riset mahasiswa atau bahkan terjebak jurnal predator (jurnal abal-abal) yang dirancang untuk mengelabui akademisi dan menimbulkan kerugian yang fantastis.

Bagaimana seharusnya menyikapi pemeringkatan?

Perlu langkah kolektif agar perguruan tinggi di Indonesia dapat terhindar dari praktik imperialisme budaya yang menjebak mereka dalam perlombaan kosong.

Pemeringkatan perlu disikapi dengan kesadaran.

Perguruan tinggi perlu menempatkan capaian dan pemeringkatan sebagai dampak atas kinerja institusi yang baik, bukan sebagai tujuan.

Misalnya, ada tiga perguruan tinggi di Indonesia yang dijunjung tinggi karena masuk 300 besar dunia dalam QS World University Ranking 2022. Masalahnya, ketiganya pun mengalami stagnasi peringkat yang tidak jauh berbeda dalam beberapa tahun terakhir.

Mandeknya peringkat itu bisa saja terjadi karena perguruan tinggi melihat pemeringkatan hanya sebagai tujuan akhir, ketimbang sebuah proses kontinu dari peningkatan mutu.

Selain itu, perlu tanggung jawab bersama untuk mengedukasi publik mengenai pemeringkatan. Harapannya, masyarakat tidak sekadar disuguhi jargon “perguruan tinggi terbaik” yang tidak jarang bermakna bias dan membingungkan.

Para kampus di Indonesia juga harus memperkuat kepakaran akademisi yang lahir dari pengetahuan lokal, supaya kita tidak hanya jadi pelanggan sistem pemeringkatan ala Barat tapi juga pemimpin dalam arah sains dunia.

Secara nyata, perguruan tinggi perlu menegaskan kembali peran dan posisi masing-masing terhadap masyarakat. Ini penting supaya para institusi tidak hanyut pada obsesi gelar world class university dan indeks publikasi.(*)


Tulisan pertama kali terbit untuk The Conversation

Tags: #imperialismebudaya#Indonesia#kampusterbaik#kriteria
Share40SendShare

Related Posts

Hukum di Indonesia Makin Memburuk?

01/02/2023

Oleh: Kasihta Saragih, Claudia Sianturi, Nuri Giovani, Oscar Simbolon* PIRAMIDA.ID- Akhir-akhir ini situasi hukum yang ada di Indonesia mungkin sedang...

Manusia sebagai Makhluk Mengada dalam Ruang & Waktu

18/12/2022

Oleh: Inosius Pati Wedu* PIRAMIDA.ID- Kemajuan teknologi transportasi, informasi dan komunikasi di zaman modern menyebabkan manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi...

Sejarah Bidang

17/12/2022

PIRAMIDA.ID- “Sejarah itu bersajak”, ujar Mark Twain. Walau sejarah tak bisa terulang kembali. Sekarang, ke mana dan di mana kita...

Romantisme Bom Bunuh Diri Astana Anyar

12/12/2022

Oleh: Gregorius Bryan G. Samosir (Ketua Lembaga Pengembangan SDM PP PMKRI) PIRAMIDA.ID- Belum kering air mata akibat gempa yang mengguncang...

Peran Media Massa Sebagai Salah Satu Konsep Kekuatan Politik di Indonesia

18/11/2022

Oleh: Dwi Puja Kusuma* PIRAMIDA.ID- Perkembangan media massa di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Utamanya setelah memasuki era reformasi,...

Eksistensi ABRI Sebagai Aktor Kekuatan Politik Pasca Orde Baru

16/11/2022

Oleh: Aulia Sindi Pifua* PIRAMIDA.ID- Berbicara mengenai politik merupakan satu hal yang sangat menarik, namun perlu digarisbawahi juga bahwa tidak...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Berita

Lantik dan Bimtek PKD, Panwascam Purbatua Ingatkan Perlunya Kemampuan Pengawasan dan Integritas

07/02/2023
Berita

Lantik PKD, Ketua Panwaslu Dolok Panribuan Ingatkan Jajaran Jaga Integritas

07/02/2023
Edukasi

Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Indonesia

06/02/2023
Berita

Kelompok Senior Peduli GMKI Serahkan Bantuan Inventaris kepada PP GMKI

04/02/2023
Berita

Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas: DPP PARKINDO Berkolaborasi dengan KND dalam menghilangkan Stigma terhadap Disabilitas di Gereja

03/02/2023
Berita

Peringati 9 tahun Gugurnya 7 Relawan Kemanusiaan GMKI, GMKI Kutacane Gelar Ibadah Peringatan Hari Relawan

03/02/2023

Populer

Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Edukasi

Peran Pemuda dan Mahasiswa untuk Pengembangan SDM

03/02/2023
Berita

Peringati 9 tahun Gugurnya 7 Relawan Kemanusiaan GMKI, GMKI Kutacane Gelar Ibadah Peringatan Hari Relawan

03/02/2023
Berita

Kelompok Senior Peduli GMKI Serahkan Bantuan Inventaris kepada PP GMKI

04/02/2023
Berita

Lantik dan Bimtek PKD, Panwascam Purbatua Ingatkan Perlunya Kemampuan Pengawasan dan Integritas

07/02/2023
Berita

Esensi Kekuasaan di Indonesia

28/01/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia