Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Kamis, Juni 19, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Voltaire, Novel Candide dan Inspirasi Revolusi Perancis

by Redaksi
29/04/2021
in Dunia
116
SHARES
832
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Membicarakan tentang hari buku, maka ada tiga negara yang dikenal dunia sebagai negara gila baca. Salah satu di antaranya, Prancis.

Namun, sejarah mencatat bahwa peningkatan pesat di bidang ilmu pengetahuan Prancis dimulai dengan sebuah pergolakan besar yang menarik perhatian dunia. Revolusi Prancis, yang mengubah sejarah Prancis serta menjadi momok yang mengerikan bagi negara-negara monarki absolut.

Bagaimana tidak, sebuah kerajaan yang kuat selama berabad-abad bisa terguncang oleh revolusi rakyatnya, hingga berubah menjadi negara demokrasi. Sebuah tragedi kelam namun memengaruhi sejarah dunia, khususnya Eropa.

Keadaan Prancis (saat itu masih kerajaan) mulai memanas sebelum pengangkatan Raja Louis XVI. Kecurangan, korupsi, perlakuan semena-mena oleh kerajaan terhadap rakyat, dan sebagainya yang menjadi pemicu utama. Namun, gelombang perlawanan dari rakyat dimulai dari sebuah diskusi-diskusi kecil yang kerap digelar di setiap sudut Prancis.

Dan semua bermula dari buku yang diterbitkan tahun 1759 berjudul Candide. Voltaire, sastrawan dan filsuf asal Prancis yang menulis novel satir itu. Novel itu tidak diterbitkan di Prancis, tapi di Swiss. Bahkan, beberapa sumber menyebutkan bahwa Voltaire juga mengirimkan naskahnya ke Inggris untuk diterbitkan.

Setelah diterbitkan di Swiss dan menjadi bahan perbincangan hangat, barulah novel tersebut diterbitkan dalam Bahasa Prancis dan akhirnya mengguncang Prancis.

Novel ini bercerita tentang seorang bernama Candide yang tinggal di Jerman, serta memiliki kekasih bernama Cunegonde. Candide berlajar dengan seorang guru bernama Pangloss yang kemudian mengajarkannya paham optimisme menghadapi dunia yang penuh carut marut, musibah, ketidakadilan, dan omong kosong.

Secara tidak langsung, novel ini mengusung premis bahwa dunia merupakan sebuah distopia dan kekejaman manusia yang menjadikan dunia ini semakin hancur dan tak keruan. Tuhan menciptakan dunia dengan sebaik-baiknya, tapi manusia menghancurkannya.

Karena itulah, tersirat pula bahwa Voltaire ingin kesewenang-wenangan yang dibuat oleh manusia itu harus dilawan oleh manusia lainnya. Voltaire dengan bahasa yang karikatural menertawakan agama, negara, tentara, filsuf, dan (khususnya) pemikiran optimisme-nya Leibnizian.

Pandangan optimisme Leibnizian yang juga diajarkan oleh Pangloss pada Candide dikenal sebagai teodisi (teodise). Optimis dimulai dengan kepercayaan bahwa Tuhan adalah sesempurna-sempurnanya pencipta. Maka karena itu, dunia dengan segala yang terjadi di atasnya adalah segala kemungkinan yang terbaik, karena Tuhan Maha Tahu. Tuhan juga tidak “sewenang-wenang” memberikan sakit, bencana, dan penderitaan pada manusia karena semuanya adalah pilihan yang terbaik. Maka dunia yang kita tempati saat ini adalah dunia yang terbaik bila dibandingkan dengan berbagai kemungkinan dunia lainnya.

Namun Voltaire lewat Candide-nya, tidak bisa menerima hal itu begitu saja. Voltaire yang juga dikenal deism ini menolak bahwa “manusia harus menerima dunia sebagaimanapun yang terjadi, karena dunia ini adalah dunia yang terbaik dari semua dunia yang mungkin ada.”

Menurut Voltaire, dunia harus “diolah”, agar tidak semakin memburuk. Bencana yang terjadi bisa saja tidak begitu buruk, namun kesewenang-wenangan manusia menjadikannya semakin buruk. Maka, sebenarnya bagi Voltaire, dunia bisa menjadi “lebih baik lagi” dengan campur tangan manusia. Termasuk kenyataan bahwa Prancis dipimpin oleh seorang raja dan para bangsawan yang korup dan sewenang-wenang, itu bukan sertamerta keputusan Tuhan. Karena itu, masih bisa diubah dan direkonstruksi.

Hasilnya adalah, pecah revolusi Prancis di era tahun 1700-an akhir hingga 1800-an awal. Selama 100 tahun yang kelam itu, kerajaan Prancis tumbang oleh revolusi. Dampak buruknya, mereka harus membangun lagi sebuah negara dari awal. Dampak baiknya, perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat, hingga hari ini. Khususnya, budaya literasi, yakni membaca, menulis, berdiskusi, dan belajar.(*)


Pojok Seni

Tags: #candide#revolusiprancis#satire#voltaire
Share46SendShare

Related Posts

Kebahagiaan Berasal dari Keyakinan dalam Diri

10/07/2023

PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda berkata pada diri sendiri saat marah, ‘Saya tidak boleh marah?' Atau mungkin ketika Anda merasa sedikit sedih,...

Mengapa Orang Terlihat Serius dan Tidak Tersenyum di Foto-foto Kuno?

30/04/2023

PIRAMIDA.ID- Foto-foto pertama diambil pada akhir tahun 1820-an. Tetapi sampai tahun 1920-an, tampaknya orang-orang mulai “belajar” tersenyum saat di foto....

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Sekilas tentang Abad Kegelapan: Apakah Kesenian juga Menjadi “Gelap”?

04/07/2022

PIRAMIDA.ID- Setelah kekaisaran raksasa Romawi Kuno perlahan menyusut hingga akhirnya tumbang dan hilang di tahun 476 M, maka hingga bertahun-tahun...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Fawer Sihite: Tiga Bulan Wesly Jabat Wali Kota Tidak Mencerminkan Visi Misi Saat Kampanye

18/06/2025
Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025

Populer

Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Berita

Fawer Sihite: Tiga Bulan Wesly Jabat Wali Kota Tidak Mencerminkan Visi Misi Saat Kampanye

18/06/2025
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba