Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, Juli 9, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Voltaire, Novel Candide dan Inspirasi Revolusi Perancis

by Redaksi
29/04/2021
in Dunia
117
SHARES
833
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Membicarakan tentang hari buku, maka ada tiga negara yang dikenal dunia sebagai negara gila baca. Salah satu di antaranya, Prancis.

Namun, sejarah mencatat bahwa peningkatan pesat di bidang ilmu pengetahuan Prancis dimulai dengan sebuah pergolakan besar yang menarik perhatian dunia. Revolusi Prancis, yang mengubah sejarah Prancis serta menjadi momok yang mengerikan bagi negara-negara monarki absolut.

Bagaimana tidak, sebuah kerajaan yang kuat selama berabad-abad bisa terguncang oleh revolusi rakyatnya, hingga berubah menjadi negara demokrasi. Sebuah tragedi kelam namun memengaruhi sejarah dunia, khususnya Eropa.

Keadaan Prancis (saat itu masih kerajaan) mulai memanas sebelum pengangkatan Raja Louis XVI. Kecurangan, korupsi, perlakuan semena-mena oleh kerajaan terhadap rakyat, dan sebagainya yang menjadi pemicu utama. Namun, gelombang perlawanan dari rakyat dimulai dari sebuah diskusi-diskusi kecil yang kerap digelar di setiap sudut Prancis.

Dan semua bermula dari buku yang diterbitkan tahun 1759 berjudul Candide. Voltaire, sastrawan dan filsuf asal Prancis yang menulis novel satir itu. Novel itu tidak diterbitkan di Prancis, tapi di Swiss. Bahkan, beberapa sumber menyebutkan bahwa Voltaire juga mengirimkan naskahnya ke Inggris untuk diterbitkan.

Setelah diterbitkan di Swiss dan menjadi bahan perbincangan hangat, barulah novel tersebut diterbitkan dalam Bahasa Prancis dan akhirnya mengguncang Prancis.

Novel ini bercerita tentang seorang bernama Candide yang tinggal di Jerman, serta memiliki kekasih bernama Cunegonde. Candide berlajar dengan seorang guru bernama Pangloss yang kemudian mengajarkannya paham optimisme menghadapi dunia yang penuh carut marut, musibah, ketidakadilan, dan omong kosong.

Secara tidak langsung, novel ini mengusung premis bahwa dunia merupakan sebuah distopia dan kekejaman manusia yang menjadikan dunia ini semakin hancur dan tak keruan. Tuhan menciptakan dunia dengan sebaik-baiknya, tapi manusia menghancurkannya.

Karena itulah, tersirat pula bahwa Voltaire ingin kesewenang-wenangan yang dibuat oleh manusia itu harus dilawan oleh manusia lainnya. Voltaire dengan bahasa yang karikatural menertawakan agama, negara, tentara, filsuf, dan (khususnya) pemikiran optimisme-nya Leibnizian.

Pandangan optimisme Leibnizian yang juga diajarkan oleh Pangloss pada Candide dikenal sebagai teodisi (teodise). Optimis dimulai dengan kepercayaan bahwa Tuhan adalah sesempurna-sempurnanya pencipta. Maka karena itu, dunia dengan segala yang terjadi di atasnya adalah segala kemungkinan yang terbaik, karena Tuhan Maha Tahu. Tuhan juga tidak “sewenang-wenang” memberikan sakit, bencana, dan penderitaan pada manusia karena semuanya adalah pilihan yang terbaik. Maka dunia yang kita tempati saat ini adalah dunia yang terbaik bila dibandingkan dengan berbagai kemungkinan dunia lainnya.

Namun Voltaire lewat Candide-nya, tidak bisa menerima hal itu begitu saja. Voltaire yang juga dikenal deism ini menolak bahwa “manusia harus menerima dunia sebagaimanapun yang terjadi, karena dunia ini adalah dunia yang terbaik dari semua dunia yang mungkin ada.”

Menurut Voltaire, dunia harus “diolah”, agar tidak semakin memburuk. Bencana yang terjadi bisa saja tidak begitu buruk, namun kesewenang-wenangan manusia menjadikannya semakin buruk. Maka, sebenarnya bagi Voltaire, dunia bisa menjadi “lebih baik lagi” dengan campur tangan manusia. Termasuk kenyataan bahwa Prancis dipimpin oleh seorang raja dan para bangsawan yang korup dan sewenang-wenang, itu bukan sertamerta keputusan Tuhan. Karena itu, masih bisa diubah dan direkonstruksi.

Hasilnya adalah, pecah revolusi Prancis di era tahun 1700-an akhir hingga 1800-an awal. Selama 100 tahun yang kelam itu, kerajaan Prancis tumbang oleh revolusi. Dampak buruknya, mereka harus membangun lagi sebuah negara dari awal. Dampak baiknya, perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat, hingga hari ini. Khususnya, budaya literasi, yakni membaca, menulis, berdiskusi, dan belajar.(*)


Pojok Seni

Tags: #candide#revolusiprancis#satire#voltaire
Share47SendShare

Related Posts

Perang Israel-Iran Menunjukkan Pentingnya STEM, Fawer Sihite: Dukung Sikap Presiden Prabowo

22/06/2025

PIRAMIDA.ID - Dalam sebuah wawancara eksklusif yang berlangsung di Mall Atrium Senen, Jakarta Pusat, Fawer Sihite menegaskan bahwa perang antara...

Kebahagiaan Berasal dari Keyakinan dalam Diri

10/07/2023

PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda berkata pada diri sendiri saat marah, ‘Saya tidak boleh marah?' Atau mungkin ketika Anda merasa sedikit sedih,...

Mengapa Orang Terlihat Serius dan Tidak Tersenyum di Foto-foto Kuno?

30/04/2023

PIRAMIDA.ID- Foto-foto pertama diambil pada akhir tahun 1820-an. Tetapi sampai tahun 1920-an, tampaknya orang-orang mulai “belajar” tersenyum saat di foto....

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Ketua ILAJ Minta Hakim Berhikmat: Kasus Hasto & Tom Lembong Jangan Dikendalikan Politik, Vonis Bebas Adalah Pilihan Konstitusional

07/07/2025
Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025

Populer

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
ilustrasi/Cleopatra dalam budaya pop.
Pojokan

Cleopatra: Simbol Kecantikan yang Tidak Cantik-Cantik Amat

24/09/2020
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba