Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Mei 20, 2022
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Wajah Demokrasi Pasca Pilkada 2020

by Redaksi
23/01/2021
in Dialektika
98
SHARES
700
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Gading Simangunsong*

PIRAMIDA.ID- Pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) di 270 daerah secara serentak se-Indonesia telah terselenggara dengan baik pada 9 Desember 2020 lalu.

Pilkada yang sempat diundur dari 9 September 2020 ini mendapat apresiasi dari dunia internasional dengan tingkat partisipasi pemilih 76% dengan kata lain, sekitar 77 juta pemilih antusias menggunakan hak pilihnya ke TPS, walau pilkada ini sempat melahirkan keraguan dan kritikan karena diselenggarakan dimasa pandemi Covid-19 yang mengganggu stabilitas kesehatan nasional.

Perhari ini, rangkaian penyelenggaraan pilkada telah mencapai tahap akhir, yakni penetapan pasangan calon di seluruh daerah yang menyelenggarakan pilkada serentak — ada beberapa daerah yang masih berurusan dengan sengketa di MK.

Lantas, menjadi refleksi bagi kita hari ini adalah bagaimana wajah dan arah pembangunan Indonesia ke depan pasca Pilkada Serentak 2020?

Pilkada yang usai kemarin telah membuktikan bahwa arah demokrasi bangsa kita telah perlahan berubah dari otoritarian (di bawah tapak sepatu) ke demokrasi liberal. Salah satu cirinya bahwa penyelenggaraan pilkada kemarin berasas pada prinsip luberjurdil, yang memberi ruang sebebas-bebasnya bagi warga negara, bak panggung bebas tanpa dominasi, ekspresif, serta mengandung hegemoni pesta rakyat, seremonial dan pencitraan-pencintraan moralitas.

Dalam kasus ini, kita tidak lagi mendapati intimidasi terstruktur atau mobilisasi seperti zaman Orba.

Keterbukaan demokrasi ini sejalan dengan fenomena teknologi-informasi yang pesat, yang menjadi dimensi baru bagi proses pesta demokrasi. Tak bisa dipungkiri, kemudahan akses menjadi primadona bagi tim sukses maupun calon.

Selain itu media sosial menjelma menjadi ruang untuk pertarungan opini yang bisa membentuk framing di masyarakat demi tercapainya popularitas atau naik pamor oleh calon yang harus dimenangkan.

Demokrasi liberal juga menjadi “angin segar” bagi masuknya korporat profesional dalam ruang demokrasi dan pemilu kita; kini urusan demokrasi dan politik telah melibatkan kaum profesional seperti NGO/LSM, pers dan konsultan politik.

Ke depan, kaum profesional ini akan semakin menancapkan kukunya dan semakin sentral berperan dalam proses demokrasi.

Kondisi ini makin diperparah kala pesta demokrasi telah menjadi komoditi ekonomi yang di dalamnya terdapat transaksi politik. Sederhananya uang adalah segalanya dalam proses politik. Anda tidak memerlukan sekolah pengkaderan, kursus ideologi, jenjang karier yang jelas di partai atau bahkan berbicara rekam jejak seorang calon.

Anda hanya perlu mengeluarkan uang banyak untuk mencapai popularitas (red: pencitraan) karena memenangkan popularitas berarti memenangkan pilkada.

Fenomena politik uang alias money politics menjadi bukti bahwa politik transaksional sudah membudaya di masyarakat dan bisa dilihat dengan mata telanjang. Pasca reformasi setiap pemilihan mulai dari Pileg 2004, 2009, 2014 dan Pilkada 2005, 2010, 2015 hingga saat ini masih sarat politik uang.

Bawaslu RI sendiri mencatat 104 kasus yang ditanganinya pada Pilkada 2020. Fenomena politik transaksional ini bakal semakin kental karena kegagalan parpol untuk melahirkan pengkaderan dengan baik, penegakan hukum yang hanya fokus menghukum pemberi, sekolah politik yang rendah serta budaya suap yang telah “Indonesia banget”.

Doktrin liberalisme dalam demokrasi dibuktikan dengan kemesraan penguasa dan pengusaha; panggung politik sejatinya hanya bisa dikuasai elit dan segala kepentingannya baik selaku aktor maupun otak di balik layar. Dalam kasus ini, rakyat akan menjadi objek politik belaka ketika benang-merah pilihan hanya ditarik dari sudut “siapa yang cair” bukan lagi soal gagasan, ideologi bla-bla-bla.

Jika berkaca dari hari ini, apa yang terjadi sekarang tak bakal ada ubahnya dan bahkan semakin parah di kemudian hari. Proses demokrasi seperti ini tidak akan melahirkan politikus sejati, melainkan hanya segelintir elite (pengusaha, investor, dokter, anaknya menteri, istrinya bupati bahkan perampok) berkedok politisi karbitan, tentu saja dengan narasi bahwa mereka semua di atas adalah kader terbaik partai yang pro-rakyat.

Populisme

Fenomena populisme dalam praktik berdemokrasi menjadi senjata ampuh sekelompok orang untuk mengkultuskan seorang pemimpin yang karismatik dengan narasi-narasi kegelisahan rakyat.

Gerakan populis sering kali membedakan dirinya dengan kaum lain (elite), dan menempatkan dirinya sebagai korban yang menuntut perbaikan atas ulah kaum lain (elite) yang menyebabkan kesusahan bagi mereka. Kehadiran populisme di negeri ini ditandai dengan kelahiran tokoh-tokoh yang dianggap populis yang kebanyakan lahir dengan identitas agamis dan terpelajar.

Populisme dalam demokrasi berkaitan dengan kepentingan. Umumnya gerakan ini dibangun oleh identitas tertentu yang memiliki tujuan untuk mencapai cita-cita kelompoknya, bukan cita-cita masyarakat luas.

Orientasi populisme mengalami pergeseran, karena dalam hal ini gerakan populisme hanya berpotensi membuat perpecahan sesama anak bangsa, gerakan populismea hari ini dibalut dengan politik identitas mengatasnamakan agama tertentu, kelompok tertentu yang menempatkan dirinya sebagai kaum/korban dari kelompok berkuasa.

Biasanya untuk memuluskan modusnya gerakan ini memanfaatkan kekuatan massa yang banyak untuk dimobilisasi demi terciptanya opini publik yang memancing perlawanan terhadap penguasa, tetapi tak sampai di situ saja melainkan gerakan ini telah bermetamorfosa menjadi gerakan terstruktur yang memiliki agenda politik; ke depan bakal ditandai dengan banyak lahirnya partai atau ormas-ormas baru sebagai kanal aspirasi gerakan dalam pentas politik nasional.

Baik politik transaksional maupun populisme yang berpotensi mengganggu keutuhan bangsa adalah tantangan bagi demokrasi khususnya pemilu ke depan.

Baiknya masyarakat dapat belajar dari pemilu-pemilu sebelumnya agar rasional dalam menentukan pilihan yang berkualitas. Hal ini bisa dimulai dari gerakan untuk menolak politik uang dan politik identitas berbau SARA dalam setiap ajang pesta demokrasi atau pemilu.

Meski mencari pemimpin ideal terasa sulit dari calon yang tersedia ditengarai gagalnya partai mempersiapkan kader/calon yang kompeten, namun, paling tidak dengan menggunakan hak pilih dengan hati-hati kita telah memenuhi kewajiban konstitusional.(*)


Penulis adalah anggota GMKI Pematangsiantar-Simalungun, lahir di Pematangsiantar, 20 April 2000.

Tags: #demokrasi#elitis#pilkada#populismeheadline
Share39SendShare

Related Posts

Tanpa Matematika, Kita Tidak bisa Memahami Alam Semesta

16/05/2022

PIRAMIDA.ID- Hampir 400 tahun yang lalu, ilmuwan Galileo pernah berkata: “Filsafat ditulis dalam buku besar ini, alam semesta … [Tapi...

Apa Itu GMIH: Mempererat Persekutuan serta Merawat Kemajemukan, Mengenang Makna, dan Menelan Dogma

12/05/2022

Oleh: Ticklas Babua-Hodja* PIRAMIDA.ID- GMIH berdiri sebagai buah misi Utrech Zendings Verenigeeng (UZV) dari Belanda, seperti Hendrijk van Dijken yang...

Mencari Filsafat Indonesia: Pluralisme

11/05/2022

PIRAMIDA.ID- Kata \'mencari\' dalam filsafat memiliki arti khusus, yakni energi dasar yang membuatnya bergeliat hidup. Adapun istilah \'filsafat Indonesia\' bisa...

Padang Sidimpuan, Pusat Industri Pers Sejak 1910

10/05/2022

Oleh: Budi P. Hatees* PIRAMIDA.ID- Tahun 1914, tujuh tahun setelah Si Singamangaraja XII ditembak Belanda, Padang Sidimpuan menjelma sebagai kota...

Sejarah Bidang

08/05/2022

PIRAMIDA.ID- “Sejarah itu bersajak”, ujar Mark Twain. Walau sejarah tak bisa terulang kembali. Sekarang, ke mana dan di mana kita...

Meski Lama Menjajah, Mengapa Bahasa Belanda Tetap Tak Dikenal?

03/05/2022

PIRAMIDA.ID- Histori Belanda di Jawa telah berlangsung sejak 1596. Disusul pendirian Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda (VOC), sebuah perusahaan perdagangan...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Berita

Resmob Manado Amankan Minuman Alkohol Tanpa Izin Penjualan

19/05/2022
Berita

Tim Resmob Polres Tomohon Amankan ART Pelaku Pencurian Uang Ratusan Juta Milik Majikannya

19/05/2022
Berita

Bangun Budaya Literasi Desa, KPPM Univ. Nommensen Medan Aktifkan Kembali Pandopo Literasi Desa Garoga

19/05/2022
Berita

Polsek Wanea Gencarkan Patroli “Silau Mata” Mencegah Gangguan Kamtibmas

18/05/2022
Berita

Polda Sulut Dorong Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM

18/05/2022
Berita

Polsek Tenga Amankan Pelaku Penganiayaan Terhadap Kedua Orang Tua Kandung

18/05/2022

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

Populer

Berita

Wakil Gubernur Dukung Konsultasi Wilayah GMKI Sulawesi Tengah

17/05/2022
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

GMKI Pematangsiantar-Simalungun Sukses Laksanakan kegiatan MABIM

16/05/2022
Berita

Kapolda Sulut Menjadi Narasumber dalam Simposium Paskah Nasional di Talaud

16/05/2022
Spiritualitas

Kasih Sebagai Perintah Baru

26/07/2020
Berita

Polsek Singkil Laksanakan KRYD dan Operasi Yustisi untuk Minimalisir Penyebaran Covid-19

15/05/2022

PUSAT PERLENGKAPAN LAUNDRY TERLENGKAP DI SULAWESI UTARA

PUSAT PERLENGKAPAN LAUNDRY TERLENGKAP DI MANADO
PUSAT PERLENGKAPAN LAUNDRY TERLENGKAP DI SULAWESI UTARA
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID - Designed by: Bang Ze

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID - Designed by: Bang Ze