Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Februari 7, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Sastrawan yang Cepat Kehilangan Muka

by Redaksi
15/03/2022
in Dialektika
102
SHARES
727
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Budi P. Hatees*

PIRAMIDA.ID- SERING terjadi, saat kau bicara tentang puisi (sastra) sebagai ilmu pengetahuan, orang-orang yang menganggap puisi sebatas “keterampilan berbahasa” akan membantahmu, tapi dia tidak punya “tameng” ketika kau membuat serangan balik dengan bertanya tentang apakah “keterampilan berbahasa” itu sesuatu yang bisa diandalkan dalam menulis puisi atau tidak sama sekali.

Bukannya memberi penjelasan yang rigit dan masuk akal, serangan balik itu justru membuat orang tersebut merasa kehilangan muka. Lalu, demi menjaga mukanya (citra dirinya) –mungkin dia terlanjur dibeatifikasi sebagai penyair luar biasa karena di negeri ini para penyair selalu sibuk mengejar puja-puji ketimbang melakukan eksperimentasi terhadap puisi — orang yang merasa punya “keterampilan berbahasa” itu melakukan manuver dengan memakai ukuran bajunya untuk mengukur badan orang lain.

Maka, tentu, dia akan semakin kehilangan muka, lalu menganggap orang yang menyerang balik sebagai “tidak santun” dalam bertutur.

Jika kau bicara tentang puisi sebagai ilmu pengetahuan, lalu muncul orang lain yang tak memahami puisi sebagai ilmu pengetahuan, menanggapi pembicaraanmu dan mengesankan seakan-akan kau telah melakukan kekeliruan, sangat wajar bila orang itu dibuat kehilangan mukanya.

Dia melakukan penyesatan, dan orang yang menyesatkan orang lain pantas tak punya muka. Hal seperti ini tidak hanya terjadi dalam dunia sastra, tapi juga dalam dunia lain.

Misalnya dunia saya sebagai pelukis. Ketika saya melukis potret, lalu ada orang yang tak bisa melukis potret mengomentari karya saya sebagai buruk, sudah pasti saya akan menerima komentar itu dengan memberinya kesempatan untuk menerangjelaskan kenapa potret yang saya lukis itu buruk.

Jika penjelasannya masuk akal dan ilmiah, saya akan berterima kasih. Tapi, apabila penjelasannya berdasarkan subyektivitas belaka, sangat wajar jika saya memakinya.

Kawan-kawan saya di dunia kesusastraan, merasa dirinya mereka harus santun dalam bertutur kata. Kesantunan itu, menurut mereka, bagian tak terpisahkan dengan pilihan mereka sebagai sastrawan. Saya tak pernah paham kenapa syarat sastrawan harus santun, sementara mereka selalu kesulitan ketika saya meminta defenisi kesantunan itu.

Santun bagi mereka adalah bertutur kata yang tidak membuat orang lain kehilangan muka, sementara saya menganggap orang layak kehilangan muka apabila orang itu tidak berusaha melindungi mukanya dengan ilmu pengetahuan.

Saya sering senyum-senyum setiap kali mengikuti diskusi para sastrawan tentang dunia kesusastraan, terutama karena tindak tutur yang dipertontonkan orang-orang yang bekerja dengan alat kerja bernama bahasa itu seakan-akan tidak pernah sungguh-sungguh mempelajari bahasa, dan mereka tidak begitu menguasai bahwa pragmatik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari ujaran dari penutur.

Apa yang membuat saya senyum adalah kesantuan bertutur, di mana sebagian besar sastrawan menganggap sastrawan lain tidak santun dan dia tidak menyadari bahwa anggapannya itu menunjukkan bahwa dia lebih tidak santun lagi.

Dalam bertutur, orang cenderung menganggap orang lain tidak santun karena memakai kata-kata “jorok” saat berdiskusi, seakan-akan ada kata yang jorok dan ada kata yang bersih. Padahal, semua kata itu sama-sama ada di dalam kamus, dan karenanya punya “derajat” yang sama. Tidak ada satu kata pun yang tidak boleh diucapkan, tapi orang-orang yang merasa dirinya harus santun tetapi tidak mengerti apakah santun itu, cenderung akan memilah kata ke dalam “yang tak boleh dipakai” dan “yang boleh dipakai”.

Kesantunan bertutur bukan perkara pilihan kata yang disampaikan saat berdiskusi tidak membuat orang lain kehilangan muka atau citra diri, tetapi setiap kata yang disampaikan jangan hanya untuk menjaga muka sendiri.

Sebagai contoh. Orang menyebut puisi esai Denny JA sebagai temuan baru dalam ilmu sastra, lalu saya mengatakan orang yang menyebut itu sebagai “bodoh”, “tolol”, dan kata-kata bijak lainnya, karena pernyataannya menunjukkan betapa dia tidak tahu tentang ilmu sastra tetapi berlagak bahwa dia sangat paham ilmu sastra.

Orang yang tidak tahu bahwa dia tidak mengetahui apapun sama saja dengan hewan, dan ketika saya mengatakan “kambing” kepadanya, tentu saja kata “anjing” jauh lebih pas. “Anjing” adalah binatang metafora, cocok disematkan kepada mereka yang suka menjulurkan lidah.

Jadi, bahasa itu kaya, punya cabang-cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sastra. Tidak mempelajari bahasa secara serius lalu berlagak sudah paham bahasa, hanya akan dilakukan oleh orang yang pantas dihilangkan mukanya. Dia telah menghinakan dirinya sendiri, dan kita layak menghinakannya.(*)


Penulis lahir di Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, pada 3 Juni 1972. Menulis esai di berbagai media dan terkumpul dalam sejumlah buku. Sehari-hari bekerja sebagai peneliti budaya, sosial, politik untuk Institute Sahata dan Tapanuli Database Center for Researd Culture and Social (Tapanuli Database).

Tags: #budihatees#dennyja#diskursus#Sastra#sipirok
Share41SendShare

Related Posts

Hukum di Indonesia Makin Memburuk?

01/02/2023

Oleh: Kasihta Saragih, Claudia Sianturi, Nuri Giovani, Oscar Simbolon* PIRAMIDA.ID- Akhir-akhir ini situasi hukum yang ada di Indonesia mungkin sedang...

Manusia sebagai Makhluk Mengada dalam Ruang & Waktu

18/12/2022

Oleh: Inosius Pati Wedu* PIRAMIDA.ID- Kemajuan teknologi transportasi, informasi dan komunikasi di zaman modern menyebabkan manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi...

Sejarah Bidang

17/12/2022

PIRAMIDA.ID- “Sejarah itu bersajak”, ujar Mark Twain. Walau sejarah tak bisa terulang kembali. Sekarang, ke mana dan di mana kita...

Romantisme Bom Bunuh Diri Astana Anyar

12/12/2022

Oleh: Gregorius Bryan G. Samosir (Ketua Lembaga Pengembangan SDM PP PMKRI) PIRAMIDA.ID- Belum kering air mata akibat gempa yang mengguncang...

Peran Media Massa Sebagai Salah Satu Konsep Kekuatan Politik di Indonesia

18/11/2022

Oleh: Dwi Puja Kusuma* PIRAMIDA.ID- Perkembangan media massa di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Utamanya setelah memasuki era reformasi,...

Eksistensi ABRI Sebagai Aktor Kekuatan Politik Pasca Orde Baru

16/11/2022

Oleh: Aulia Sindi Pifua* PIRAMIDA.ID- Berbicara mengenai politik merupakan satu hal yang sangat menarik, namun perlu digarisbawahi juga bahwa tidak...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Berita

Lantik dan Bimtek PKD, Panwascam Purbatua Ingatkan Perlunya Kemampuan Pengawasan dan Integritas

07/02/2023
Berita

Lantik PKD, Ketua Panwaslu Dolok Panribuan Ingatkan Jajaran Jaga Integritas

07/02/2023
Edukasi

Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Indonesia

06/02/2023
Berita

Kelompok Senior Peduli GMKI Serahkan Bantuan Inventaris kepada PP GMKI

04/02/2023
Berita

Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas: DPP PARKINDO Berkolaborasi dengan KND dalam menghilangkan Stigma terhadap Disabilitas di Gereja

03/02/2023
Berita

Peringati 9 tahun Gugurnya 7 Relawan Kemanusiaan GMKI, GMKI Kutacane Gelar Ibadah Peringatan Hari Relawan

03/02/2023

Populer

Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Edukasi

Peran Pemuda dan Mahasiswa untuk Pengembangan SDM

03/02/2023
Berita

Peringati 9 tahun Gugurnya 7 Relawan Kemanusiaan GMKI, GMKI Kutacane Gelar Ibadah Peringatan Hari Relawan

03/02/2023
Berita

Kelompok Senior Peduli GMKI Serahkan Bantuan Inventaris kepada PP GMKI

04/02/2023
Berita

Lantik dan Bimtek PKD, Panwascam Purbatua Ingatkan Perlunya Kemampuan Pengawasan dan Integritas

07/02/2023
Berita

Esensi Kekuasaan di Indonesia

28/01/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia