Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Senin, Juni 16, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Sekilas tentang Abad Kegelapan: Apakah Kesenian juga Menjadi “Gelap”?

by Redaksi
04/07/2022
in Dunia
115
SHARES
821
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Setelah kekaisaran raksasa Romawi Kuno perlahan menyusut hingga akhirnya tumbang dan hilang di tahun 476 M, maka hingga bertahun-tahun (bahkan berabad-abad) kemudian, masa tersebut dikatakan sebagai “era kegelapan”. Karena itu, masa setelah “era kegelapan” disebut pula sebagai “era pencerahan”.Apa yang menyebabkan era itu disebut “kegelapan”? Catatan dan sejumlah literatur menyebutkan bahwa nama Francesco Petrarch, seorang seniman, sastrawan, dan ilmuwan dari era “pencerahan” yang pertama kali menyebutkan abad pertengahan awal sebagai era kegelapan. Disebut era kegelapan dengan berbagai alasan, yang pertama adalah tingkat literasi, serta tingkat “melek huruf” di era kegelapan cukup rendah, apalagi bila dibandingkan dengan era renesains.

Alasan kedua adalah, pencapaian tertinggi di bidang seni adalah era Romawi kuno. Tentunya, pondasi utama dari kesenian era Romawi kuno adalah Yunani kuno. Dan di era “kegelapan” belum ada pencapaian artistik yang lebih tinggi dari era kuno tersebut. Petrarch menyebut bahwa masa tersebut sangat gelap, kacau, dan tidak menghasilkan pencapaian yang lebih hebat dari era sebelumnya, baik di ilmu pengetahuan maupun kesenian.

Romawi yang telah tumbang, akhirnya menjadikan pemerintahan atau institusi yang paling kuat di Eropa adalah gereja. Maka, raja dan ratu di era “kegelapan” mulai kehilangan taring. Kelebihannya adalah, tidak ada satupun raja-raja ini yang mampu memonopoli kekuasaan di Eropa. Semuanya akan tunduk di bawah kekuatan besar yang ada di tangan gereja.

Dominasi gereja dinilai oleh para cendikiawan era renesains sebagai “tindakan yang menahan kemajuan intelektual, dengan tujuan meningkatkan keimanan pada agama”. Dengan premis ini, para cendikiawan era pencerahan menganggap bahwa era sebelumnya sebagai era yang “gelap”.

Namun, apakah benar era tersebut benar-benar “gelap” seperti yang tercatat di literatur era pencerahan? Faktanya masih banyak juga penemuan yang muncul di era “kegelapan” yang menjadi inovasi yang mewarnai dunia. Paling terasa di bidang pertanian, ketika banyak penemuan alat bajak sawah dan tanah yang lahir di era tersebut. Saat itu, kuda menjadi hewan yang paling sering mendapatkan “inovasi”. Mulai dari penggunaan kuda sebagai penarik gerobak, kendaraan, dan bajak. Sampai penggunaan “sepatu kuda” yang terbuat dari logam.

 

Inovasi tersebut bahkan masih digunakan hingga hari ini. Sejumlah literatur juga mencatat bahwa di era yang disebut “kegelapan” tersebut, dunia pertanian mengalami kemajuan yang pesat dan mengagumkan.

Ilmu Pengetahuan dan Seni di Era Kegelapan

Terpenting adalah, abad kegelapan tersebut justru tidak berlaku untuk Islam. Di era “kegelapan” tersebut, justru di dunia Islam menunjukkan peningkatan yang signifikan di bidang sains, matematika, hingga kesenian. Dari Baghdad, yang menjadi pusat Persia era tersebut, lahir nama-nama filsuf, cendikiawan, dan sastrawan Islam yang menemukan banyak terobosan baru.

Sebut saja Al-Khawariz yang di tahun 800-an menemukan persamaan linier, kuadrat, dan hingga saat ini disebut sebagai “Algoritma”. Algoritma adalah nama latin dari Alkhawariz.

Sedangkan di Eropa, juga muncul inovasi di bidang literatur, sastra, dan kesenian. Bayangkan saja, pertama kali naskah tulisan tangan standar justru diperkenalkan ketika era raja Charlemagne yang dinobatkan oleh Paus Leo III menjadi “Kaisar Romawi Suci” era tahun 800-an. Sejumlah produksi buku, dokumen, dan produk literasi lainnya juga terbit di tahun itu.

Sejumlah teknik pengajaran di sekolah, pembuatan kurikulum, dan sebagainya juga menjadi pondasi untuk era berikutnya. Teks-teks klasik terutama berbahasa latin direproduksi agar tetap lestari. Bangunan dengan arsitektur gaya Romawi juga dibangun kembali.

Jadi, apakah abad kegelapan itu benar-benar gelap? Terutama untuk kesenian? Tentunya, Anda bisa menyimpulkan sendiri.(*)


Pojok Seni

Tags: #abadkegelapan#eropa#kesenian
Share46SendShare

Related Posts

Kebahagiaan Berasal dari Keyakinan dalam Diri

10/07/2023

PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda berkata pada diri sendiri saat marah, ‘Saya tidak boleh marah?' Atau mungkin ketika Anda merasa sedikit sedih,...

Mengapa Orang Terlihat Serius dan Tidak Tersenyum di Foto-foto Kuno?

30/04/2023

PIRAMIDA.ID- Foto-foto pertama diambil pada akhir tahun 1820-an. Tetapi sampai tahun 1920-an, tampaknya orang-orang mulai “belajar” tersenyum saat di foto....

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Hadir di GA-WSCF di Berlin, Ketum GMKI: Bangga Mewakili Indonesia dan Bertemu Delegasi Seluruh Dunia

27/06/2022

PIRAMIDA.ID- General Assembly World Student Christian Federation GA-WSCF resmi dibuka pada tanggal 23 Juni 2022 di Berlin, Jerman. General Assembly...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
ilustrasi/getty images
Pojokan

Sejarah Tai

03/08/2020
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba