Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Januari 31, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Sopolitika

Seolah Republik

by Redaksi
16/07/2020
in Sopolitika
99
SHARES
709
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Kristian Silitonga*

PIRAMIDA.ID- “Pernahkah Anda merasa bahwa akhir-akhir ini kehidupan berbangsa dan bernegara kita masih berlangsung dalam konstruksi Republik?”

Saya kok semakin tidak merasakan itu.

Belakangan ini kita semakin menyaksikan betapa kerja dan sistem beroperasinya negara berlangsung dalam suasana yang begitu “privat” dan komunal. Sifat mengutamakan kepentingan umum (common good) dalam konsep republik beralih lebih pada kepentingan golongan dan modal.

Lihat saja sistem politik, sosial, dan ekonomi kita belakangan ini yang logika dan nalar kebijakannya semata diukur dan dihitung secara kuantitatif dan matematis.

Semua hal dikuantifikasi pada bobot kerangka dan prosedur formalnya tetapi cenderung abai pada kualitas dan esensi kebijakannya.

Dalam rekrutmen kepemimpinan demokratis, misalnya; memilih pemimpin dan wakil Anda untuk diberi amanah dan otoritas kebijakan tidak lagi karena kapasitas dan kompetensi yang dimilikinya. Tapi seberapa besar suara yang bisa diperolehnya.

Kebijakan ekonomi yang ditempuh di mana tujuan utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan warga sebagaimana diamanatkan konstitusi sering terjebak pada pertimbangan ‘neraca rugi-laba’ bahkan untuk kebutuhan warga negara yang sifatnya mendasar; kesehatan, pendidikan, dan layanan sosial lainnya.

Perdebatan dan dinamika demokrasi untuk menentukan arah politik dan masa depan bangsa hanya cukup ditampilkan dalam “statistik pembangunan” dan indeks kemajuan tanpa pertengkaran konseptual dan bahkan karena fasilitas itu berbalik mendikte ide dasar tentang republik.

Di sisi lain, bangkitnya rezim identitas yang ingin memaksakan identifikasi tunggal berbasis agama dan golongan dalam politik kewargaan semakin menjauhkan kita dari cita-cita negara republik itu sendiri.

Kita memang semakin terbelah dan terfragmentasi sebagai warga negara dan manusia Indonesia.

Makanya tidak usah heran bahkan dalam suasana pandemi COVID-19 dan aneka lompatan peradabannya sekarang inipun kita masih ribut dan tak kunjung selesai berbising ria dengan hal-hal “jadul” pertentangan ideologi dan bentuk negara plus politisasi yang kompleks yang semestinya sudah harus selesai.

Kita seolah hidup dan berbangsa dalam bentuk negara ‘Republik’ namun dengan cita rasa yang “privat’. Dalam banyak kasus kita bertindak dan berperilaku tidak lagi dalam kerangka kepentingan dan kemanfaatan bersama, tetapi atas nama golongan (identitas)  dan kepentingan modal (elit/oligarki).

Lantas dengan cara bagaimana suatu kehidupan republik beradab dapat kita laksanakan?

Pada titik inilah kita harus kembali merumuskan platform dan batas artikulasi kebangsaan dengan kembali pada sejarah yang kita miliki, yakni konsep kebersamaan yang paling mendasar: REPUBLIK.

Indonesia itu adalah sebuah komunitas dengan nama depan Republik. Itu tidak asal muncul dan disepakati tanpa sadar.

Ia hadir sebagai suatu kesadaran dan keputusan bersama dalam sejarah politik kita yang masih kita terima sampai sampai saat ini. Dalam republik, warga disebut sebagai warga negara karena dia terlibat dan berpartisipasi secara bebas dan setara dalam mempraktikkan keutamaan umum dan kepentingan bersama.

Identitasnya sebagai warga diperoleh dari kebebasan dan melalui praktik dalam kebebasan.

Kualitas kewargaan seseorang dinilai bukan dari status sosial dan identitas personalnya tetapi dari keikut-sertaannya dalam memperjuangkan kepentingan umum. Bukan ditentukan identitas komunitas di belakangnya sebagaimana yang secara keliru sering dipolitisasi oleh kaum fasis maupun kapitalis/modal, juga bukan semacam identitas partikular/agama yang dikehendaki oleh kaum fundamentalis.

Republik membuka ruang untuk hadirnya campur tangan kombinatif yang seimbang  antara legalitas dan keadilan. Intervensi legalitas adalah wewenang negara yang diberikan oleh warganya. Sedangkan intervensi keadilan adalah ideologi atau gagasan dasar yang dicita-citakan warga negara.

Meminjam istilah Alain Badiou, “La passion egalitaire, hasrat egaliter, dan l’ide de la justice, ide tentang keadilan.”

Dalam pandangan Republik, bukan negara yang membentuk identitas warga, tetapi wargalah yang membentuk identitas negara. Negara adalah ekspresi politik dari warganya.

Di titik inilah konsep republikan itu bisa ditampilkan untuk memberikan kerangka negara sosial demokratis yang inklusif dan partisipatif.

Kondisi dan cita-cita kebangsaan seperti inilah yang semakin menjauh dari realitas yang sedang kita alami belakangan ini.

Semakin terasa penguasaan sumber daya politik dan ekonomi semakin terpusat pada segelintir orang/oligarki, sementara di sisi lain kehidupan sosial kebudayaan dan etik coba dikuasai oleh rezim kesalehan dan fundamentalisme.

Keduanya sama-sama mencoba “membajak” demokrasi sesuai dan seturut kepentingan mereka dengan segala cara dan upaya, bila perlu dengan mengorbankan apa itu hakekat yang kita sepakati sebagai: REPUBLIK.

Suatu kegelisahan yang saya sebut sebagai syndrome “Seolah Republik”.

Sebagaimana ditegaskan Hannah Arendt dalam gagasan Republikanisme, “Republik hanya tampil sebagai republik apabila dia dialami dan dipertahankan di dalam praktik. Tanpa praktik, republik itu menjadi sekedar nama untuk masa lalu.”

Lantas, apakah Anda ingin praktik atau syndrome itu terjadi?

Kalau saya dengan keras akan bilang: “TIDAK …!”


Penulis merupakan pengasuh di rubrik Sopolitika, Piramida.id.

 

Editor: Red/Hen

Tags: #konsepnegara#pertengkarankonsep#republikheadline
Share40SendShare

Related Posts

Kedangkalan Radikalisme (Agama)

06/11/2022

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- Untuk mereka yang merasa memiliki Tuhan dan memonopoli kebenaran lalu menegasikan sesama yang lain; "Tuhan saja tidak...

Ilusi Kepemimpinan

16/04/2021

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- Dalam era demokrasi padat modal dan politik biaya tinggi seperti saat ini, apa sesungguhnya yang bisa kita...

Toleransi

15/02/2021

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- Siang jelang sore itu saya sedang nongkrong menikmati kopi dan ngobrol bareng teman di salah satu warung...

Merayakan Kedangkalan

02/11/2020

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- "Intelektualisme tidak pernah identik dengan gelar akademis. Intelektualisme juga tidak identik dengan banyaknya pengamat dan pakar." ~Jeremy...

Pandemikada

23/09/2020

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- Sudah terlalu banyak informasi, opini bahkan spekulasi membanjiri ruang publik kita yang mengaitkan pelaksanaan Pilkada dengan situasi...

Menjadi Bangsa

01/09/2020

Kristian Silitonga* PIRAMIDA.ID- "Suatu bangsa adalah keinginan untuk hidup bersama dan kesepakatan untuk berkorban." Ernest Renan (1823-1892) Saya tertarik dengan...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Edukasi

Meningkatkan Keadilan di Indonesia

29/01/2023
Berita

Esensi Kekuasaan di Indonesia

28/01/2023
Berita

Komda PMKRI Sumbagut: Wali Kota Medan Penuh Pencitraan

28/01/2023
Berita

PP Simalungun Buka Pendaftaran Balon Ketua MPC Simalungun

28/01/2023
Berita

Tuntaskan Perkara Judi Apin BK, Komda PMKRI Sumut Apresiasi Kinerja Kapolda Sumut

28/01/2023
Sains

Cerita tentang Bedes Bijak (Homosapiens)

27/01/2023

Populer

Prosesi sertijab PP GMKI/screeshot
Berita

PP GMKI Resmi dikukuhkan, Ini Susunan Pengurus Pusat GMKI Masa Bakti 2020-2022

09/01/2021
ilustrasi: tirto.id/Gery
Sains

Apa itu Teori Evolusi Darwin?

27/01/2023
Berita

Syukuran Pembubaran Panitia, Panitia Perayaan Natal 3 Sinode Gelar Pemberian Tali Asih di Panti Asuhan

02/06/2022
Berita

Esensi Kekuasaan di Indonesia

28/01/2023
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Berita

Kritik Sastra: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Pendekatan

14/11/2022

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia