Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, Januari 27, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Tanpa Matematika, Kita Tidak bisa Memahami Alam Semesta

by Redaksi
16/05/2022
in Dialektika
100
SHARES
712
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Hampir 400 tahun yang lalu, ilmuwan Galileo pernah berkata: “Filsafat ditulis dalam buku besar ini, alam semesta … [Tapi buku ini] ditulis dalam bahasa matematika.” Galileo lebih dari seorang astronom biasa, dan tulisan yang memuat pernyataan ini dianggap sebagai tulisan pertama yang membahas tentang metode ilmiah.

Kita tidak tahu siapa yang pertama kali mulai menerapkan matematika untuk studi ilmiah, tetapi masuk akal bahwa Orang Babilonia, yang menggunakannya untuk menemukan pola yang menjelaskan terjadinya gerhana, selama hampir 3.000 tahun yang lalu. Tapi penemuan kalkulus dan juga Fisika Newton membutuhkan 2.500 tahun untuk bisa menjelaskan polanya.

Sejak itu, mungkin setiap penemuan ilmiah besar telah menggunakan matematika untuk menjelaskan sesuatu, karena matematika jauh lebih kuat daripada bahasa manusia lainnya. Tidak mengherankan jika hal ini membuat banyak orang mengklaim bahwa matematika itu sangat penting: bahwa alam semesta diciptakan oleh ahli matematika

Jadi bisakah kita membayangkan alam semesta di mana matematika tidak bekerja?

Bahasa matematika

Hipotesis Sapir-Whorf menegaskan bahwa Anda tidak dapat mendiskusikan suatu konsep kecuali Anda memiliki bahasa untuk bisa menggambarkannya.

Dalam ilmu apapun, dan fisika pada khususnya, kita perlu menjelaskan konsep yang tidak dipetakan dengan baik ke dalam bahasa manusia. Seseorang dapat menggambarkan elektron, tetapi saat kita mulai mengajukan pertanyaan seperti “Apa warnanya?” kita mulai menyadari kekurangan dari bahasa Inggris.

Warna suatu benda bergantung pada panjang gelombang cahaya yang dipantulkan olehnya, sehingga elektron tidak memiliki warna tertentu, atau meliputi semua warna lebih tepatnya. Pertanyaan itu sendiri tidak ada artinya. Tapi pertanyaan “Bagaimana sebuah elektron berperilaku?” dan jawabannya, pada prinsipnya, adalah sederhana. Pada tahun 1928, Paul A.M. Dirac menuliskan persamaan yang menggambarkan perilaku elektron yang hampir sempurna pada semua keadaan. Ini tidak berarti sederhana ketika kita melihat detailnya.

Sebagai contoh, elektron berperilaku sebagai magnet kecil. Besarannya bisa dihitung, tapi perhitungannya sangat rumit. Menjelaskan aurora, misalnya, mengharuskan kita untuk memahami mekanika orbital (yang menjelaskan tentang perilaku elektron), medan magnet, dan fisika atom, tetapi pada intinya, ini hanyalah matematika.

Tetapi ketika kita menyadari bahwa komitmen manusia terhadap pemikiran logis dan matematis jauh lebih dalam. Keputusan untuk menyalip mobil yang bergerak lambat tidak berdasarkan persamaan gerak, tetapi kita tentu melakukannya secara implisit. Tesla dengan autopilot benar-benar akan menyelesaikannya secara eksplisit.

Memprediksi kekacauan

Jadi kita benar-benar tidak perlu heran bahwa matematika bukan hanya menjadi bahasa untuk menggambarkan dunia luar, tetapi dalam banyak hal menjadi satu-satu alat untuk menjelaskan banyak fenomena. Tetapi hanya karena sesuatu dapat dijelaskan secara matematis tidak berarti hal itu dapat diprediksi.

Salah satu penemuan yang luar biasa selama 50 tahun terakhir adalah penemuan “sistem kacau (chaotic systems).” Ini bisa menjadi sistem matematika sederhana yang tidak dapat diselesaikan. Ternyata banyak sistem yang kacau dalam pengertian ini. Jejak badai di Karibia secara dangkal mirip dengan trek gerhana, tetapi kami tidak dapat memprediksinya secara tepat dengan menggunakan kekuatan komputer modern.

Namun, kami memahami alasannya: persamaan yang menggambarkan cuaca secara intrinsik sudah kacau, sehingga kami dapat membuat prediksi yang akurat dalam jangka pendek, (sekitar 24 jam), tetapi ini menjadi semakin tidak dapat diandalkan dari hari ke hari. Demikian pula, mekanika kuantum memberikan teori di mana kita tahu persis prediksi apa yang tidak dapat dibuat dengan tepat. Seseorang dapat menghitung sifat-sifat elektron dengan sangat akurat, tetapi kita tidak dapat memprediksi apa yang akan dilakukan oleh individu.

Badai jelas merupakan peristiwa yang tidak rutin terjadi, dan kita tidak dapat memprediksi kapan badai akan terjadi sebelumnya. Tetapi fakta bahwa kita tidak dapat memprediksi suatu peristiwa secara tepat tidak berarti bahwa kita tidak dapat menggambarkannya ketika itu terjadi. Kami bahkan dapat menangani peristiwa yang terjadi satu kali: yaitu peristiwa Big Bang dan kami memiliki teori yang sangat tepat tentang itu.

Merancang sistem sosial

Sejumlah besar fenomena sosial, dari pasar saham hingga terjadinya revolusi tidak memiliki sistem prediksi yang baik dan berdasar matematika, tetapi kita tetap dapat menggambarkan apa yang telah terjadi dan sampai batas tertentu membangun sistem model.

Lalu bagaimana dengan hubungan pribadi? Cinta mungkin buta, tetapi hubungan pasti dapat diprediksi. Sebagian besar dari kita memilih pasangan di dalam kelas sosial dan kelompok bahasa yang sama, jadi sama sekali tidak ada keraguan bahwa itu benar dalam arti statistik. Tapi itu juga benar dalam arti lokal. Sejumlah situs kencan menghasilkan uang dengan algoritme yang setidaknya berusaha mencocokkan Anda dengan pasangan ideal Anda.

Sebuah alam semesta yang tidak dapat dijelaskan secara matematis artinya secara fundamental tidak rasional dan bukan hanya tidak dapat diprediksi. Hanya karena sebuah teori tidak masuk akal bukan berarti kita tidak bisa mendeskripsikannya secara matematis.

Tapi saya tidak berpikir kita hidup di alam semesta yang bekerja seperti itu, dan saya kira kita tidak bisa membayangkan alam semesta tanpa matematika.(*)


The Conversation

Tags: #alamsemesta#galileo#kosmos#matematika#sejarah
Share40SendShare

Related Posts

Manusia sebagai Makhluk Mengada dalam Ruang & Waktu

18/12/2022

Oleh: Inosius Pati Wedu* PIRAMIDA.ID- Kemajuan teknologi transportasi, informasi dan komunikasi di zaman modern menyebabkan manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi...

Sejarah Bidang

17/12/2022

PIRAMIDA.ID- “Sejarah itu bersajak”, ujar Mark Twain. Walau sejarah tak bisa terulang kembali. Sekarang, ke mana dan di mana kita...

Romantisme Bom Bunuh Diri Astana Anyar

12/12/2022

Oleh: Gregorius Bryan G. Samosir (Ketua Lembaga Pengembangan SDM PP PMKRI) PIRAMIDA.ID- Belum kering air mata akibat gempa yang mengguncang...

Peran Media Massa Sebagai Salah Satu Konsep Kekuatan Politik di Indonesia

18/11/2022

Oleh: Dwi Puja Kusuma* PIRAMIDA.ID- Perkembangan media massa di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Utamanya setelah memasuki era reformasi,...

Eksistensi ABRI Sebagai Aktor Kekuatan Politik Pasca Orde Baru

16/11/2022

Oleh: Aulia Sindi Pifua* PIRAMIDA.ID- Berbicara mengenai politik merupakan satu hal yang sangat menarik, namun perlu digarisbawahi juga bahwa tidak...

Perkembangan Politik Pencitraan diselaraskan dengan Perkembangan Demokrasi

11/11/2022

Oleh: Buha Pasaribu* PIRAMIDA.ID- Pencitraan kebijakan atau political imaging, berkembang dengan demokrasi di Indonesia, dimulai dengan pemilihan presiden langsung tahun...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Sains

Cerita tentang Bedes Bijak (Homosapiens)

27/01/2023
Sains

Benarkah Mimpi Merupakan Kelanjutan dari Kehidupan Dunia Nyata?

27/01/2023
ilustrasi: tirto.id/Gery
Sains

Apa itu Teori Evolusi Darwin?

27/01/2023
Berita

Terkait Penggusuran Warga di Komplek Perkemahan Sibolangit, GMKI Sibolangit: Pemprov Sumut Harus Dengarkan Suara Rakyat Sibolangit

25/01/2023
Berita

PERMAHI Siantar Gelar Pembukaan Konferensi Cabang III

17/01/2023
Berita

Buntut Bentrok di Area Smelter PT GNI, PP PMKRI Desak Polda Sulteng Untuk Memeriksa Direktur Operasional PT GNI

16/01/2023

Populer

Berita

Syukuran Pembubaran Panitia, Panitia Perayaan Natal 3 Sinode Gelar Pemberian Tali Asih di Panti Asuhan

02/06/2022
ilustrasi: tirto.id/Gery
Sains

Apa itu Teori Evolusi Darwin?

27/01/2023
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Ilustrasi: dw.com
Dialektika

Zoroaster, Agama Pertama Yang Menyembah Satu Tuhan

15/06/2020
Edukasi

Sosiologi Hukum Memandang Kekerasaan dan Pelecehan Seksual

21/12/2021
Berita

Terkait Penggusuran Warga di Komplek Perkemahan Sibolangit, GMKI Sibolangit: Pemprov Sumut Harus Dengarkan Suara Rakyat Sibolangit

25/01/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia