Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Senin, Juni 16, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Bagaimana Kreator Konten bisa Menghasilkan Karya yang Berpihak pada Masyarakat dan Kemanusiaan

by Redaksi
21/10/2021
in Dialektika
100
SHARES
717
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Pendapatan melalui iklan di YouTube dan platform media sosial lainnya telah menggiur semakin banyak orang Indonesia menjadi kreator konten.

Sebagai gambaran, sepanjang pandemi di tahun 2020, platform pemasaran influencer (selebritas media sosial) SociaBuzz mencatat kenaikan pengguna yang mendaftar layanan mereka sebesar tiga kali lipat – dari sekitar 2.500 menjadi hampir 8.000 kreator baru per bulan.

Sayangnya, konten yang diunggah tidak selalu bermutu.

Kita berkali-kali mendengar berbagai kasus konten yang kontroversial – dari Atta Halilintar yang melakukan komersialisasi insiden keguguran yang dialami istrinya, hingga kreator bernama Ferdian Paleka yang melakukan prank (lelucon) memberikan sembako berisi sampah kepada beberapa transpuan pada tahun 2020.

Di internet juga masih minim panduan bagi kreator terkait bagaimana menghasilkan konten dengan dampak sosial yang baik dan membangun.

Bedasarkan kajian (belum dipublikasi) yang kami lakukan terhadap 16 artikel online, berbagai materi tersebut pun baru fokus pada kiat-kiat menjadi kreator sukses secara teknis atau finansial.

Di sini, kami ingin mengenalkan prinsip berkarya yang disebut oleh peneliti pendidikan Carrie James dan rekan-rekan akademisinya sebagai “kewarganegaraan digital” (digital citizenship) dalam berkarya.

Penerapan konsep ini penting untuk menghasilkan karya yang bermanfaat, relevan, dan membangun terhadap isu sosial yang dihadapi Indonesia.

Memperhatikan literasi kritis dan etika produksi

Dari beberapa prinsip kewarganegaraan digital yang diperkenalkan oleh James, salah satu yang paling penting adalah kreator harus memperlebar perspektif mereka dalam menyajikan isu atau objek.

Tempat wisata yang “instagramable” (populer di Instagram), misalnya, sering diburu sebagai bahan konten.

Sayangnya, biasanya kreator sekadar menunjukkan pengalaman mereka saat menikmati tempat tersebut. Akan lebih bermakna jika mereka juga mendalami aspek sosial dari situs tersebut.

Bagaimana cerita sejarahnya? Apa aspirasi warga sekitar terkait pembangunan di daerah mereka? Apakah lingkungan sekitar tetap nyaman? Apakah mereka turut sejahtera?

Berbagai pertanyaan ini mengisyaratkan perlunya kreator memiliki apa yang disebut peneliti pendidikan Cathy Burnett dan Guy Merchant sebagai literasi kritis dan etika produksi.

Menurut Burnett dan Merchant, kreator dengan kapasitas literasi kritis akan memperhatikan “hidden assumptions” (membongkar asumsi masyarakat), “alternative representations” (memastikan keterwakilan pihak yang terdampak), dan “bias” (meluruskan bias berpikir) dalam konten yang mereka produksi.

Hal tersebut kemudian harus bergandengan dengan etika produksi – yaitu perhatian pada pertanyaan seperti “Siapa saja yang terdampak dari produksi ini?” atau “Kepentingan siapa yang saya perjuangkan melalui konten ini?”

Dengan memenuhi beberapa pegangan di atas, kreator menjadi berpihak pada kemanusiaan dan kepentingan masyarakat.

Memanusiakan manusia

Kemudian, kreator harus mampu memanusiakan setiap pihak yang terlibat dalam kontennya. Mereka bisa melakukan ini, misalnya, dengan lebih berani menggali berbagai fakta “abu-abu” yang selama ini tidak pernah terungkap.

Salah satu kreator yang menurut kami baik dalam menerapkan ini adalah Daniel Mananta lewat kanalnya “Daniel Tetangga Kamu”. Ada juga YouTuber Barry Kusuma dalam kontennya tentang Natuna.

Dalam kanal Daniel, misalnya, ini terlihat saat ia mewawancarai aktris Dian Sastrowardoyo.

Saat kreator lain memilih membahas topik populer seperti pengalaman romansa atau film-film Dian, Daniel menguak lebih dalam lagi tentang aspek personal dari kehidupan Dian.

Daniel membongkar beberapa anggapan dari masyarakat terkait capaian hidup aktris tersebut. Dian, misalnya, saat kecil ditinggal ibunya ke luar negeri tak lama setelah ayahnya meninggal, dan mengungkap adanya “abandonment issue” (trauma ditinggalkan). Daniel juga berhasil membuat Dian bercerita tentang masa lalunya saat ia dan ibunya dipandang sebelah mata oleh orang-orang terdekat mereka.

Meski demikian, Dian terus berjuang dan bahkan kini punya yayasan yang memberi beasiswa pada perempuan muda.

Di sini, kami berpendapat Daniel berhasil mengajak pemirsanya untuk berempati pada Dian sebagai seorang manusia dan bukan hanya sebagai objek.

Studi tahun 2014 dari Korea Selatan juga mengungkap bahwa empati adalah salah satu emosi utama yang membuat penonton sangat tertarik dengan video di platform Youtube.

Membela kepentingan masyarakat

Aspek lain dari kewarganegaraan digital yang juga penting adalah kreator harus bisa menjadi pendukung atau pembela kepentingan masyarakat.

Kajian tahun 2020 dari Jerman menyimpulkan bagaimana video adalah format yang baik untuk aktivisme dan edukasi masyarakat karena penyebarannya cepat dan mudah diakses.

Kita miris mendengar dalam kasus Ferdian Paleka sebelumnya, misalnya, bagaimana kelompok marjinal banyak yang diperlakukan tidak manusiawi di Indonesia. Di tengah pandemi COVID-19, ada juga beberapa kelompok masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan dan tidak bersedia melakukan vaksinasi sehingga mengancam kesehatan warga yang lain.

Beragam masalah ini menunjukkan urgensi pentingnya memperjuangkan kepentingan masyarakat lewat konten digital.

Saat ini, sudah ada beberapa kanal YouTube yang mulai memperhatikan ini dalam karya-karyanya.

Sosok-sosok di balik kanal Menjadi Manusia, misalnya, banyak mengeluarkan video yang mengangkat pengalaman dan tantangan kelompok transpuan, orang dengan gangguan kesehatan mental, dan pemeluk agama minoritas selama hidup di Indonesia.

Di sela-sela berbagai vlognya, YouTuber Fathia Izzati juga mengangkat bahasan mengenai isu kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia, rasisme yang dialami orang Indonesia Timur, dan korban kekerasan aparat kepolisian bersama berbagai narasumbernya.

Tak harus menunggu YouTuber ternama melakukannya, para kreator pemula juga bisa mulai mengambil tindakan melalui konten yang mereka buat. Kerja kemanusiaan dapat bergandengan dengan upaya meraih perhatian penonton.

Menanti lebih banyak kreator yang berpihak pada kemanusiaan

Di panggung internasional, para kreator Youtube dari seluruh dunia berkumpul dalam ajang YouTube Creators Summit, salah satunya untuk mempromosikan kesadaran terkait isu global, toleransi, dan empati melalui kreasi video.

Pada tahun 2018, kanal Cameo Project menjadi wakil Indonesia dalam ajang tersebut. Mereka sebelumnya berkolaborasi dan melatih 2.000 anak Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia untuk menciptakan video-video perubahan sosial, di antaranya tentang toleransi agama, serta literasi digital untuk melawan hoaks.

Ke depannya, terbuka lebar peluang untuk memperbanyak wakil Indonesia dalam kegiatan tersebut yang memiliki semangat kewarganegaraan digital.

Kajian yang kami lakukan awal tahun ini, misalnya, menemukan tren bahwa anak muda Indonesia mulai semakin antusias menggunakan media sosial untuk mempromosikan hak asasi manusia dan memberi dampak sosial yang membangun.

Dengan mengikuti praktik baik kewarganegaraan digital dalam berkarya, akan bertambah anak muda yang bergabung dengan para kreator ini untuk menunjukkan pada dunia keberpihakan mereka pada kemanusiaan.(*)


The Conversation

Tags: #kemanusiaan#konten#kreator#masyarakat
Share40SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
ilustrasi/getty images
Pojokan

Sejarah Tai

03/08/2020
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba