Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Ekologi

Di Mana Polusi Plastik Berada ketika Masuk ke Laut?

by Redaksi
16/06/2021
in Ekologi
102
SHARES
731
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Dari ratusan juta ton sampah plastik yang kita hasilkan setiap tahun, diperkirakan sekitar 10 juta ton sampah plastik masuk ke laut. Sekitar setengah dari plastik yang dihasilkan lebih ringan daripada air sehingga mengapung. Namun, peneliti memperkirakan bahwa hanya ada sebanyak 0,3 juta ton plastik yang mengapung di permukaan laut, jadi di mana sisanya berada?

Bayangkan perjalanan sebuah serat plastik yang lepas dari baju Anda. Sebuah hujan yang lebat mengalirkan serat plastik itu ke saluran pembuangan air hujan atau sungai terdekat. Apakah serat plastik kecil itu berakhir di sana? Atau apakah sungai menghanyutkan serat plastik ke pantai di mana serat itu akan tetap berada di permukaan laut? Atau apakah serat plastik itu lanjut mengapung lebih jauh – berakhir di lautan terbuka yang luas?

Banyaknya macam bentuk sampah plastik yang bisa memusingkan menandakan bahwa nasib serat plastik hanyalah salah satu misteri dari banyak misteri lainnya.

Mengetahui di mana plastik yang hilang berakhir bisa membantu kita memecahkan bagian laut mana yang paling terdampak dari polusi plastik – dan di mana fokus upaya pembersihan dilaksanakan. Namun untuk melakukan itu, kita perlu dapat mempredisksi jalur berbagai macam plastik yang berbeda, yang memerlukan kerja sama yang besar di antar para fisikawan, ahli biologi, dan ahli matematika.

Jalur plastik

Kita sudah tahu bahwa pecahan plastik besar, seperti botol, bisa mengapung di atas permukaan laut selama bertahun-tahun, atau berabad-abad, memerlukan waktu yang lama untuk terurai. Arus, angin, dan gelombang, setelah perjalanan beberapa tahun, dapat membawa pecahan plastik ke pusat cekungan samudra, di mana pecahan plastik berakumulasi dalam sistem sirkulasi sebesar 1.000 km yang dikenal sebagai gyre. “Tambalan sampah” luas yang dihasilkan lebih menyerupai sup plastik daripada pulau plastik.

Namun, nasib serat plastik – agar pecahan plastik terkecil mungkin meraih laut – sebenarnya lebih kompleks. Serat plastik besar bisa pecah dalam beberapa hari dan minggu menjadi pecahan yang lebih kecil lagi, karena turbulensi dari gelombang yang pecah dan radiasi ultraviolet dari matahari. Pecahan yang lebih kecil ini dikenal sebagai mikroplastik, dan ukuran mereka berkisar dari lima milimeter ke bintik yang lebih kecil dari bakteria.

Mikroplastik dapat dimakan oleh ikan – diperkirakan bahwa satu dari tiga ikan yang dimakan manusia mengandung mikroplastik. Pecahan-pecahan yang lebih kecil dapat juga dikonsumsi oleh zooplankton – binatang mikroskopis yang mengapung di permukaan laut – yang dimakan oleh binatang yang lebih besar, termasuk paus.

Mikroorganisme juga dapat tumbuh di permukaan mikroplastik, melalui proses yang dikenal sebagai “biofouling” yang menyebabkan mikroplastik tenggalam. Sungai berlumpur, seperti sungai Mississippi atau Amazon, mengandung tanah liat yang mengendap dengan sangat cepat ketika bersentuhan dengan air laut yang asin. Mikroplastik dapat trbawa oleh tanah lait yang mengendap, tapi bagaimana ini bisa terjadi masih belum diketahui.

Menghitung semua hasil yang ada dari setiap potongan plastik yang ada adalah tantangan yang besar. Bagian plastik mana yang berakhir di dalam ikan, terbawa oleh tanah liat atau tertutup oleh lendir mikroba di bawah laut? Dari pecahan plastik yang sampaike laut terbuka, masih tidak jelas seberapa lama waktu yang dibutuhkan agar biofouling atau gaya lain menarik pecahan plastik ke bawah permukaan laut untuk memulai penyelaman terakhir mereka ke dasar laut.

Dengan semua faktor yang rumit ini, mungkin terlihat mustahil untuk memprediksi ke mana plastik akan berakhir. Namun, kami dengan perlahan menunjukkan kemajuan.

Menangkap sebuah gelombang

Jika Anda pernah berada di atas perahu dengan air berombak, Anda mungkin mengira bahwa Anda hanya naik dan turun di satu tempat yang sama. Namun, Anda sebenarnya bergerak dengan sangat perlahan ke arah gelombang. Fenomena ini dikenal sebagai stokes drift, dan ini juga berdampak pada plastik yang mengapung.

Untuk pecahan plastik berukuran lebih kecil dari 0,1 milimeter, bergerak melewati air laut ibaratnya seperti kita mengarungi madu. Namun, viskositas air luat berdampak lebih kecil pada plastik yang lebih besar dari satu milimeter. Setiap gelombang memberikan dorongan tambahan pada pecahan plastik yang lebih besar ini ke arah gelombang tersebut. Menurut penelitian pendahuluan yang sekarang sedang ditinjau, hal ini mungkin berarti bahwa pecahan plastik yang lebih besar terbawa ke laut jauh lebih cepat daripada mikroplastik yang kecil, menjadikan pecahan plastik yang leih besar ini lebih kecil kemungkinannya berakhir di bagian luat di mana kehidupan laut berada – di sekitar pantai.

Penelitian ini melibatkan studi pecahan plastik berbentuk bola, tapi sampah mikroplastik ada dalam semua jenis bentuk dan ukuran, termasuk piringan, batangan, dan serat fleksibel. Bagaimana gelombang mempengaruhi di mana plastik-plastik ini akan berakhir?

Penelitian terbaru menemukan bahwa pecahan plastik non-bola menyesuaikan diri menjadi dengan arah gelombang yang dapat memperlambat mereka tenggelam. Eksperimen laboratorium menunjukkan lebih jauh bagaimana bentuk setiap pecahan plastik berdampak pada cara plastik tersebut terbawa. Pecahan yang lebih tidak berbentuk bola lebih besar kemungkinannya terbawa lebih jauh dari pantai.

Memecahkan misteri plastik yang hilang adalah sains yang masih dalam tahap bayi. Kemampuan gelombang untuk membawa mikroplastik yang banyak dengan cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya membantu kami memahami bagaimana mikroplastik sekarang ditemukan di laut dunia, termasuk Kutup Utara dan di sekitar Antartika. Namun menemukan serat yang berasal dari baju kamu masih lebih menantang daripada menemukan jarum di tumpukan jerami.(*)


The Conversation

Tags: #bahari#ekosistem#laut#penecemaran#plastik
Share41SendShare

Related Posts

Menelusuri Asal Usul Makna Warna Hijau & Gerakan Lingkungan

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Pada Februari 1970, sekelompok hippie dan aktivis berkumpul di Vancouver, Kanada untuk membahas rencana uji coba nuklir di Pulau...

Perspektif Sosiologi terhadap Permasalahan Eksistensi Nelayan Skala Kecil

27/10/2022

Oleh: Adhitya Qurdiansyah (2205030012) PIRAMIDA.ID- Nelayan merupakan sebuah istilah bagi setiap individu atau kelompok yang mana kesehariannya bekerja menangkap ikan...

Di Jambi Penyelesaian Konflik Agraria Dinilai Setengah Hati, WALHI Ungkap Sejumlah Persoalan

26/07/2022

PIRAMIDA.ID- Proses penyelesaian konflik agraria di wilayah Provinsi Jambi, diakui masih menapaki jakan terjal oleh Manager Advokasi Wahana Lingkungan Hidup...

Apa yang Terjadi jika Kita Berhenti Menggunakan Plastik?

06/07/2022

PIRAMIDA.ID- Dari 8.300 juta ton plastik murni yang diproduksi hingga akhir tahun 2015, terdapat 6.300 juta tonnya telah dibuang. Sebagian...

Dampak Plastik terhadap Lingkungan

07/06/2022

Oleh: Lidya Putri* PIRAMIDA.ID- Kantung plastik kresek dan kemasan dari plastik lainnya merupakan alat pengemas yang paling banyak dipergunakan karena...

Apakah Efektif Pola Baru Pengawasan dan Penegakan Hukum di Laut Indonesia?

09/04/2022

PIRAMIDA.ID- Pengamanan wilayah laut menjadi kegiatan sangat penting untuk bisa terus berlangsung sepanjang tahun. Kegiatan tersebut tak hanya untuk mengamankan...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Ekologi

Mengenal Prof. Mr. St. Munadjat Danusaputro, Guru Besar Hukum Lingkungan Hidup

22/06/2020
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba