Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Minggu, April 2, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Kasus Mutilasi Warga Papua, Penghinaan Negara Terhadap HAM?

by Redaksi
28/09/2022
in Dialektika
127
SHARES
907
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Gregorius*

PIRAMIDA.ID- Semenjak Indonesia merdeka hingga hari ini, tampaknya tindak kekerasan bersenjata adalah hal yang lumrah di tanah Papua. Sejak tanah Papua berada dalam pangkuan Ibu Pertiwi, mudah menemukan di media berbagai macam berita informasi tindak kekerasan senjata yang terjadi khususnya antara aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

KKB merupakan suatu kelompok yang menebar teror, baik kepada warga sipil maupun kepada aparat dalam hal ini TNI dan Polri, walau tak jarang mereka juga menyasar masyarakat sipil di mana jika menggunakan perspektif republik, KKB adalah kelompok yang menginginkan pemisahan Papua dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun satu hal yang perlu digarisbawahi, kekerasan kontak senjata antara aparat dengan KKB justru lebih banyak menyasar serta merugikan masyarakat sipil.

Di Timika, pada tanggal 22 Agustus yang lalu, empat orang warga sipil tewas terbunuh disertai tindakan menjijikkan. Mutilasi. Tragisnya, ada oknum aparat TNI yang terlibat dalam tindakan sadis dan tidak beradab ini. Kejahatan yang terjadi di kawasan SP 1, Distrik Mimika Baru ini melibatkan empat warga sipil dan enam anggota TNI AD.

Konon, ada desas-desus motif yang berseliweran yang mengakibatkan terjadinya tindakan biadab tersebut. Menurut Frits Bernard Ramandey, ada tiga motif dalam kasus tersebut, yaitu motif kejahatan perampokan, motif bisnis solar hingga motif mengkondisikan melegalkan kehadiran institusi tertentu di Timika.

Satu hal yang pasti, menurut Frits Bernard Ramandey, proses pembunuhan hingga mutilasi dilakukan dengan sangat professional. Beda cerita dengan kepolisian, kepolisian mengatakan motif pembunuhan terhadap keempat warga sipil tersebut karena faktor ekonomi, lebih tepatnya perdagangan senjata api.

Tindakan pembunuhan disertai dengan mutilasi korban adalah kejahatan yang mengerikan serta sulit diterima nalar manusia. Menurut Karger dkk, mutilasi dapat dibagi menjadi dua jenis. Mutilasi defensif dan ofensif. Mutilasi defensif bertujuan untuk menghilangkan jejak setelah pembunuhan terjadi, sedangkan mutilasi ofensif merupakan tindakan irasional yang dilakukan dalam keadaan membabi buta.

Berkaca pada kasus di atas, dapat dipahami bahwa tindakan mutilasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan jejak, karena hingga hari ini sebagian tubuh korban belum ditemukan.

Kasus yang tergolong pelanggaran HAM luar biasa tersebut kemudian sangat memalukan karena melibatkan aparat TNI AD di dalamnya. Aparat keamanan yang seharusnya melindungi masyarakat sipil berbalik menjadi ancaman bagi sipil itu sendiri. Perlu tindakan hukum yang tegas dan terukur serta transparan dalam kasus tersebut.

Aparat TNI yang terlibat harus dihadapkan pada pengadilan umum, selain tentunya juga di pengadilan militer. Intitusi TNI tidak perlu menghalang-halangi serta ragu untuk memberikan hukuman yang setimpal bagi para pelaku. Karena jika negara tidak serius menyelesaikan kasus ini, bukan tidak mungkin tanah Papua memalingkan wajahnya dari Ibu Pertiwi.

Berbagai tindak kekerasan senjata hingga sampai adanya mutilasi di tanah Papua sudah semestinya mencapai tahap akhir. Tanah Papua bukan ladang operasi militer. Orang Papua bukan anak tiri Ibu Pertiwi. Perlu kerendahan hati seluruh pihak terkait untuk berani meletakkan senjata dan memulai dialog.

Bagaimanapun, sebagai sebuah bangsa yang besar, negara harus berani untuk berhenti menerjunkan aparat militer ke tanah Papua. Senjata bukanlah satu-satunya alat untuk menjamin perdamaian dan keamanan. Namun, negara harus segera membangun dialog dengan seluruh pihak terkait dan memulai membangun visi yang sama di bawah kibar Sang Merah Putih.(*)


Penulis merupakan Ketua Lembaga SDM PP PMKRI Sanctus Thomas Aquinas.

Tags: #HAM#insiden#kekerasan#mutilasi#Papua#tni
Share51SendShare

Related Posts

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Badan Legislasi (Baleg) DPR telah menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kesehatan Omnibus Law dibawa...

Tata Kelola Kawasan Industri Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan & Berkeadilan

24/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Perkembangan industri yang pesat dewasa ini antara lain diakselerasi oleh penerapan kemajuan teknologi guna...

Potret Silicon Valley Bank: Bangkrut & Ancaman Keuangan RI

20/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Silicon Valley Bank (SVB) awalnya didirikan pada tahun 1983. Lembaga yang berbasis di Santa...

Quo Vadis Carbon Trading sebagai Industri Keuangan Terbarukan

19/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Perdagangan karbon (carbon trading) merupakan kegiatan jual beli kredit karbon (carbon credit), di mana...

Keterwakilan Perempuan dalam Politik

07/03/2023

Oleh: Riani Kartini Samosir* PIRAMIDA.ID- Nyatakah kesetaraan gender? Dengan paradigma, norma dan stigma yang ada, perempuanlah yang jadi korbannya. Apa...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Edukasi

Cerpen: Tambang Liar

02/04/2023
Dunia

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Ekosospolbud

Sanggar Seni Sebagai Organisasi Budaya

02/04/2023
Berita

Korwil GMKI Sumut-NAD Minta KPK Turun Tangan Terkait Dugaan Penggelapan Pajak Dibalik Kematian Bripka Arfan

31/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023

Populer

Berita

Ketua DPRD Siantar Tidak Berani Debat, ILAJ Minta MA dan Mendagri Tolak Hasil Pansus Angket

27/03/2023
Berita

Kelompok Cipayung Siantar Sampaikan Sikap Atas Gerakan Mengatasnamakan Kelompok Cipayung Plus Siantar

30/03/2023
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Dialektika

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023
Berita

Aliansi Mahasiswa Jakarta Raya Mendesak Kepala BPJS Jakarta Selatan Dicopot dari Jabatannya

27/03/2023
Dialektika

Quo Vadis Carbon Trading sebagai Industri Keuangan Terbarukan

19/03/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia