Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, Juli 9, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Mural Kritis dan Pemerintah yang “Risih” Kritik

by Redaksi
25/08/2021
in Dialektika
117
SHARES
834
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Edis Galingging*

PIRAMIDA.ID- Belakangan ini dunia jagat maya kembali dihebohkan, ditengarai beredarnya berbagai foto mural atau coretan di dinding di media sosial kita, baik Twitter, Facebook, Instagram YouTube, dan lain sebagainya.

Pun juga kita kembali dihebohkan dengan berita aparat yang “memburu” para pelaku pembuat mural di pelbagai daerah. Kejadian tersebut tentu menimbulkan perbedaan pandangan, pendapat dan tanggapan yang berbeda-beda di tengah masyarakat dan pemerintah kita.

Berbicara tentang mural, mural adalah sebuah karya seni yang digambar atau dilukis di dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen. Bila memutar waktu jauh sebelumnya, ternyata sejarah seni lukisan dinding atau mural sudah sangatlah panjang dalam peradaban manusia, hal itu dapat ditelusuri hingga tahun 30.000 SM. Pada tahun itu, sebuah lukisan dibuat di dinding Gua Chauvet, Prancis. Lukisan tersebut menjadi lukisan prasejarah terkenal yang dibuat di dinding gua.

Dalam lingkungan masyarakat luas, mural umumnya dibuat untuk memberikan rasa kepuasan terhadap si pembuat mural. Namun, ada yang berbeda dengan mural saat ini. Mural tersebut bukan hanya berbicara tentang rasa kepuasan terhadap si pembuat mural, melainkan sebuah mural yang mencoba memancing sikap moralitas kita dalam konteks berbangsa dan bernegara di situasi pandemi Covid-19 ini.

Mural tersebut bukan hanya menampilkan seni tetapi seolah-olah ingin menunjukkan ekspresi, keadaan, pandangan, dan keresahan masyarakat Indonesia terhadap pemerintah melalui sebuah karya seni di lokasi publik.

Adapun mural yang coba saya singgung di atas antara lain, yaitu mural yang bertuliskan “Tuhan Aku Lapar” di Tangerang, Kabupaten Tangerang; yang kedua sebuah mural bertuliskan “Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit”. Selanjutnya mural bertuliskan “Wabah Sesungguhnya Adalah Kelaparan” lebih lanjut lagi, mural bergambar yang mirip wajah Presiden Jokowi dengan mata tertutup “404: Not Found” yang menjadi pusat pembicaraan masyarakat luas. Dan yang terbaru, ada mural dengan kata “504 Error” dan mural bertuliskan “Dipenjara Karena Lapar”.

Lalu, apa dibalik rentetan kejadian ini? Kira-kira pesan apa yang seniman coba sampaikan kepada kita?

Pertama, dalam konteks penyampaian kritikan, ada banyak ragam atau cara yang digunakan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi ataupun kritikan terhadap pemerintah. Ada yang melakukan dengan turun ke jalan, ada yang menggunakan media musik, ada yang melalui sebuah karya sastra atau dalam bentuk tulisan lainnya, bahkan melalui sebuah karya seni.

Dari antara cara tersebut, seni masih cukup diperhitungkan sebagai media penyampaian aspirasi pun ekspresi, salah satunya adalah mural. Selain tidak membutuhkan proses yang panjang, melalui mural, pesan dengan gampang dipahami dan diterima oleh masyarakat banyak, ya walau dengan persepsi-persepsi yang terbangun tentunya dapat berbeda-beda.

Kedua, saya ingin sampaikan mural yang saat ini adalah bentuk kepedulian masyarakat terhadap pemerintah, sekaligus keresahan hati masyarakat (seniman) kita. Sebuah kritikan, kritikan yang harusnya diterima pemerintah sebagai bahan renungan serta refleksi untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tentu tidak menyulitkan masyarakat, tidak merugikan rakyat, dan tidak menyakiti hati rakyat.

Ketiga, ingin menyampaikan ke ruang publik bahwa situasi bangsa saat ini “tidak baik-baik”. Persoalan pandemi Covid-19 adalah pusat persoalan besar bangsa saat ini, bahkan dunia. Yang seolah-olah menguji pemerintah kita, saat inilah diuji kemampuan suatu pemerintah dalam sebuah negara, dan menguji loyalitas para petinggi negara untuk segera menangani pandemi ini.

Keempat, kritik yang penyampaiannya dalam bentuk seni cenderung berhasil menarik simpati hati masyarakat. Melalui karya seni, seniman berhasil melakukan propaganda semangat masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya masing-masing. Hal itu dapat mejadi bukti keberhasilan seniman mural dalam menyampaikan aspirasinya, dengan melihat respon pemerintah yang cukup kocar-kacir dan menghapus beberapa mural, yang justru menciptakan efek streisand di tengah masyarakat.

Kelima, ruang publik untuk mengkritik pemerintah telah dibatasi. Kita tahu saat ini banyak regulasi atau peraturan yang cenderung menutup ruang gerak masyarakat ataupun mahasiswa dalam menyampaikan asprirasinya, kita sebut saja UU ITE.

Tidak dapat dipungkiri ada beberapa pasal yang terdapat pada regulasi ini telah mempersempit keberanian masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi melalui ruang informasi, yaitu media sosial. Dan untungnya di Indonesia belum ada UU yang mengatur tentang mural. Jadi, kita punya solusi baru sebagai langkah baik utk menyampaikan aspirasi saat ini.

Keenam, dari rentetan penghapusan mural tersebut menggambarkan bahwa demokrasi bangsa saat ini tidak baik. Hal itu dapat kita lihat dari Indeks Demokrasi yang dirilis The Economist Intelligence Unit (EIU) dengan skor 6,3. Meski dalam segi peringkat indonesia masih tetap sama dengan tahun sebelumnya, skor tersebut menurun dari yang sebelumnya, skor tersebut menurun dari sebelumnya 6,48. Ini merupakan angka terendah yang diperoleh Indonesia dalam kurun waktu 14 tahun terakhir. Indonesia dikategorikan sebagai negara dengan demokrasi cacat.

Terakhir, saya ingin sampaikan, bilamana para seniman telah bersuara, artinya negara dalam keadaan tidak baik-baik saja! Pemerintah seharusnya mampu mempelajari lebih mendalam penyebab masyarakat menyampaikan kritikan. Mural bisa saja dihapus, pemural bisa saja didiskriminasi, dan pemural bisa saja memaafkan pemerintah, tapi ketidaksigapan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 tidak dapat dilupakan!(*)


Penulis merupakan Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cab. Pematangsiantar.

Tags: #mediakritik#opini#Seni#viralmural
Share47SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Ketua ILAJ Minta Hakim Berhikmat: Kasus Hasto & Tom Lembong Jangan Dikendalikan Politik, Vonis Bebas Adalah Pilihan Konstitusional

07/07/2025
Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Robot Polri Tuai Kritik Netizen, Fawer Sihite: Inovasi Harus Disambut Baik, Tapi Polri Perlu Bangun Instrumen Komunikasi yang Efektif

30/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Gabung Golkar Lewat AMPI, Jefri Gultom: Politik Adalah Etika untuk Melayani

28/06/2025
Berita

Tokoh Cipayung Plus Login Golkar Pada HUT AMPI, Bahlil Lahadalia : Adik-Adik Saya Sudah di Jalan Yang Benar

28/06/2025
Berita

IRKI Nilai Tafsir UU Tipikor atas Pedagang Pecel Lele Menyesatkan

22/06/2025

Populer

Berita

Dugaan Fee Proyek, Ketua ILAJ Minta KPK Pantau Bagi-Bagi Proyek di Kota Siantar

04/07/2025
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023
Edukasi

Keterbatasan Jumlah Guru Terampil

09/12/2021
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
ilustrasi/Cleopatra dalam budaya pop.
Pojokan

Cleopatra: Simbol Kecantikan yang Tidak Cantik-Cantik Amat

24/09/2020
Berita

Sekjend DPP GMNI Serukan Umat Islam Untuk Berjihad

05/12/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba