Emi Lidia Nadeak*
PIRAMIDA.ID- Kalau kalian pernah mendengar alasan Najwa Shihab melibatkan banyak tenaga perempuan pada acaranya, yaitu “Narasi”, salah satu alasannya adalah kaum perempuan lebih teliti.
Perempuan lebih teliti dari pada laki-laki – itu baru satu unsur saja yang membedakan perempuan dan laki-laki.
Mengapa demikian?
Itu karena otak laki-laki tidak sama dengan otak perempuan. Berdasarkan anatomi otak, otak perempun mempunyai daya memori lebih tajam dibandingkan dengan memori otak laki-laki. Ketajaman tersebut yang membuat kaum perempuan lebih teliti dibandingkan kaum laki-laki.
Menurut pengamatan Cynthia Ozik, bahasa yang digunakan kaum perempuan dan kaum laki-laki berbeda. Kaum perempuan pada umumnya dalam menggunakan bahasa memilih kata-kata yang mengekspresikan keramahan, bujukan, kelembutan, dan keceriaan.
Kaum laki-laki bahkan sebaliknya, mereka lebih senang menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ketegasan, kekuasaan, otoriter dengan dibalut humor. Kata-kata yang mengekspresikan kelembutan dan bujukan hanya digunakan oleh sedikit laki-laki. Itulah sebabnya, perempuan lebih romatis dan mudah riang dibandingkan dengan laki-laki.
Tetapi akan terasa indah ,nyaman, dan teduh apabila perempuan dan laki-laki mau menggunakan bahasa yang meneduhkan jiwa.
Otak perempuan juga punya ruang bahasa lebih luas dibandingkan dengan otak laki-laki, itulah yang menyebabkan laki-laki lebih pendiam dibandingkan dengan perempuan. Pada umumnya perempuan suka bicara bahkan dikatakan cerewet, sedangkan laki-laki aktif sebagai pendengar. Ketika terjadi pertengkaran antara perempuan dan laki-laki yang banyak bicara dan mengeles adalah perempuan. Demikian pula dalam hal meggosip, perempuan lebih aktif dan kreatif. Ini segi negatifnya.
Ruang bahasa yang terdapat pada otak perempuan membuat perempuan cenderung lebih punya minat menulis dan suka membaca dibandingkan dengan laki-laki. Baik itu menulis “dear diary” atau membaca novel, cerpen, juga quotes-quotes yang membuat jiwa dan pikiran semakin tenang.
Tentu ini sangat positif. Teori kekurangminatan laki-laki pada bidang menulis dapat saya temukan faktanya pada salah satu kegiatan lomba menulis yang saya ikuti dan diselenggarakan oleh PMKRI Cab. Pematangsiantar yang dilaksanakan pada bulan Mei lalu.
Dari hasil pengumuman pemenang lomba, yakni yang berhasil meraih kemenangan adalah kaum perempuan. Bukan tanpa sebab, anggota yang mengikuti lomba semuanya perempuan. Hal ini merupakan salah satu yang tampak jelas saya rasakan.
Makhluk yang bergender laki-laki adalah makluk yang mampu menggunakan pikirannya, sehingga segala tindakannya bernalar dan nalar adalah sumber kekuatan yang melakukan berbagai hal, termasuk mendapatkan kekuasaan – apa yang mereka inginkan.
Semuanya itu dapat dicapai karena berfondasikan jiwa yang terang dan kuat. Faktor-faktor tersebut membuat laki-laki hidup di luar wilayah kaum perempuan. Dan kaum perempuan dengan setia, tulus, penuh kasih sayang merawat dan mendidik serta melayani.
Coba bayangkan perempuan setiap hari melakukan pekerjaan yang bersifat motherhood, mendidik anak-anaknya, melayani keluarganya dan banyak lagi pekerjaan yang harus dilakukan tanpa memikirkan imbalan.
Apa yang meraka lakukan itu jelas-jelas menunjukkan bahwa perempuan punya nilai-nilai moral sangat tinggi dan memiliki jiwa terang sebagai kekuatannya.
“Apa pun itu yang jelas perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah perbedaan dualisme yang indah,” demikian pendapat Fred Hopgood dalam bukunya yang bejudul “Why Males Exits”.
Keindahan itu yang membuat perempuan dan laki-laki saling tertarik, seperti halnya burung merak jantan berbulu sangat indah membuat merak betina yang berbulu biasa terpikat untuk bercinta dengan si merak jantan. Keindahan yang sama, bibir merah perempuan membuat laki-laki yang berbibir hitam lebih tertarik padanya dan ingin mengecupnya. Itulah sebabnya, perempuan menggunakan lipstick sedangkan laki-laki tidak.
Banyak perempuan yang enggan atau mungkin tidak berani mengambil kesempatan untuk membebaskan jiwanya. Atau kalau mereka mengingankannya, mereka tidak mau secara terang-terangan.
Sikap ini menunjukkan bahwa mereka beranggapan bahwa jiwa mereka bukan miliknya sendiri, tetapi kaum laki-laki. Penipuan diri akan membuat jiwa siapa saja terus-menerus dalam kegelapan. Seharusnya, semua perempuan harus berani.
Penulis merupakan mahasiswa Universitas HKBP Nommensen. Founder Komunitas Kartini Indonesia (Kokasi).