Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Desember 12, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Sepanjang Sejarah Indonesia, Angkatan Muda selalu Memainkan Peran penting dan Revolusioner

by Redaksi
23/06/2022
in Dialektika
foto: Saptono/Antara

foto: Saptono/Antara

101
SHARES
718
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Andre Arditya*

PIRAMIDA.ID- Gerakan kaum muda Indonesia masa kini adalah penerus para pendahulu mereka. Dalam perjalanan sejarah bangsa, kaum muda selalu memainkan peran penting dan revolusioner.

Dalam sejarah, gerakan kaum muda yang berjuang melawan generasi tua yang mapan tercatat dalam momen-momen genting dan penting.

Maka muncullah penamaan seperti angkatan 1908, 1928, 1945, 1966, 1974, 1978, dan – tentu saja – 1998.

Tahun lalu, gelombang unjuk rasa anak muda di berbagai wilayah terhadap serangkaian rancangan undang-undang kontroversial, dipandang sebagai “protes mahasiswa terbesar sejak 1998”.

“Unjuk rasa itu menunjukkan bahwa anak muda masih memiliki pandangan politik kritis dan keyakinan atas keberdayaan politik mereka, meskipun dalam dua dekade terakhir mereka sering dituduh apatis,” menurut Yatun Sastramidjaja, asisten profesor antropologi di University of Amsterdam, Belanda.

Menurut dia, aktivis muda saat ini – yang bergerak saat negara ini mencapai usia 75 tahun – mewakili sebuah momen perintis dalam sejarah Indonesia.

“Alasannya sederhana saja. Perjuangan para pendahulu mereka demi kebebasan dari penindasan, keadilan dan kebenaran masih penting dan justru semakin mendesak hari-hari ini,” kata Yatun.

Kesadaran angkatan

Yatun mengatakan salah satu faktor pendorong gerakan kaum muda yang selalu ada dari masa ke masa adalah kesadaran dalam angkatan.

“Mereka adalah wujud dari gagasan bahwa era baru yang progresif, Indonesia yang lebih baik, dapat dicapai; dan mereka memiliki tanggung jawab untuk memimpin dalam perjuangan yang sedang berlangsung untuk masa depan yang lebih baik,” katanya.

Kesadaran angkatan muda terbukti menjadi kekuatan pendorong perubahan nyata dalam sejarah Indonesia.

Gerakan pemuda dan pelajar di sepanjang sejarah Indonesia telah menyumbangkan visi yang jelas tentang perubahan progresif dan bagaimana perubahan ini dapat dicapai.

“Dan mereka melakukannya dengan cara-cara yang imajinatif yang sesuai dengan kebutuhan setiap zaman,” katanya.

Takdir bersama “kaum muda” pra-kemerdekaan

Menurut Yatun, kondisi-kondisi politik dan peluang-peluang yang ada membentuk berbagai peran pemuda, khususnya pemuda berpendidikan di setiap era.

Menurut studi Yatun tahun 2016 tentang gerakan pelajar Indonesia, pada akhir masa penjajahan Belanda, pemuda pribumi berpendidikan adalah kelompok yang relatif kecil tapi memiliki privilese tinggi.

Mereka memandang diri mereka sebagai agen dalam era baru yang menyingsing dan menyebut diri mereka “kaum muda”.

Mereka merasa lebih tercerahkan dibanding generasi orang tua mereka yang feodal dan terpecah-pecah secara etnis. Mereka seirama dengan perkembangan progresif di panggung dunia – termasuk kebangkitan nasionalisme.

Mereka juga orang-orang pertama yang mengembangkan rasa memiliki takdir bersama dan keberdayaan bersama sebagai sebuah generasi.

Ini terwujud pada 1908, ketika pelajar Indonesia di Jakarta (saat itu Batavia) mendirikan Boedi Oetomo, organisasi nasionalis pertama di Indonesia.

Mereka kemudian menyelenggarakan dua Kongres Pemuda pada 1926 dan 1928. Kongres tahun 1928 menghasilkan Sumpah Pemuda untuk kesetiaan pada “satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa”.

Pada 1928, kaum muda menjalankan peran sebagai “agen sejarah”: nasib bangsa terkait erat dengan tindakan pemuda.

Pemuda revolusi nasional

Dalam masa perjuangan kemerdekaan, generasi baru pemuda nasionalis mengambil sikap yang lebih radikal.

Pada 16 Agustus 1945, sejumlah pemuda menculik Soekarno dan Mohammad Hatta untuk memaksa kedua pemimpin untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Mereka menyebutkan diri mereka dengan istilah yang lebih inklusif dan populis yaitu “pemuda” dan menekankan perlunya melibatkan rakyat dalam perjuangan kemerdekaan.

Dalam revolusi nasional yang terjadi kemudian, mereka membentuk berbagai kelompok perjuangan untuk memimpin perjuangan rakyat demi kemerdekaan.

Tetapi pemuda secara bertahap kehilangan peran utama dalam revolusi (yang diambil alih tentara) dan kemudian pindah ke arena politik nasional.

Pemuda yang berpendidikan didefinisikan ulang dalam istilah yang eksklusif “mahasiswa”. Peran ini dilembagakan dalam bentuk organisasi mahasiswa nasional yang memiliki afiliasi dekat dengan partai politik.

Menuju periode represi

Ketika gelombang berbalik melawan Soekarno setelah kudeta yang gagal pada 1965 – yang oleh tentara pimpinan Jenderal Soeharto dikambinghitamkan pada Partai Komunis Indonesia, sekutu Soekarno – organisasi mahasiswa bermobilisasi untuk melawan Soekarno.

Mahasiswa bergabung di Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan selama berbulan-bulan menggelar demonstrasi massal menentang Partai Komunis dan kabinet Soekarno pada 1966.

Gerakan mahasiswa memainkan peran kunci dalam transisi ke Orde Baru yang dipimpin Soeharto.

Pada tahun 1970-an, gagasan mahasiswa sebagai kekuatan moral – yang didorong oleh kewajiban sejarah dan intelektual untuk membela mereka yang tertindas – menjadi tema yang berulang dalam gerakan mahasiswa.

Dalam periode ini protes terhadap pemerintah otoriter Soeharto mendapat respons yang brutal dan represif.

Pada 1974, mahasiswa disalahkan dalam demonstrasi yang berujung pada kerusuhan. Pada 1978, militer menyerang dan menduduki kampus-kampus yang dianggap sebagai pusat pergerakan mahasiswa.

Gerakan mahasiswa tahun 1970-an menjadi perintis dalam kritik-kritik fundamental terhadap otoritarianisme dan kapitalisme kroni oleh negara yang terus bergema di kalangan aktivis mahasiswa hingga hari ini.

Aktivis muda

Pergerakan mahasiswa pada akhir 1980-an dan awal 1990-an melepaskan diri dari label mahasiswa yang sudah dikebiri dan mengambil peran sebagai “aktivis”.

Maka, menurut Yatun, gerakan mahasiswa 1998 tidak muncul begitu saja, namun memanfaatkan iklim anti-Orde Baru yang sudah dipupuk mahasiswa sejak 1970-an.

Gerakan mahasiswa 1998 awalnya dipicu oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada akhir 1997. Krisis ini berdampak sangat buruk pada kelas menengah serta mempercepat proses deligitimasi Soeharto.

Namun, ingatan bersama tentang “perjuangan mahasiswa” berperan memacu partisipasi massa mahasiswa yang sebelumnya tidak aktif secara politik.

Para mahasiswa ini merasa terpanggil oleh rakyat untuk memenuhi peran sejarah mereka sebagai pembela rakyat pada masa krisis.

“Pada akhirnya, kapasitas kreatif mahasiswa tidak hanya menciptakan gerakan spektakuler yang menarik perhatian dan mendapat dukungan banyak orang, tapi juga untuk menghadirkan narasi meyakinkan untuk melawan Orde Baru. Ini diungkapkan slogan ‘reformasi’ dan agenda reformasi,” kata Yatun.

Gerakan mahasiswa 1998, serta gerakan-gerakan sebelumnya, telah memberikan peta jalan bagi gerakan mahasiswa pada masa-masa berikutnya untuk terus memerangi korupsi, ketidakadilan, dan otoritarianisme.

Pertempuran terus-menerus melawan generasi tua

Muhammad Fajar, kandidat PhD ilmu politik di Northwestern University, Illinois, Amerika Serikat, mengatakan bahwa pemuda Indonesia selalu bertempur melawan generasi tua yang sudah mapan.

“Para elite politik tua elit selalu berusaha membatasi peran pemuda-pemudi,” kata Fajar.

“Saat pemuda-pemudi mengritik, elit politik tua membungkam. Saat pemuda-pemudi memperjuangkan kesetaraan gender, elit politik tua bertahan dengan patriarki,” katanya.

Namun, Fajar juga mengingatkan bahwa dengan menekankan peran “pemuda terpelajar”, orang-orang yang berada di luar kategori sosial ini akan disisihkan sebagai aktor yang setara dalam perjuangan.

“Mendefinisikan peran pemuda-pemudi dari sudut pandang pemuda-pemudi yang terlibat pada momen-momen historis ini mengabaikan para pemuda-pemudi yang tidak ikut, tertinggal, atau sengaja dipinggirkan dari proses tersebut karena kekurangan akses mereka terhadap pendidikan, pekerjaan dan jarak mereka yang jauh dari kekuasaan,” kata Fajar.

Pemuda hari ini

Menurut Fajar, yang bisa dipelajari dari kiprah gerakan pemuda adalah untuk selalu waspada terhadap generasi yang lebih tua.

“Saat elite politik tua mulai berbicara tentang pemuda-pemudi, sudah seharusnya pemuda-pemudi mulai curiga. Yang mereka bicarakan adalah hidup dan kepentingan mereka, bukan apa yang akan dan nyata dihadapi pemuda-pemudi,” ujarnya.

Walau mereka masih memiliki keinginan bersama untuk perubahan progresif dan kekuatan bersama untuk mewujudkannya, kaum muda saat ini sebagian besar didorong oleh narasi yang lebih luas tentang politik, sosial, ekonomi, ekologi, pendidikan, ras, dan keadilan gender yang sama di seluruh dunia.

“Ini tidak lantas membuat gerakan kaum muda saat ini menjadi kurang nasionalis. Sebaliknya, ini membuat mereka lebih tepat untuk memimpin bangsa Indonesia ke arah baru yang dibutuhkan,” kata Yatun.


Penulis merupakan editor Politik dan Masyarakat di The Conversation. Andre bergabung dengan The Conversation sejak Juli 2019. Dia memulai karir jurnalistik di The Jakarta Post pada tahun 2007. Andre pernah bekerja sebagai pegawai humas di Sekretariat ASEAN, juga sebagai editor di FoodieS Media dan Agency Fish. Artikel ini terbit di bawah lisensi Creative Commons. Baca artikel asli di sini.

Tags: #kemerdekaan#orangmuda#revolusioner
Share40SendShare

Related Posts

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Badan Legislasi (Baleg) DPR telah menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kesehatan Omnibus Law dibawa...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

PAC PP Bandar Huluan Simalungun Bersinergi Dengan Masyarakat

11/12/2023
Berita

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia UHKBPNP, Sukses menyelenggarakan Pagelaran Puisi dengan Tema : Teladani Pahlawanmu Cintai Negerimu

11/12/2023
Berita

Peringati Hari HAM, Rumah Baca Pelita Bangsa gelar Perlombaan Menulis

10/12/2023
Berita

PAC PP Dolog Massagal Siap Menangkan Hamonangan Purba di Pemilu 2024

10/12/2023
Berita

Kepsek SMK 1 Jorlang Hataran Simalungun Sukses Beratkan Siswa Dengan Berbagai Pengutipan

08/12/2023
Berita

Setelah Menjabat Kepsek SMP 1 Parapat,Jes Manro ‘Menderita’

08/12/2023

Populer

Berita

Terbukti,Selain Diduga Korupsi Dana Bos,Suster Kepsek SMA Bintang Timur Juga Arogan

03/12/2023
Berita

Kepsek SMK 1 Jorlang Hataran Simalungun Sukses Beratkan Siswa Dengan Berbagai Pengutipan

08/12/2023
Berita

Turnamen Volley Memperebutkan Piala Ketua MPC PP Simalungun Berhadiah 18 Juta

06/12/2023
Berita

Dana BOS SMA Bintang Timur Patut Dipertanyakan,Kepsek Malah Diam

27/11/2023
Berita

Lapas Siantar Digoncang Narkoba,KPLP Membantah

07/12/2023
Berita

Kritik Sastra: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Pendekatan

14/11/2022
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba