Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Rabu, Juni 18, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dunia

Mengapa Warga Thailand Berani terbuka Menentang Kekuasaan Raja?

by Redaksi
30/10/2020
in Dunia
100
SHARES
713
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Gelombang protes yang dilakukan belasan ribu warga muda Thailand sudah berlangsung sejak bulan Juli.

Ini adalah salah satu protes terbuka yang menyerukan supaya lembaga kerajaan yang selama ini dianggap sakral bagi mayoritas warga direformasi.

Mereka juga meminta agar pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha yang melakukan kudeta di tahun 2014 mundur.

Sejauh ini pemerintah sudah melarang demo dan menurunkan tentara di jalanan tetapi unjuk rasa tidak juga mereda.

Jadi apa yang diinginkan oleh para pengunjuk rasa?

Pemimpin unjuk rasa mengawali protes dengan tiga tuntutan: parlemen dibubarkan, konstitusi diubah, dan dihentikannya penindasan terhadap kelompok oposisi.

Pertama, mereka menginginkan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mundur.

Dia adalah mantan jenderal yang memimpin kudeta di tahun 2014, dan mengatakan waktu itu bahwa militer diperlukan untuk mengembalikan keadaan setelah adanya serangkaian protes dan kekerasan.

PM Prayuth mengubah konstitusi guna memperpanjang kuasa militer dan juga kerajaan.

Para pengunjuk rasa meminta adanya konstitusi baru guna membatasi kuasa tersebut dan meminta kerajaan direformasi, hal yang tidak berani dilakukan sebelumnya.

Mereka yang turun ke jalan mengatakan bahwa Raja Vajiralongkorn mendukung pemerintahan PM Prayuth setelah pemilu di tahun 2019 yang disebut pihak oposisi direkayasa agar Prayuth tetap berkuasa.

PM Prayuth sendiri mengatakan pemilu berjalan adil.

Para pegiat juga menuduh Raja menyalahgunakan dana milik rakyat dan mencoba mempengaruhi keputusan militer dan politik.

Mereka juga menyampaikan petisi ke Jerman, negara dimana Raja Thailand banyak menghabiskan waktunya, untuk melihat apakah dia menggunaakan kekuasaannya ketika sedang berada di Eropa dan bila itu terjadi apakah itu sah untuk dilakukan.

Sejak kapan unjuk rasa ini dimulai?

Keresahan sebagian warga Thailand ini dimulai di awal tahun ketika pengadilan Thailand membubarkan salah satu dari dua partai oposisi karena mendapat dana ilegal dari pendiri partai tersebut yang juga merupakan salah orang terkaya di sana, Thanathorn Juangroongruangkit.

Pengadilan juga melarang pemimpin partai Future Forward Juangroongruangkit dan 15 anggota dewan eksekutif dari partai tersebut terlibat dalam kegiatan politik selama 15 tahun.

Keputusan itu menimbulkan kemarahan dari generasi muda, yang merupakan pendukung terbesar partai dan juga penentang keras sistem yang sudah ada.

Dalam demo pertama, para pengunjuk rasa menggunakan tema tertentu, misalnya tema Harry Potter melawan Seseorang yang tidak boleh disebut namanya, yang mengacu pada raja.

Kemudian mereka menggunakan simbol tiga jari dari film The Hunger Games sebagai simbol perlawanan.

Aksi ini berlangsung bersamaan dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi di Thailand karena adanya pandemi COVID-19 yang membuat warga semakin marah.

Bulan Agustus, salah seorang pemimpin unjuk rasa, Panusaya ‘Rung’ Sithijirawattankul yang berusia 21 tahun muncul di depan publik dengan membacakan 10 poin manifesto menyerukan adanya reformasi.

Dia ditahan delapan minggu kemudian, setelah menjadi pemimpin dalam beberapa protes, dan sekarang dikenai tuduhan makar dan ditahan.

Meski adanya penahanan dan bahkan aturan pemerintah bahwa hanya maksimal lima orang yang boleh berkumpul, unjuk rasa terus berjalan.

PM Prayuth mengeluarkan larangan untuk mencegah unjuk rasa tidak meluas, namun yang terjadi malah sebaliknya.

Malah semakin banyak warga Thailand yang turun ke jalan bergabung dengan para mahasiswa.

Apa yang sudah dikatakan raja dalam soal ini?

Sejauh ini raja maupun pihak kerajaan belum memberikan keterangan terbuka mengenai tuntutan reformasi sistem kerajaan.

Tetapi ketika Raja menyambut ribuan orang di Istana bulan Oktober lalu, dia memuji seorang pria yang membawa gambar raja sebelumnya Bhumibol Adulyadej dalam salah satu protes anti kerajaan.

“Berani sekali, berani sekali, bagus sekali, terima kasih,” kata Raja dalam video yang banyak dishare di media sosial.

Keluarga kerajaan mendapat banyak dukungan di kalangan rakyat Thailand, dan para pendukungnya mengadakan unjuk rasa tandingan dengan mengatakan bahwa kerajaan adalah institusi yang sakral sehingga harus dihormati.

Para pendukung kerajaan ini mengenakan kaos kuning dan melambaikan bendera Thailand sambil membawa potret raja dan meneriakkan kata-kata “Hidup Raja”.

Warga Thailand sudah diajar sejak muda untuk menghormati kerjaaan dan tidak pernah secara terbuka mempertanyakan keberadaannya sampai awal tahun ini.

Ini sebagian disebabkan karena Raja Bhumibol Adulyadej yang pernah berkuasa lebih dari 70 tahun memang sangat dicintai di sana.

Ketika raja meninggal di tahun 2016 warga Thailand betul-betul menunjukkan kesedihan mereka.

Mengapa warga Thailand takut membicarakan kerajaan?

Thailand memiliki salah satu hukum yang disebut lese mejeste yang sangat ketat, dimana mereka yang dianggap menghina atau mengancam Raja, Ratu, dan keluarga mereka bisa dijatuhi hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Bulan Juni, PM Prayuth ,mengatakan aturan itu tidak akan diberlakukan lagi sesuai keputusan dari Raja.

Namun belasan aktivis telah ditahan dengan tuduhan lain, antara lain penghasutan, karena keterlibatan mereka dalam protes.

Tetapi pemerintah mengaku tidak menargetkan penentangnya dan mengatakan polisi hanya melakukan tugasnya untuk menegakkan aturan.

Jadi bagaimana selanjutnya?

Sejauh ini belum ada tuntutan pengunjuk rasa yang dipenuhi.

Perdana Menteri mengatakan dia tidak mengundurkan diri atau menyerah pada ‘tuntutan massa’ namun mengatakan akan mendiskusikan ini di parlemen.

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka akan terus melakukan aksi sampai adanya perubahan.

Jadi, kemungkinan besar ketegangan politik di Thailand ini masih akan terus berlanjut.

Tags: #demokrasi#demonstrasi#kerajaan#thailand
Share40SendShare

Related Posts

Kebahagiaan Berasal dari Keyakinan dalam Diri

10/07/2023

PIRAMIDA.ID- Pernahkah Anda berkata pada diri sendiri saat marah, ‘Saya tidak boleh marah?' Atau mungkin ketika Anda merasa sedikit sedih,...

Mengapa Orang Terlihat Serius dan Tidak Tersenyum di Foto-foto Kuno?

30/04/2023

PIRAMIDA.ID- Foto-foto pertama diambil pada akhir tahun 1820-an. Tetapi sampai tahun 1920-an, tampaknya orang-orang mulai “belajar” tersenyum saat di foto....

Bagaimana Asal Usul Jabat Tangan?

02/04/2023

PIRAMIDA.ID- Kita sudah begitu terbiasa berjabat tangan dengan orang lain, kita hampir tidak memikirkan bagaimana, di mana, dan mengapa kebiasaan...

Marcus Aurelius: Kaisar Romawi Baik Hati yang Juga Seorang Filsuf

05/03/2023

PIRAMIDA.ID- Marcus Aurelius lahir pada 26 April 121 Masehi di Roma dengan nama lahir Marcus Annius Verus. Perjalanan hidupnya membuat...

Melihat Penghasilan Lenin dan Stalin

22/08/2022

PIRAMIDA.ID- Ketika para pemimpin Soviet pertama berkuasa, mereka menyiarkan slogan-slogan seperti “Tanah untuk Petani! Pabrik untuk Para Pekerja!” dan berjanji bahwa...

Sekilas tentang Abad Kegelapan: Apakah Kesenian juga Menjadi “Gelap”?

04/07/2022

PIRAMIDA.ID- Setelah kekaisaran raksasa Romawi Kuno perlahan menyusut hingga akhirnya tumbang dan hilang di tahun 476 M, maka hingga bertahun-tahun...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Fawer Sihite: Tiga Bulan Wesly Jabat Wali Kota Tidak Mencerminkan Visi Misi Saat Kampanye

18/06/2025
Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025

Populer

Berita

Kader IPK Taput Diduga di Aniaya Akibat Keributan di Purbatua

17/06/2025
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Berita

Fawer Sihite: Tiga Bulan Wesly Jabat Wali Kota Tidak Mencerminkan Visi Misi Saat Kampanye

18/06/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba