May Luther Dewanto Sinaga*
PIRAMIDA.ID- Coronakrasi? Mungkin beberapa orang akan bertanya-tanya terkait kata itu. Apa maknanya? Kenapa muncul? Dan apa pentingnya membahas kata itu? Dalam tulisan ini, saya ingin mengulas secara singkat tentang kata itu sesuai dengan pemahamannya.
Kata “coronakrasi” merupakan kolaborasi dari dua kata, yakni kata “corona” dan kata “krasi”. Kata “corona” merujuk kepada nama sebuah virus, sementara kata “krasi” sering diasosiasikan sebagai kekuasaan (“kratos” dari bahasa Yunani).
Dus, dalam perspektif tulisan ini, secara gamblang dapat dikatakan bahwa coronakrasi adalah kekuasaan (berasal dari) virus corona.
Lantas, apa yang mendasari lahirnya tulisan ini, sehingga penulis mengambil topik “coronakrasi”?
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh situasi saat ini, di mana hampir seluruh dunia disibukkan dengan hadirnya virus corona yang telah menjadi pandemi ini. Setiap negara, setiap daerah, dan setiap orang, hari-harinya tak terlepas dengan jejalan informasi dan bahasan tentang virus ini.
Virus ini bagaikan hantu, yang setiap harinya menakuti setiap insan. Ia hadir dalam tiap bingkai topik, dari perspektif medis sampai teori konspirasi. Hingga menimbulkan pemahaman di beberapa kalangan bahwa virus ini akan memusnahkan manusia satu per satu secara perlahan bila melihat dampak yang diberikan virus tersebut.
Sekilas tentang virus corona, virus ini pertama sekali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. World Health Organization (WHO) kemudian memberi nama resmi terhadap virus ini, yakni COVID-19 (Corona Virus Disease 2019).
COVID-19 merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan setiap manusia. Cara kerja dari virus ini adalah dengan menyerang sistem pernapasan manusia yang dapat menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Ditambah lagi penularannya yang sangat cepat, membuat setiap negara sibuk untuk melakukan berbagai upaya pencegahan serta mencari obat (vaksin) dari virus tersebut.
Misalnya di negara Indonesia sendiri, pemerintah memberikan berbagai imbauan-imbauan dalam proses pemutusan mata rantai penyebaran COVID-19 ini, seperti setiap orang diminta untuk menjaga kebersihan diri, anjuran di rumah saja (stay at home), menggunakan masker saat keluar rumah (bila ada kepentingan keluar rumah), mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, hingga tidak menyentuh wajah.
Mata dan mulut merupakan area di mana virus dapat dengan mudah dan rentan memasuki tubuh.
Melansir healthline, menurut CDC, virus corona SARS-coV-2 menular dari orang ke orang, seperti infeksi pernapasan lainnya. Penularan ini termasuk tetesan pernapasan yang dihasilkan saat seseorang bersin dan orang lain menghirupnya. Bahkan virus dapat menular saat tangan menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi.
Hingga kini, belum ada yang mengetahui pasti kapan pandemi COVID-19 ini berakhir. Dan beberapa kalangan sudah menyampaikan prediksinya terkait kapan berakhirnya pandemi ini. Ada yang mengatakan hingga akhir tahun, ada juga yang mengatakan hingga dua tahun ke depan. Tapi itu semua prediksi, yang bisa saja benar dan bisa saja tidak.
COVID-19 ini hampir berada di seluruh daerah, dan seolah-olah sudah menguasai dunia. Selain mengancam kesehatan setiap orang, virus ini juga memengaruhi berbagai lini kehidupan global, seperti pemerintahan (krasi/kratos) bangsa-bangsa dan kebijakannya, tak terkecuali negara Indonesia.
Agenda-agenda politik hingga kebijakan anggaran dan kondisi ekonomi secara luas dan seketika juga berubah dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 ini.
Situasi tersebut, dipandang penulis sebagai coronakrasi, di mana kekuasaan atau pemerintahan oleh virus corona (COVID-19). Kekuasaannya semakin besar dikarenakan penyebarannya yang semakin luas. Semakin banyak korban yang terpapar virus tersebut bahkan ada yang hingga meninggal akibatnya. Akan tetapi ada juga beberapa orang yang mampu sembuh dari virus tersebut.
COVID-19 secara perlahan ingin menggerogoti kehidupan manusia satu per satu. Dan virus ini akan berkuasa penuh atas dunia bila tidak ada solidaritas dari setiap orang dalam upaya pencegahannya.
Akibat dampaknya, sudah menjadi fakta dalam dinamika seantero kehidupan manusia, ditambah penyebarannya yang begitu cepat, menyebabkan terjadi perubahan bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya dan membuat para pemimpin (pemerintah) memutar otak semaksimal mungkin dalam mengambil keputusan di tingkat global, nasional maupun lokal dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
Tak pelak saat ini virus corona berada di “puncak kekuasaan” terhadap manusia.
Karenanya, sebelum kekuasaan corona (coronakrasi) semakin meluas, perlu kesolidan setiap stakeholder dalam meruntuhkan coronakrasi.
Coronakrasi menjadi musuh besar bersama setiap orang karena mengancam kehidupannya. Melawannya pun tidak cukup hanya peran pemerintah atau peran dari satu maupun beberapa orang saja, akan tetapi menjadi penting peran bersama dalam meruntuhkan pemerintahan virus corona saat ini (coronakrasi).
Jadi, melalui tulisan ini saya ingin memberikan sedikit pemahaman terkait situasi saat ini. Saya menyakini bahwa coronakrasi masih mampu diruntuhkan seiring berjalannya waktu dengan berbagai upaya bersama.
Kesadaran kolektif masyarakat dalam menaati imbauan dan protokoler pencegahan, serta peran bersama masyarakat dalam proses memutus mata rantai penyebaran virus tersebut sangat membantu pemerintah dalam meruntuhkan pemerintahan corona (coronakrasi) yang saat ini semakin merajalela.
Mari bersama melawan coronakrasi!
Penulis merupakan Ketua GMKI Cab. Pematangsiantar-Simalungun. Mahasiswa Pascasarjana STT HKBP Pematangsiantar.
Editor: Red/Hen