Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Kamis, Februari 9, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Pojokan

Filosofi Makanan Nikmat

by Redaksi
21/06/2020
in Pojokan
ilustrasi: dapoeryuyu.com

ilustrasi: dapoeryuyu.com

106
SHARES
759
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Beberapa waktu lalu saya menonton sebuah film kartun menarik yang kerap ditayangkan tiap pekannya di salah satu stasiun televisi nasional.

Pada salah satu serinya, diceritakan sang tokoh utama yang ada dalam seri tersebut bersama dengan sahabatnya sedang mengikuti sebuah kompetisi membuat makanan terenak yang diadakan di kota mereka.

Singkat cerita, tahap demi tahap telah dilalui hingga mengerucutkan dan menghasilkan dua peracik makanan terenak. Secara mengejutkan, yang berhasil dan bersaing untuk mendapatkan predikat peracik makanan terbaik itu mereka tak lain adalah sang tokoh utama serta sahabatnya itu. Dua sahabat ini kemudian bersaing untuk menjadi terbaik.

Maka dimulailah tahap akhir kompetisi untuk mendapatkan peracik makanan terbaik. Tahap final diadakan di sebuah tempat wisata sejuk, daerah pegunungan. Pada tahap akhir ini, para panitia kompetisi memperbolehkan dan membebaskan jenis makanan yang diracik serta cara dan strategi yang digunakan masing-masing. Maka mulailah mereka meracik makanannya.

Sang sahabat yang merupakan pesaing tokoh utama langsung bergerak cepat tanpa buang-buang waktu dengan begitu lihainya meracik, meramu bumbu-bumbu. Dalam benaknya, dia sudah merencanakan akan meracik makanan kelas bintang lima, istimewa, tampilan mewah, dan embel-embel atribut kemewahan lainnya.

Sementara sang tokoh utama, dengan begitu santai dan sembari tebar senyum meramu makanannya.

Bahkan, terkesan jenis bumbu yang dipilih dan racikannya sangat sederhana yang lazim digunakan pada kelas ibu-ibu rumah tangga.

Selang beberapa waktu, mereka berdua akhirnya mampu meracik makanan mereka masing-masing sesuai dengan waktu yang ditentukan. Para juri penilai pun sudah berada di hadapan mereka. Makanan yang mereka racik pun langsung disajikan dalam tudung yang tertutup di hadapan juri penilai.

Sang sahabat begitu percaya diri dia akan memenangkannya. Sebab dia sudah bekerja sepenuh hati dan mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk ini.Ini adalah puncak dari segala kemampuan meraciknya

Sementara sang tokoh utama (lagi-lagi) tampak begitu santai dan tanpa beban. Akhirnya mulailah tim juri penilai mencicipi makanan hasil racikan dua sahabat ini. Pertama-tama, makanan yang dicicipi adalah sajian makanan si pesaing tokoh utama yang bercita rasa bintang lima serta berasosiasi dengan kemewahan itu. Respons juri penilai tampak mengangguk-angguk sambil terus menikmatinya.

Sebagai juri berpengalaman, tampak lidahnya sudah terbiasa dengan makanan-makanan enak. Terbentuk kesan di gesture tubuhnya tampak biasa saja dengan hasil racikan tersebut. Biar begitu, sang pesaing merasa percaya diri, dirinya akan memenangkannya.

Kemudian setelah selesai menikmati makanan dari si pesaing, juri penilai kemudian berpaling pada makanan racikan si tokoh utama. Ketika juri penilai hendak mencicipinya, tiba–tiba saja sang tokoh utama berbicara seraya melarang para juri langsung mencicipinya. Ia berkata dan terkesan sebuah klaim, bahwa makanan dia sangat enak dan nikmat. Oleh karena begitu nikmatnya, cara mencicipinya pun tidak sembarangan.

Sang tokoh utama mengajak para juri penilai untuk sejenak olahraga jalan santai seraya berkelakar, ”Para juri-juri terhormat kan sudah lelah dan penat menanti kami menyelesaikan racikan kami. Alangkah lebih baik, jika sejenak olahraga sedikit untuk menggerakkan badan belaka.”

Melihat usulan itu, para juri tampak merespons dan menerima usulannya. Memang sedari tadi, mereka sudah dilanda penat dan kebosanan menunggu para peserta meracik makanannya.

Lalu, mulailah mereka berolahraga jalan santai keliling di tempat pelaksanaan acara tersebut. Setelah beberapa putaran, mulailah mereka bercucuran keringat sembari merasa haus. Si tokoh utama kemudian menyuruh mereka ke puncak untuk menikmati pemandangan luas nan indah yang terhampar di lokasi tersebut sepanjang mata memandang sembari dia bergegas menyiapkan makanannya racikannya.

Datanglah si tokoh utama menyajikan makanan racikannya dan beberapa gelas air putih dingin dihadapan para juri penilai. Para juri kemudian sudah tidak sabar mencicipinya. Alangkah terkejut mereka ketika membuka tirai makanan tersebut. Yang ada hanya sebuah makanan biasa dengan tampilan sederhana yang kerap ditemui di kaki lima beserta air putih dingin.

Perlahan, emosi mereka memuncak. Merasa dipermainkan. Disuruh olahraga hingga merasa lapar; haus dan diberikan harapan tentang sebuah makanan ter-enak, nyatanya hanya sebuah makanan biasa nan sederhana.

Melihat reaksi itu, sang tokoh utama buru-buru memadamkannya sembari berkata lembut, “Coba dicicipi dulu. Para juri sekalian tadi sudah lelah dan merasa haus dan lapar. Alangkah lebih elok dinikmati saja, ketimbang hanya menggerutu yang justru membuat semakin lapar dan haus.”

Mendengar ucapannya tersebut, mereka saling memandang dan meskipun dengan diliputi perasaan jengkel, lapar dan haus seperti yang dikatakan si peserta tersebut, mereka coba mengikuti sarannya dan meredakan emosi sembari mencoba mencicipi hidangan sederhana yang disajikan tersebut–meskipun dengan perasaan jengkel yang mendalam.

Perlahan dicicipi dengan penuh kejengkelan dan kedongkolan makanan biasa nan sederhana itu sembari tetap sedikit menggerutu dan mereka merasa ini makanan yang … enak! Mereka terhanyut! Dahaga lapar dan hausnya terbalaskan!

Mereka merasa seakan ada rasa kerinduan untuk makan yang amat mendalam. Merasa ini makanan ternikmat yang pernah mereka makan. Mereka ‘balas dendam’ atas rasa emosi, jengkel, lapar dan haus yang mereka dapat setelah berolahraga dan ‘dipermainkan’ begini.

Damn! Si tokoh utama dalam kartun ini membidik tepat di pola pikir mereka tentang makanan enak. Meruntuhkan segala teori dan konsep tentang racikan makanan enak. Di sini, si tokoh utama mengajarkan bahwa makanan enak itu tidak selalu nikmat; makanan tidak enak itu tidak selalu ‘gak’ nikmat.

Kenikmatan makanan itu diukur saat kita sudah merasakan kerinduan untuk makan — setidak enak apapun makanan itu.

Itulah makanan nikmat! Kita tentu tidak dapat menikmati sebuah makanan enak, sedap yang berlimpah ketika sebuah pistol sedang membidik kepala anda; ketika kita pada situasi terintimidasi atau ketika nasib hidup-mati anda sudah didikte oleh orang lain.

Sebaliknya, ketika kita ‘bebas’ dan sudah merasa dahaga lapar, haus, apapun makanan yang tersaji itu terasa nikmat. Sesederhana apapun makanan itu! Itulah filosofi yang ingin disampaikan film kartun tersebut.

Sampai di sini, saya  merasa terkesan dengan cerita tersebut. Ini mengajarkan dan menjawab banyak hal. Saya dulu bertanya-tanya, kenapa ketika makan ramai-ramai itu begitu nikmat? Kenapa setelah kita lapar dan penat, ketika ada yang dengan begitu lembut dan ramah menyajikannya, makanan sederhana pun terasa enak dan nikmat? Ternyata melalui film kartun ini sudah terjawab.

Kenikmatan sebuah makanan bukan dinilai dari enak, sedap, mewahnya sebuah makanan yang disajikan, namun ketika sudah merasa kerinduan terhadap makanan tersebut. Itulah filosofinya!

Lalu, bagaimana akhir dari cerita di film kartun itu?

Ahh, rasa-rasanya akhir cerita tersebut tidak perlu dituliskan lagi. Kisah menariknya sudah berakhir disini. Pesan tersiratnya sudah dapat. Persoalan menang-kalahnya pada kompetisi itu tidak penting.


Editor: Red/Hen

Tags: #filosofi#inspiratif#kartun#kebersamaan
Share42SendShare

Related Posts

Seperti Apa Sistem Absensi yang Banyak Digunakan di Indonesia?

20/12/2022

PIRAMIDA.ID- Aset terbesar perusahaan adalah karyawan. Tanpa karyawan, perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuan perusahaan. Untuk mencapai tujuannya, human resources...

Mimpi

07/12/2022

Billie Gregorine* PIRAMIDA.ID- Semua orang sekiranya pastilah pernah bermimpi. Sambil rebahan, sayup-sayup kudengar lagu dari Nadin Hamizah yang judulnya 'Rumpang'....

Mengantongi Ragam Cerita dari Tanah Papua

04/09/2022

Oleh: Roberto Duma Buladja* PIRAMIDA.ID- Konsultasi Nasional (Konas) GMKI berlangsung pada 23–27 Agustus 2022 di Jayapura, tanah Papua. Kurang lebih...

Diskriminasi Terhadap Perokok, dari Waktu ke Waktu

26/08/2022

Indi Hakimi* PIRAMIDA.ID- Bukan kali ini saja perokok mendapatkan perlakuan buruk dari masyarakat. Perlakuan itu bukan hanya melalui tindakan-tindakan, begitu...

Apa yang Membuat Rokok Elektrik Menarik?

18/08/2022

PIRAMIDA.ID- Rokok elektrik atau yang dikenal vape salah satu produk berbasis nikotin yang disukai sebagian perokok. Vape digadang-gadang sebagai pengentas...

Mengapa Kita Punya Alis?

15/08/2022

PIRAMIDA.ID- Alis tumbuh dalam berbagai bentuk, ukuran dan warna. Mereka membuat wajah kita jadi unik. Tapi kegunaan alis bukan hanya...

Load More

Tinggalkan Komentar Batalkan balasan

Terkini

Berita

Timsel KPU Kepri Terbentuk, GMKI & GAMKI Tanjungpinang: Junjung Integritas dan Profesional

08/02/2023
Berita

Lantik dan Bimtek PKD, Panwascam Purbatua Ingatkan Perlunya Kemampuan Pengawasan dan Integritas

07/02/2023
Berita

Lantik PKD, Ketua Panwaslu Dolok Panribuan Ingatkan Jajaran Jaga Integritas

07/02/2023
Edukasi

Membangun Kesadaran Bela Negara Masyarakat Indonesia

06/02/2023
Berita

Kelompok Senior Peduli GMKI Serahkan Bantuan Inventaris kepada PP GMKI

04/02/2023
Berita

Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas: DPP PARKINDO Berkolaborasi dengan KND dalam menghilangkan Stigma terhadap Disabilitas di Gereja

03/02/2023

Populer

Edukasi

Peran Pemuda dan Mahasiswa untuk Pengembangan SDM

03/02/2023
Berita

Peringati 9 tahun Gugurnya 7 Relawan Kemanusiaan GMKI, GMKI Kutacane Gelar Ibadah Peringatan Hari Relawan

03/02/2023
Berita

Lantik dan Bimtek PKD, Panwascam Purbatua Ingatkan Perlunya Kemampuan Pengawasan dan Integritas

07/02/2023
Berita

Kelompok Senior Peduli GMKI Serahkan Bantuan Inventaris kepada PP GMKI

04/02/2023
ilustrasi: tirto.id/Gery
Sains

Apa itu Teori Evolusi Darwin?

27/01/2023
Berita

Resmi Sertijab, Ini Struktur PP GMKI 2022-2024

01/02/2023

FULL CAFE SIANTAR DI JALAN NARUMONDA ATAS NO 30

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2021 Piramida ID

wisata indonesia - destinasi wisata terpopuler Rotasi Asia - Berita Terkini Spot Wisata Danau Toba Terbaik destinasi wisata dunia