Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Selasa, Juni 17, 2025
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Istana dalam Pusaran Pakaian Adat

by Redaksi
21/08/2022
in Dialektika
116
SHARES
830
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

Oleh: Edis Galingging*

PIRAMIDA.ID- Semarak kemerdekaan masih saja kita rasakan hingga saat ini. Berbagai macam hal dilakukan dalam menyambut kemerdekaan oleh masyarakat sampai para pejabat; ada yang merayakan dengan permainan tradisional di daerah masing-masing, ada juga yang menyemarakkan lagu daerah/lokal di Istana Merdeka, hingga yang mengenakan pakaian tradisional juga masih dilakukan oleh para elite kita.

Atensi publik masih sama saja, yaitu baju adat yang dikenakan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi).

Sudah menjadi tradisi ketika dalam memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, para elite bangsa kita akan mengenakan pakaian adat dari pelbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut selalu menjadi pusat perhatian kita bersama, dan kita akan selalu menanti, kira-kira pakaian adat suku apa yang akan dikenakan Presiden Jokowi pada saat menjadi inspektur upacara pada Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT-RI), kita semua pasti penasaran, bukan?

Presiden Jokowi kembali memakai baju adat pada upacara peringatan HUT ke-77 RI di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Dan kali ini, Presiden Jokowi mengenakan baju Dolomani dari Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada hari sebelumnya, Presiden Jokowi juga memakai baju adat, yakni baju adat Paksian dari Provinsi Bangka Belitung untuk menghadiri sidang tahunan MPR, pada Selasa pagi, 16 Agustus 2022.

Hal tersebut sudah menjadi tradisi Presiden Jokowi sejak tahun 2017 setiap kali menjadi inspektur upacara saat peringatan HUT kemerdekaan Republik Indonesia, dan hal tersebut sudah menjadi tren dan diikuti oleh para menteri hingga para tamu yang turut hadir dalam momentum yang penuh histori itu.

Tentu hal itu menjadi daya tarik sendiri bagi Presiden Jokowi, karena mampu menciptakan hal yang baru bagi masyarakat banyak.

Lantas, yang menjadi pertanyaan terhadap kita, sudah sejauh mana dampak dari tradisi memakai baju adat yang dilakukan oleh presiden bagi masyarakat? Apakah makna dari tradisi tersebut? Sudahkan istana berpihak kepada masyarakat adat, selaku pewaris budaya dan kearifan lokal? Dan bagaimana keberpihakan istana terhadap keberadaan masyarakat adat di Indonesia yang sampai detik ini masih memperjuangkan wilayah mereka dari perlakuan korporasi hingga para oligarki?

Tentu tradisi yang dilakukan oleh pihak istana belum menjawab atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Riskan sekali, bukan? Akan tetapi, hal itu tetap kita apresiasi, dikarenaan bisa menjadi salah satu langkah mengkampanyekan budaya Indonesia kepada masyarakat hingga dunia, dan tentu bertujuan untuk masyarakat Indonesia agar senantiasa merawat dan cinta akan kebudayaan lokal kita masing-masing.

Jika berbicara dampak, tentu kita berharap tradisi yang saat ini dilakukan berdampak bagi masyarakat banyak. Ya, tentu yang dilakukan Presiden Jokowi berdampak bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang baju adatnya dikenakan oleh presiden.

Menjadi suatu kebanggaan bukan, jika karya budaya kita dipakai oleh seorang public figure? Hal sederhananya pasti akan menjadi sorotan publik dan bisa saja mengundang para turis untuk berkunjung ke daerah di mana asal karya tersebut dibuat.

Lalu berbicara makna, secara pribadi bila menggambarkan makna yang coba disampaikan merupakan hal yang sulit untuk dijawab. Kita tidak tahu apa di balik semua ini, karena bila kita kaitkan dengan masyarakat adat, apa yang dilakukan oleh elite kita saat ini sungguh sedikit mengecewakan bagi kelompok masyarakat adat yang sampai detik ini belum mendapatkan kepastian soal Rancangan Undang-Undang (RUU) Masyarakat Adat. Padahal masyarakat adat salah satu kelompok yang senantiasa mewariskan kebudayaan lokal kita.

Berbicara masyarakat adat menjadi salah satu perbincangan yang cukup hangat, mengingat tradisi istana yang senantiasa mengenakan pakaian adat di setiap momen HUT-RI. Secara konstitusional masyarakat adat telah diakui oleh negara keberadaannya, hal itu dapat kita lihat dari Undang-Undang (UU) 1945 Nomor 18 B ayat (2), yaitu “negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyrakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Selain dari UU di atas, UU Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960 dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Negera Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2019 juga mengatur tentang keberadaan masyarakat adat, tapi mengapa keberadaan masyarakat adat masih saja mengalami dilema, masih saja masyarakat adat acap kali menjadi korban dari konflik horizontal maupun vertikal di suatu wilayah.

Memang, bukanlah hal yang mudah untuk menyelesaikan konflik-konflik masyarakat adat yang saat ini masih saja terus terjadi, akan tetapi kita harus senantiasa menyuarakan agar RUU Masyarakat Adat agar segera disahkan oleh DPR-RI. Dan daripada itu, keberadaan dan pengakuan masyarakat adat akan semakin terbuka.

Terakhir, penulis ingin menyampaikan, masyarakat pasti sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh para elite kita dengan mengenakan baju adat/pakaian tradisional di momentum besar seperti ini, hal tersebut menggambarkan betapa kayanya budaya kita, akan tetapi, ariflah untuk berpihak dan mendukung kelompok masyarakat adat dengan mensahkan Rancangan Undang-Undang Masyarakat Adat, bukan simbolitas saja yang kita inginkan.(*)


Penulis merupakan Ketua Presidium PMKRI Pematangsiantar.

Tags: #analisa#Indonesia#istana#konstitusi#masyarakatadat#pakaianadat#pmkri
Share46SendShare

Related Posts

Pidato Lengkap Jefri Gultom di Dies Natalis GMKI ke-74: Bangkit Ditengah Pergumulan

26/02/2024

Bangkit Ditengah Pergumulan Pidato 74 tahun GMKI Jefri Edi Irawan Gultom Para peletak sejarah selalu berpegang pada prinsip ini, ‘’perjalanan...

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Refleksi Hari Lahir Pancasila, Fawer Sihite: Kita Harus Dengarkan Hati Nurani Rakyat

01/06/2025
Berita

Kalah Sebagai Calon Ketua Umum, Fawer Sihite Pastikan Dukung Kepemimpinan Prima Surbakti dan Jessica Worouw di GMKI

28/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Berita

Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH): Penegakan Hukum atau Alibi Militerisasi Atas Nama Konservasi?

09/05/2025
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

GMKI Cabang Bandar Lampung Ungkap Krisis Kepolisian di Daerah Lampung: “Kekuasaan Tanpa Kendali, Rakyat Tanpa Perlindungan”

01/05/2025

Populer

Dunia

Sumber Air Bersih dan Air Minum di Arab Saudi

07/06/2020
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Ketua Front Justice: Kepemimpinan Wesly Silalahi Dinilai Gagal, Siantar Mengarah ke Kemunduran dan Kota Gelap

07/05/2025
Berita

Aliansi Mahasiswa Siantar Se-Jabodetabek Akan Kepung Mabes Polri: Tuntut Penangkapan Wali Kota Wesli Silalahi

11/05/2025
Pojokan

Pesan Tersembunyi Ki Narto Sabdo Dalam Lagu Kelinci Ucul

23/09/2020
ilustrasi/Cleopatra dalam budaya pop.
Pojokan

Cleopatra: Simbol Kecantikan yang Tidak Cantik-Cantik Amat

24/09/2020
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2024 Piramida ID

rotasi barak berita hari ini danau toba