Piramida.id
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy
Jumat, September 29, 2023
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas
No Result
View All Result
Piramida.id
  • Berita
  • Dialektika
  • Dunia
  • Edukasi
  • Ekologi
  • Ekosospolbud
  • Kabar Desa
  • Pojokan
  • Sains
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Spiritualitas
Home Dialektika

Epicurean Paradox dan Deduksi Bahwa Setan adalah Manusia Itu Sendiri

by Redaksi
05/07/2022
in Dialektika
139
SHARES
995
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke WhatsappBagikan ke Telegram

PIRAMIDA.ID- Bermula dari keingintahuan spiritual manusia sejak beribu-ribu tahun lalu. Ribuan agama telah lahir untuk menjadi jawaban akhir pertanyaan itu. Namun, sayangnya tak satupun yang mampu memberikan kepuasan intelektual dan spiritual para penanya itu.

Semua bermula dari munculnya sosok yang disebut iblis atau setan. Sosok satu ini dianggap sebagai tokoh paling antagonis dalam skenario kehidupan seorang manusia. Manusia sejak lahirnya adalah makhluk yang suci, dan setan yang mengotorinya.

Setan diejawantahkan dalam persepsi yang bias. Ia hadir di mana saja dan memiliki kekuatan yang tak terbatas. Membisikkan manusia untuk tetap berbuat dosa, sekuat apapun iman manusia itu. Lalu, tak sedikit pula manusia tersebut terjerumus ke dalam dosa.

Seorang pemikir dari Yunani, Epicuro yang hidup di tahun 341 sebelum masehi dan meninggal tahun 271 sebelum masehi mencoba mempertanyakan eksistensi setan tersebut. Bagi dia, apabila Tuhan mampu melawan setan maka Tuhan akan tahu segalanya tentang Tuhan dan muncul pertanyaan, apakah Tuhan mau melawan setan?

Epicuro memulai pertanyaannya dengan premis apabila ternyata Tuhan tidak mau melawan setan maka Tuhan sebenarnya tidak mencintai manusia dengan menyandingkan hidupnya bersamaan dengan setan yang jelas-jelas akan membuat mereka lupa pada Tuhan. Lalu, muncul pertanyaan di kepala Epicuro, apa sebenarnya tujuan setan di-ada-kan di dunia ini? Bukankah semua yang tercipta di dunia ini adalah kehendak Tuhan?

Epicuro menyampaikan ada dua kemungkinan, pertama “apabila Tuhan itu Maha Mengetahui, maka Ia akan tahu apa yang akan terjadi ketika kita hidup bersama atau tanpa setan di samping kita.” Epicuro melanjutkan, bahwa “dengan kekuatan yang dimiliki Tuhan, sungguh sangat kecil urusan menghilangkan setan di muka bumi bahkan di seluruh semesta ini.”

Maka karena hal itu tidak terjadi, pertanyaannya kembali lagi ke “apa sebenarnya tujuan setan diciptakan?

Pemikiran tersebut bermuara ke pertanyaan lain, “apakah Tuhan tidak ingin menciptakan sebuah dunia tanpa setan di dalamnya, agar semua manusia mengikuti kehendak-Nya, yakni menyembah-Nya?”

Jawaban yang muncul adalah, “ya” atau “tidak”. Ketika jawabannya “ya”, maka pertanyaan berikutnya adalah “kenapa Dia tidak melakukannya?” dan itu juga jawaban ketika jawabannya adalah “tidak”.

Saat itulah, ditemukan sebuah paradoks. Pertanyaannya menemui jalan buntu, dan jawabannya akan kembali membuat pertanyaannya berputar-putar. Maka jawabannya yang paling populer untuk pertanyaan semacam itu adalah “hanya Tuhan yang tahu.” Tentu saja, dahaga Epicuro tak akan terpuaskan dengan jawaban populer itu.

Manusia adalah Setan yang Sebenarnya

Berikutnya, dari paradoks Epicuro (Epicurean Paradox) tersebut lahir berbagai jawaban dan kesimpulan yang lain. Yah, untuk menghilangkan paradox tersebut maka dihilangkan pernyataan paling awal, yakni “Setan itu ada”.

Bila “setan tidak ada” maka paradox itu tidak akan muncul. Lantas, kemana setan? Serta darimana datang kejahatan bila setan tidak ada?

Manusia adalah campuran antara “setan dan malaikat”. Bisikan baik maupun bisikan jahat ternyata datang dari pikiran manusia sendiri. Bisa saja “perut” yang berubah fungsi menjadi setan ketika ada kesempatan untuk mencuri. Bisa juga “kelamin” yang menjadi setan ketika ada kesempatan berduaan dengan pacar di rumah yang kosong dan sepi.

Kenapa setan tidak perlu ada? Selain untuk menghilangkan paradox tadi, ternyata setan memang berfungsi sebagai kambing hitam ketika manusia melakukan kesalahan. Seseorang pejabat teras negeri ini tertangkap korupsi. Lalu di depan kamera televisi, ia berkata bahwa ia telah terbujuk rayuan setan.

Seorang seniman kenamaan tanah air memfitnah, pura-pura digebukin padahal operasi plastik juga menyalahkan setan atas tindakannya tersebut. Seorang selebriti kondang yang tertangkap basah menggunakan obat-obatan terlarang juga menyalahkan setan atas tindakannya tersebut.

Lebih parah, seorang pelaku pedofil yang memperkosa bocah yang bahkan masih SD juga mengaku bahwa ia terbujuk bisikan jahat setan. Maka setan menjadi kambing hitam, seolah-olah tanpa kehadirannya, manusia tak akan mampu membunuh seekor nyamuk sekalipun.


Artikel ini pertama kali terbit di Pojok Seni. Baca sumber di sini.

Tags: #epicurus#paradoks#setan
Share56SendShare

Related Posts

Pewaris Opera Batak

11/07/2023

Oleh: Thompson Hs* PIRAMIDA.ID- Tahun 2016 saya menerima Anugerah Kebudayaan dari Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek) Republik Indonesia di kategori Pelestari. Sederhananya,...

Mengapa Membahas Masa Depan Guru “Dianggap” Tidak Menarik?

01/05/2023

Oleh: Agi Julianto Martuah Purba PIRAMIDA.ID- “Mengapa sejauh ini kampus kita tidak mengadakan seminar tentang tantangan dan strategi profesi guru di...

Membangun Demokrasi: Merawat Partisipasi Perempuan di Bidang Politik

14/04/2023

Oleh: Anggith Sabarofek* PIRAMIDA.ID- Demokrasi, perempuan dan politik merupakan tiga unsur yang saling berkesinambungan satu dengan yang lain. Berbicara mengenai...

Dari Peristiwa Kanjuruhan Hingga Batalnya Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia U-20

03/04/2023

Oleh: Edis Galingging* PIRAMIDA.ID- Dunia sepak bola tanah air sedang merasakan duka yang dalam. Kali ini, duka itu hadir bukan...

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023

Oleh: Muhammad Muharram Azhari* PIRAMIDA.ID- Pengertian disiplin menurut Elizabeth Hurtock mengemukakan bahwa; Disiplin itu berasal dari kata "discipline", yaitu seseorang...

RUU Omnibus Law Kesehatan: Keberadaan, Tantangan dan Peluang

27/03/2023

Oleh: Cornelius Corniado Ginting, S.H. PIRAMIDA.ID- Badan Legislasi (Baleg) DPR telah menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kesehatan Omnibus Law dibawa...

Load More

Tinggalkan KomentarBatalkan balasan

Terkini

Berita

Dilantik Sebagai Sestama Lemhannas, Ketua ILAJ: Kita Yakin Irjen Panca Akan Torehkan Prestasi

09/09/2023
Berita

Dispora Simalungun Tak Penuhi Janji Penghargaan Kepada Para Pelatih

07/09/2023
Berita

Di Nilai Berhasil Selama Wagubsu, Fawer Sihite: Ribuan Pemuda Siap Menangkan Ijeck Menjadi Gubernur

04/09/2023
Berita

Filda C. Yusgiantoro Raih Nilai Akademik Terbaik Pada PPRA LXV Tahun 2023 Lemhannas RI

30/08/2023
Berita

Tidak Mampu Tangkap Bandar Narkoba UH, Ketua ILAJ Minta Mabes Polri Evaluasi Kapolres Siantar

28/08/2023
Berita

Rekam Jejak Unggul: Ketua ILAJ Fawer Sihite Mengusulkan Irjen Pol Panca Simanjuntak sebagai Kepala BNN RI

25/08/2023




Populer

Berita

SaLing Adukan Oknum Dugaan Pungli Penyelenggaraan Sertifikasi Ratusan Guru Simalungun

25/11/2021
Dialektika

Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas

02/04/2023
Berita

Kritik Sastra: Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Pendekatan

14/11/2022
Dialektika

Kesehatan Mental & Jiwa dalam Perspektif Sosiologi & Hukum

05/07/2022
Dialektika

Masyarakat Adat di Sekitar Danau Toba

24/01/2021
Edukasi

Kesenjangan Hukum di Indonesia menurut Perspektif Sosiologi

17/10/2021
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Terms
  • Policy

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba Wisata

No Result
View All Result
  • Kabar Desa
  • Dunia
  • Ekologi
  • Dialektika
  • Sopolitika
  • Sorot Publik
  • Lainnya
    • Ekosospolbud
    • Pojokan
    • Sains
    • Spiritualitas

© 2020-2023 Piramida ID

Rotasi Barak Berita Siantar Berita Simalungun Danau Toba Wisata