Penulis: Pdt. Dr. Martongo Sitinjak
Minggu VII Setelah Trinitatis
Yohanes 13:31-35
PIRAMIDA.ID – Di akhir pelayanan–Nya di dunia ini, Yesus memberikan perintah baru kepada murid-murid-Nya. Perintah ini diberikan secara khusus kepada murid-murid-Nya, dimana Yudas telah pergi meninggalkan Yesus. Perintah baru itu adalah: hendaklah kamu saling mengasihi. Sesungguhnya perintah ini sudah ada sejak dahulu kala di zaman Perjanjian Lama, dimana Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengasihi sesama manusia. Mengapa disebut perintah baru? Perintah ini disebut perintah baru, karena sesungguhnya tuntutan perintah ini telah dipenuhi dan digenapi oleh Yesus. Lama dalam perjalanan umat-Nya, mereka tidak sanggup memenuhi tuntutan perintah kasih ini.
Hanya Yesus sendirilah yang dapat memenuhi segala tuntutan perintah ini dalam diri-Nya. Manusia dari dirinya sendiri tidak sanggup melakukan perintah kasih ini. Sekarang, tuntutan perintah kasih ini telah dipenuhi dan digenapi dalam diri Yesus yang dipermuliakan Allah. Allah mempermuliakan Yesus berada dalam proses perjalanan hidup-Nya. Yang dimaksud dengan dipermuliakan adalah kuasa Allah terjadi dalam hidup Yesus.
Kemuliaan itu terjadi dimana Yesus rela berkorban, menderita, mati di kayu salib, dikuburkan, bangkit pada hari yang ketiga dan naik ke sorga duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Kemuliaan itu nyata dalam pengorbanan Yesus yang rela mati untuk membebaskan manusia dari dosa dan kematian. Itulah sebabnya injil adalah “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita” (1 Kor 15:3). Semua itu dilakukan-Nya sebagai wujud kasih-Nya kepada manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa dan kematian.
Setelah Yesus naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang maha kuasa, maka kehadiran Yesus kini ada dalam kehadoiran kasih-Nya. Kasih itu nyata dalam persekutuan murid-muridNya yang saling mengasihi,Sekalipun Yesus sudah di sorga, Dia masih ada di tengah-tengah kita dalam wujud kasih-Nya. Itulah yang dimaksud dengan “sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu saling mengasihi”. Kasih Yesus kepada murid-murid-Nya nyata manakala mereka saling mengasihi. Kasih mereka itu haruslah sama seperti Yesus mengasihi mereka.Dengan kwalitas kasih yang demikian, nyatalah kehadiran kasih Yesus dan menjadi kehadiran Yesus sendiri. Perintah baru untuk saling mengasihi itu dapat terjadi berdasarkan.
– Penerimaan atas kasih Yesus yang telah menyerahkan diri–Nya untuk mengasihi murid-murid–Nya.
– Kasih itu tidak lagi didasarkan pada usaha, kebaikan, dan kekuatan manusia.
– Kasih itu bukan atas dasar tuntutan adat atau kebiasaan atau kepentingan bersama.
– Kasih itu adalah aliran dari kasih Yesus yang berdiam di dalam diri murid-murid-Nya.
Sebagaimana Yesus telah mengasihi mereka dengan menyerahkan nyawa-Nya, demikianlah murid-murid-Nya saling mengasihi. Yesus yang rela berkorban untuk murid-murid-Nya demikian juga murid-murid-Nya rela berkorban untuk sesama mereka. Dengan kata lain dapat diuraikan bahwa apa yang dilakukan Yesus untuk mengasihi manusia, demikian kiranya dilakukan murid-murid-Nya untuk mengasihi sesamanya.
Kehidupan yang saling mengasihi di antara mereka menjadi kesaksian kepada orang banyak. Yesus berkata: “Dengan demikian, semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi”. Bukti nyata dari mengikut Yesus adalah memberlakukan kehidupan yang saling mengasihi di antara pengikut Yesus. Kehidupan saling mengasihi berdasarkan penerimaan akankasih Kristus, menjadi kesaksian akan kehadiran Yesus di dunia ini. Yesus berkata: tinggallah di dalam Aku, dan Akudi dalam kamu (Yoh 15:4) artinya kasih itu dapat terjadi dalam diri para pengikut Yesus, manakala Yesus sendiri berdiam di dalam diri kita dan kita berdiam di dalam diri Yesus. Rela berkorban untuk orang lain hanya dapat dilakukan oleh Yesus sendiri, maka jika Yesus berdiam di dalam diri kita, itulah yang memampukan kita rela berkorban untuk orang lain, sebab Yesus yang berdiam di dalam diri kita akan berkorban untuk kita, di dalam kita dan melalui kita.
Kehidupan pengikut Yesus Kristus ada pada kehidupan kasih. Dunia membangun kehidupan kasih dengan pola aku mengasihimu supaya engkau mengasihiku atau sebaliknya. Kasih di dunia bisa juga dibangun atas dasar kepentingan bersama, kesepakatan bersama, kesenangan bersama. Kasih pengikut Yesus jauh lebih dalam dan kuat, sebab kasih pengikut Yesus adalah berdasarkan kasih pengorbanan–Nya kepada kita.
Kita saling mengasihi karena “Yesus berdiam di dalam kita” sehingga kasih-Nya yang rela berkorban dapat terjadi melalui diri kita. Inilah perintah baru itu, kita saling mengasihi berdasarkan kasih Yesus yang sudah nyata dan kita terima dalam diri kita. Amin.
Penulis Merupakan Kadep Koinonia HKBP